Kisah Aymora - Bagian 3

ELIA

Elia menutup mulutnya sendiri dan menelan air matanya sendiri. Pikiran Aymora bergema di dalam dirinya begitu murni—seperti akor yang dipetik dengan nada yang tepat—sehingga membuat nafasnya terhenti. Dia mengerti perasaan itu. Dia memahaminya sepenuhnya. "Itu cinta," bisiknya, mengelus lengan Aymora sementara ibu angkatnya berusaha menahan air mata. "Memang baik jika kau mengagumi pasanganmu."

Aymora mengangguk. "Itu benar. Terlalu banyak perempuan yang hanya melihat kekurangan pasangannya, dan melupakan kekuatannya," katanya dengan hati-hati, sambil membersihkan tenggorokannya. "Sama seperti perempuan tidak bisa berkembang jika tidak dicintai, pria pun tidak bisa berkembang jika tidak dihormati. Aku… aku memang menghormatinya," katanya dengan cepat. "Dia tahu... dia tahu aku mengaguminya. Berbicara dengan penuh pujian tentang dirinya meski dia tidak ada. Aku... Jika aku berbuat salah, adalah karena aku buta terhadap beberapa kekurangannya."