Pembalap wanita itu tersedak air liurnya sendiri setelah mendengar kata-kata Hera, frustasi yang ia rasakan terlihat jelas.
Ia mendidihkan kesal saat melihat Hera menikmati sorotan, dikelilingi oleh pria-pria tampan, sementara dirinya sendiri masih bergelut dengan insiden di lintasan balap sebelumnya.
Kemarahan terhadap Hera memuncak, dan ia tidak bisa menahan diri untuk menyindir Hera.
Namun yang tidak dia sadari, Hera lebih dari mampu untuk mengelak dari segala usahanya, baik di lintasan balap maupun di luar lintasan.
Pembalap itu ingin memperkeruh keadaan, tapi meski menatap tajam ke arah reporter wanita, ia merasa terhalang.
Hera sudah mengendus agenda tersembunyi yang ia miliki, dengan terampil menghindari serangan sambil memikat reporter lainnya.
Hal itu membuat reporter wanita tidak berkutik untuk mencecar lebih jauh tanpa mengungkapkan niatnya sendiri.