Sudut Pandang ARIANNE
Aku terbangun dengan kepala yang berdenyut-denyut, sinar matahari menyipit menatapku, kehangatan yang kontras dengan kesejukan lantai hutan. Aku berkedip, merasakan sesuatu yang basah di wajahku dan mendesah, kepalaku semakin berdenyut setiap kali aku bergerak. Meski terang benderang di atas, hutan di sekelilingku masih tampak sedih dan suram, bayang-bayang memeluk pohon-pohon seperti kain kafan yang berat. Udara penuh dengan firasat buruk, dan merinding melalui tulang punggungku saat aku bangkit, mencoba mengusir sisa-sisa tidur yang gelisah.
Saat aku mencoba mengingat-ingat kejadian sehari sebelumnya, aku meringis ketika menatap luka di perutku. Lukanya tidak seburuk sebelumnya, sebenarnya sudah sembuh, hanya darah yang telah kering di atasnya. Tapi itu masih terasa perih dan berdenyut setiap detak jantung.