Go Home

He Yu memandang pria itu.

Duan Cuizhen pernah berkata, bahwa Xie Qingcheng hanyalah mengisi tempat kosong di hatinya, dan tempat itu sebenarnya bisa diisi oleh siapa saja. Tempat itu awalnya milik orang tua seorang anak, lalu sempat menjadi milik Xie Xue, namun karena satu dan lain hal, mereka tidak bisa bertahan lama di posisi itu.

Pada akhirnya, Xie Qingcheng lah yang menggantikan mereka dan membuat hatinya utuh.

Kebetulan saja, ternyata orang itu adalah Xie Qingcheng.

Tanpa Xie Qingcheng, jika yang ada adalah orang lain, maka tak perlu terlalu ngotot mempertahankannya.

Namun pada saat itu, ketika ia melihat Xie Qingcheng jatuh di hadapannya, dan ketika ia mendengar kata-kata terakhir yang diucapkannya, seolah-olah ada pedang tajam yang menancap dalam di pikirannya, memotong tali yang membelenggunya, dan membebaskan semua ingatan dalam benaknya.

Pria ini...

Benarkah bisa digantikan?

Ia teringat bagaimana Xie Qingcheng melindunginya dari reruntuhan batu bata dan besi yang runtuh di tengah lautan api, menenangkannya di ambang hidup dan mati, seolah-olah selama Xie Qingcheng ada di sana, bahkan kematian pun tidak terlalu menakutkan.

Adakah orang kedua yang bisa mendahulukan nyawamu di atas nyawanya sendiri?

Ia teringat saat mereka menari bersama di kedai minuman, dan ketika ia mengulurkan tangan kepada Xie Qingcheng, pria itu akhirnya menundukkan bulu matanya, tersenyum samar yang tampak pasrah namun lembut.

Adakah orang kedua yang bisa membuat hatimu bergetar hanya karena senyum kecil dan tundukan kepala, hingga kau merasa bahwa bulan April pun penuh bintang yang terang di dunia ini?

Ia mengingat keseriusan Xie Qingcheng, keseriusan yang nyaris kaku, gaya maskulin yang kuno. Xie Qingcheng begitu menyebalkan, tapi juga begitu sempurna. Ia mengingat senyumnya yang jarang muncul, air matanya yang langka, ketenangannya, keteguhannya, keras kepalanya, keuletannya...

Semua kepingan itu bersatu, membentuk arus besar yang menembus batas-batas hati He Yu.

Bergegas ke depan, di latar depan tampak cahaya matahari yang menyilaukan dan aroma rumput yang harum.

Ia berlari, membuka pintu kamar tamu yang tertutup, keluar, mengejarnya, dan melihat punggung Xie Qingcheng yang menyeret koper di lorong yang diterangi cahaya matahari.

“Xie Qingcheng! Dokter Xie!!”

Seperti jeritan dari sekian banyak mimpi.

Di dalam hatinya, ia tak pernah ingin Xie Qingcheng pergi.

Ia telah sakit selama bertahun-tahun, namun hanya Xie Qingcheng yang benar-benar memperlakukannya seperti anak biasa. Hanya Xie Qingcheng yang mengatakan bahwa semua ini tidaklah menakutkan, bahwa yang lebih kuat dari penyakit adalah hati manusia. Hanya Xie Qingcheng yang memeluk, menggendong, dan merangkulnya saat ia sakit—bukan meletakkannya di atas ranjang perawatan yang dingin.

Akankah benar-benar ada orang kedua yang bersedia memeluknya di saat seperti itu, meski berbahaya, dan membawanya pergi dari sabuk hitam pengekang itu menuju kehangatan pelukannya? Adakah orang kedua yang akan mencarinya di depan hamparan bunga hortensia musim panas yang tiada akhir?

Mendekatinya dan berkata, “Si kecil, apa kau tidak merasa sakit?”

Tidak akan ada.

Tidak akan pernah ada…

Ia telah menunggu begitu lama.

Selain Xie Xue yang hanya ada dalam ilusinya, ia hanya menunggu seorang Xie Qingcheng.

Di dunia manapun, di semesta manapun, tidak akan ada kemungkinan kedua.

“Dokter Xie! Dokter Xie!! Tolong... Jangan pergi... Jangan tinggalkan aku... kumohon...”

Tahun itu, demi harga dirinya, remaja itu tidak menangis tersedu-sedu. Tapi sepertinya, saat ini hatinya benar-benar bergetar. Padahal, itulah yang ingin dilakukannya saat itu—yang ia inginkan bukanlah berdiri kaku di tempat, menonton Xie Qingcheng menarik kopernya menjauh dan semakin jauh—ia tidak ingin dia pergi...

Ia tidak ingin dia pergi!!

Darah Xie Qingcheng menetes tetes demi tetes, dan noda darah di dada He Yu semakin lama semakin besar. Darah membasahi kain pakaiannya, meresap hingga ke bunga mawar kertas yang terlipat rapi di saku dada He Yu.

Belum lama ini, ia menggunakan kertas tempat Xie Qingcheng menuliskan namanya, melipatnya menjadi mawar putih. Di atasnya tertulis nama He Yu, dan ia menaruhnya tepat di atas dadanya.

He Yu... He Yu. He Yu!!

Darah Xie Qingcheng memburamkan tulisan pada mawar putih itu, dan kelopak putihnya berubah menjadi merah menyala. Dalam hangatnya darah, bunga mawar kertas itu seakan mekar.

Mawar yang megah dan menyayat hati, mawar dari darah yang membara, mekar di dada He Yu—perasaan yang lebih panas dari api akhirnya menghancurkan seluruh belenggu dan memecahkan segel baja di dalam pikirannya, berubah menjadi naga merah menyala yang meraung. Dalam sekejap, naga itu mencekik paku baja terakhir yang menahan He Yu di tempatnya—api dan cahaya bintang kembali ke mata He Yu yang semula kosong!

“...”

Mata aprikot milik He Yu kembali bersinar dalam hitungan detik. Ada fokus.

Tiba-tiba, dia melepaskan bayonetnya dan tersadar, sebuah jeritan penuh kesadaran yang sungguh miliknya menggema di seluruh ruang bawah tanah “Ge!!!”

“Ge! Ge!!!” Seluruh tubuhnya mendadak terbangun, dan ikatan-ikatan yang menahannya terlepas. Air mata memenuhi matanya, mengalir di pipi kotor penuh debu. He Yu mulai menangis, di tengah reruntuhan, ia memeluk bahu Xie Qingcheng erat-erat. Apa yang telah ia lakukan?

Apa yang telah ia lakukan?!

“Ge...”

Ia gemetar hebat, memeluk tubuh yang berlumuran darah.

Tubuh... tubuh yang telah ia bunuh dengan tangannya sendiri. Ia mendongak dengan tiba-tiba dan mengeluarkan ratapan liar nan menyayat hati, yang akhirnya berubah menjadi tangisan tulus penuh rasa sakit.

“Ge, aku tidak ingin...”

“Aku tidak ingin melakukannya!!!”

“—Kau... Kau bicara apa... orang lain... jatuh cinta dengan orang lain... tidak ada orang lain... tidak ada siapa-siapa!... Aku salah, akulah yang mengatakan hal-hal yang menyakitimu...! Bukan itu yang kumaksud... sudah lama bukan itu yang kupikirkan... aku salah, ge... aku yang salah...”

“—Bangunlah... Jangan pergi... Kumohon... Jangan pergi....”

“Aku tak pernah menyukai Xie Xue... itu semua Cuma khayalanku... tak ada satu pun orang yang benar-benar baik padaku... selain kau... hanya kau!... Aku tak pernah benar-benar mencintai dia... aku hanya mencintaimu... hanya mencintaimu... Kumohon... ge... tolong lihat aku... jawab aku, ya?... Ge... kumohon...”

“—Jangan pergi... tak ada yang bisa menggantikanmu... aku tak punya apa-apa tanpamu... jangan pergi... jangan pergi!! ... Kumohon... kumohon... tinggal lah... aku mohon, tetaplah di sini...”

Alat darah gu buatan Duan Cuizhen masih bekerja di dalam jantungnya dan belum dicabut.

Namun, ia sudah tak bisa mengendalikannya lagi.

Xie Qingcheng memang tidak salah, kekuatan hati manusia itu memang tak terlihat, mungkin banyak yang tak percaya pada hal tak kasat mata semacam itu—tapi ia sungguh ada.

Ia bisa menjadi ibu, ayah, suami, istri, anak-anak, saudara, sahabat, rekan, kekasih... Ia bisa menjadi cita-cita, keteguhan, rasa syukur, dan kerinduan...

Ia akan menjadi air mata.

Ia akan menjelma menjadi puisi.

Ia adalah cinta yang membuat yang hidup tak pernah lupa, dan yang mati tak pernah benar-benar lenyap.

Ia adalah baju zirah terkuat yang selamanya akan melindungi setiap insan.

Duan Cuizhen memiliki teknologi paling canggih, tapi ia tak pernah mengerti—atau percaya—pada kekuatan semacam itu.

Di tengah hujan air mata, di tengah tangisan dan keputusasaan, He Yu seolah merasa ada seseorang yang menyentuh bahunya dengan lembut.

Ia menoleh ke belakang, dan dalam keheningan yang mirip mimpi, ia melihat sosok dokter muda berseragam putih berdiri di depan hamparan bunga hortensia musim panas yang tak berujung.

Itu adalah Xie Qingcheng, yang saat itu baru berusia dua puluh satu tahun. Saat itu, Xie Qingcheng tinggi dan tegap, belum ada sehelai uban pun di pelipisnya, dan cahaya di matanya belum memudar. Saat ia menatap He Yu, mata kaca beningnya yang seperti bunga persik itu terlihat tenang dan damai.

Xie Qingcheng yang berusia dua puluh satu tahun berdiri di bawah sinar matahari yang menyilaukan dan berkata, “Iblis kecil, jangan menangis.”

“Entah aku satu-satunya di hatimu atau tidak. Bagiku, kau tidak tergantikan.”

“Kau tahu… sebenarnya aku sudah kehilangan banyak hal dalam hidupku, dan aku juga telah menyerah pada banyak hal, tapi… aku tidak ingin menyerah padamu… aku tidak pernah menyerah padamu… karena kau pernah bilang, kau merasa aku satu-satunya orang di dunia ini yang peduli padamu. Tidak ada yang pernah mengatakan hal itu padaku sebelumnya,” kata Xie Qingcheng. “Aku harap aku tidak pernah membuatmu kecewa… aku harap aku tidak mengecewakanmu pada akhirnya.”

Ia berkata begitu sambil mengulurkan tangannya ke arah He Yu.

Menghadapi naga iblis, berlutut di antara puing-puing, Xie Qingcheng berbisik: “Iblis kecil, lihatlah, ada sebuah jembatan di pulau itu.”

“…”

“Pergilah.”

“Berjalanlah di bawah sinar matahari. Lewatilah kerumunan. Berjalanlah menuju masa depanmu.”

“Aku rela menjadi jembatanmu.”

“Iblis kecil…”

“Tak ada lagi yang bisa mengikatmu.”

“Akhirnya aku berhasil membuka kunci di dalam dirimu... ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan.”

*Aku pernah bilang kau bisa percaya padaku selama aku masih ada.”

“Kali ini aku tidak mengingkari janjiku padamu. Sampai akhir pun, aku tidak pernah meninggalkanmu.”

“Ada sebuah jembatan.”

“He Yu, lakukanlah untukku hal-hal yang belum sempat aku lakukan, ya?”

“Jadi, bersama mereka...”

“Pulanglah.”

Ilusi itu tiba-tiba lenyap.

Tidak ada lagi Xie Qingcheng yang berusia dua puluh satu tahun. Yang tersisa hanya seorang pria kurus, yang telah kehilangan penglihatannya, kehilangan kesadarannya, kehilangan segalanya...

“Xie Qingcheng,” He Yu memeluk orang itu erat-erat di pelukannya, air matanya mengalir deras, tubuhnya terguncang oleh tangis, “Xie Qingcheng!!!”

Wajahnya menempel pada wajah Xie Qingcheng yang kurus. Wajah yang ditutup kain, wajah tanpa mata... Dulu... ia sangat mencintai mata Xie Qingcheng.

Namun saat itu, penampilan mata Xie Qingcheng tak lagi penting, apakah itu mata yang indah seperti bunga persik atau bukan, bahkan apakah ia masih memiliki mata atau tidak, itu semua sudah tidak penting lagi.

Asalkan Xie Qingcheng bisa bangun dan mendengar kata-katanya, mungkin dia akan percaya bahwa tidak ada orang lain di mata He Yu, dan tidak akan pernah ada orang lain seumur hidupnya.

Ia ingin memberitahunya bahwa ia tidak pernah mencintai Xie Xue, bahwa ia tidak pernah menganggap Xie Qingcheng sebagai pengganti siapa pun.

Ia rela memberikan segalanya, bahkan nyawanya, asal Xie Qingcheng tidak pergi dengan hati yang begitu sedih.

Asalkan Xie Qingcheng tetap bertahan...

Ia tidak punya tempat untuk kembali.

Ke mana ia harus pulang jika Xie Qingcheng telah tiada? Xie Qingcheng adalah satu-satunya rumah baginya...

Mulai saat ini, tidak akan pernah ada yang kedua...

♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛

“He Yu, di belakang!!!

Teriakan keras Zheng Jingfeng, penuh rasa sakit, tiba-tiba membuyarkan lamunan He Yu.

He Yu menoleh, masih memeluk Xie Qingcheng yang hidup atau matinya belum pasti, lalu menghindari peluru yang ditembakkan oleh Vivian. Nafasnya terengah-engah, wajahnya berlumuran darah, ia masih tenggelam dalam rasa sakit yang mendalam, namun di mata kosongnya, tampak jelas bayangan Vivian.

Ibunya, orang tua dan guru Xie Qingcheng, putri Zoya, wujud yang telah diubah dari Li Yun… Duan Cuizhen memanfaatkan pikiran orang hidup terhadap mereka yang telah tiada, memotong fragmen pikiran orang mati untuk menciptakan senjata yang menyiksa hati manusia… Itu bukanlah penyelidikan ilmiah! Itu adalah kejahatan terhadap masyarakat, terhadap alam, terhadap para dewa dan roh yang tak terjangkau akal!

Dengan mata yang dipenuhi darah dan air mata, He Yu menatap wanita yang sedang tersenyum itu.

Dia memeluk kekasihnya dan menatap ibunya.

Namun ibunya seharusnya tidak menampilkan ekspresi seperti itu... Duan Cuizhen tidak seharusnya menggunakan tubuh itu untuk melakukan hal seperti itu!! Ibunya tidak akan pernah melakukannya, sama seperti dirinya yang seharusnya tidak pernah menusuk Xie Qingcheng dengan pisau tajam…

Semuanya salah… Semuanya salah! Kesedihan dan kemarahan yang luar biasa membuncah dalam hatinya… “Duan Cuizhen…!!!”

Dengan teriakan marahnya, pengendali darah gu meledak dalam cahaya menyala-nyala, mendorong dek bergerak untuk terbuka sepenuhnya di hadapannya. Namun kali ini, He Yu benar-benar mengendalikannya.

Dia memeluk Xie Qingcheng dan membiarkan pelindung logam menutupi mereka dari belakang.

Itu pasti.

Tak seorang pun dapat mengambil Xie Qingcheng darinya lagi, tak seorang pun bisa memisahkan mereka.

He Yu memerintahkan pelindung logam itu untuk mengembang, dan seperti benih yang berkecambah, tulang baja dan besi perlahan-lahan menerobos atap kubah bawah tanah, menggulingkan batu bata, batu, dan tanah. Wajah Duan Cuizhen menjadi pucat, dia tahu bahwa He Yu ingin menggunakan senjata itu untuk menembus ruang bawah tanah dan memperlihatkan mereka kepada pesawat penyelamat di luar, dia ingin menyelamatkan semua orang, lalu membunuhnya.

“Pergi dan bunuh dia!” Mata He Yu memerah seperti darah, mengucapkan kata demi kata, “Bunuh dia!!!”

Semua peneliti di sekelilingnya yang baru saja terbebas dari gu darah kaisar pertama, dalam sekejap langsung dikendalikan sepenuhnya oleh He Yu!

Darah gu milik He Yu menjadi sangat brutal dan benar-benar dilepaskan sepenuhnya, bahkan lonceng kejernihan hati pun tidak berguna lagi! Semua penyidik melancarkan serangan putus asa ke arah Duan Cuizhen, sementara para manusia yang telah diubah bentuknya melompat maju untuk menghadang mereka.

He Yu menatapnya tajam, menyaksikan bagaimana ia berteriak dan tertawa liar sambil melarikan diri, seperti anjing gila yang terpojok olehnya.

“Bodoh! Kalian semua bodoh! Kalian semua akan mati! Kalian semua harus mati!!”

Ia bergerak begitu cepat hingga para peneliti yang dikendalikan oleh darah gu tidak mampu mengikutinya. Tapi He Yu tak pernah melepaskan pandangannya darinya—

Inilah kesempatannya! Meskipun pelurunya sudah habis, dalam sekejap mata, He Yu yang diliputi amarah menemukan momen yang tepat untuk menyerang, mengangkat tangannya, mengambil sebilah pisau tajam dan melemparkannya dengan kejam!

Lemparannya begitu kejam dan tepat sasaran hingga menghantam dada Duan Cuizhen di tengah pertempuran!

Sekejap, darah muncrat ke udara!

“Ah!!” — Duan Cuizhen mengerang sangat menyakitkan, memuntahkan darah dalam jumlah banyak, dan menatap He Yu dengan tak percaya — “Benarkah… Kau berani… kau berani menyerang tubuh ini? Kau berani melakukan ini pada tubuh ini?! Ini adalah tubuh ibumu! Bagaimana kau bisa…?”

Di mata He Yu, seluruh bintang padam, hanya tersisa kegelapan.

Tidak ada lagi yang tidak ia berani lakukan, itu adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ia harus membunuh penyihir itu…

Duan Cuizhen memegangi dadanya dan menatap darah yang mengucur dari lukanya. Pisau itu menancap di dadanya namun tidak mengenai jantungnya, ia tidak langsung jatuh...

Bibir merahnya bergetar dan setelah beberapa detik meneteskan darah, ia membuka mulut dan berteriak histeris— “Kau… kau sungguh hebat! Monster! Meskipun hari ini… aku pasti akan… mati di sini, aku akan menyeret kalian semua bersamaku! Kalian… kalian semua… bersiaplah!!”

Dengan tenaga yang entah datang dari mana, mungkin dari napas terakhirnya, ia melesat menuju konsol utama dengan kecepatan tinggi.

Zheng Jingfeng dan polisi lainnya mencoba menghentikannya, tetapi para manusia yang telah diubah, merasakan akhir dari keberadaannya sudah dekat, menyerbu dan bertarung dengan kekejaman yang belum pernah terjadi sebelumnya melawan para polisi berseragam. Mereka membentuk dinding berdarah dan berdaging yang tak tertembus untuk sesaat, melindungi “ibu” Mandela, Duan Cuizhen, di belakang mereka.

“Cepat...” Duan Cuizhen berlumuran darah, dada mengucurkan darah segar, berdiri seperti mayat hidup di depan konsol utama, mengetik perintah dengan kecepatan gila sambil bergumam dengan wajah membiru. Sesekali ia mendongak, memandangi pertempuran kacau di depan—“Cepat...”

Zheng Jingfeng berteriak—“Dia mencoba meledakkan tempat ini! Dia ingin mati bersama kita! Hentikan dia!! Cepat!!!”

Kedua pihak berpacu melawan waktu.

Namun memasukkan perintah selalu lebih cepat daripada menyerang. Kode merah menyala-nyala di mata Duan Cuizhen, seolah-olah matanya terbakar, melihat kemenangan sudah di depan mata, senyum di wajahnya menjadi semakin bengkok.

Dia tidak akan membiarkan orang-orang ini keluar dengan selamat, sudah terlambat untuk menghentikannya! Bahkan jika harus mati, dia ingin semua orang ikut bersamanya!

Ia bersandar pada konsol, dan di antara layar-layar data yang bergulir itu, ia tak bisa menahan tawa parau dan gilanya—“Haha... Hahahahaha... Hahahahaha!!!”

Tiba-tiba, terdengar bunyi serak pendek.

Dia terpaku, senyum sombong di wajahnya membeku. Awalnya dia belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi, hanya merasa sedikit dingin menusuk di dadanya.

Kemudian dia mulai gemetar, dan perlahan menunduk. Getaran itu semakin kuat saat dia melihat sebuah tabung paduan logam tajam menonjol keluar dari dadanya...

Matanya membelalak ngeri, hampir melompat keluar dari rongga mata. Karena pipa logam ini berasal dari arah yang lebih dekat darinya, kekuatan serangannya jauh lebih besar dibandingkan bayonet He Yu—ia menembus tulang rusuknya dalam sekejap!!

Dia ditusuk!!

Gigi Duan Cuizhen bergetar, entah karena ketakutan atau kemarahan. Dia memutar kepala perlahan... dan kemudian, dia melihatnya.

“...Kau? Kau...?” Suaranya serak, hampir tak terdengar.

Sosok berjas putih tercermin di matanya yang kosong.

Anthony!!

Hanya Anthony yang masih berdiri kaku di depan konsol, karena sebelumnya ia dikendalikan oleh darah gu Kaisar Pertama, ia tetap berada dalam posisi yang sama saat eksperimen akan dimulai. Otaknya masih terhubung ke saluran transmisi utama perangkat gelombang otak.

Di tengah pertempuran yang kacau, tidak ada yang memperhatikan dirinya, karena ia terhubung ke saluran utama, gerakannya sangat terbatas, hampir mustahil untuk bergerak sedikit pun. Maka dari itu, Duan Cuizhen hanya berjaga terhadap semua orang kecuali Anthony, yang berdiri di belakangnya — dan tiba-tiba bergerak!

“Tidak... Bagaimana bisa kau...? Bagaimana bisa itu kau...? Kau... Kenapa...? Kau tidak punya alasan... Ah!”

Ekspresi Anthony begitu dingin. Ia bahkan tidak menunggu Duan Cuizhen menyelesaikan kalimatnya. Dalam detik berikutnya, ia mengaktifkan hampir seluruh pengatur kateter obat di konsol utama.

Tabung-tabung itu seperti ribuan anak panah tajam hasil dari berbagai eksperimen, menusuk Duan Cuizhen yang berdiri di tengah konsol utama dari segala arah!

Duan Cuizhen terkejut, namun sama sekali tak bisa menghindar. Setelah melangkah terburu-buru dua kali, ia langsung terkepung oleh tabung-tabung tajam dari segala penjuru.

Puluhan ribu jiwa yang ia bunuh, seakan kini berubah menjadi tabung-tabung dingin itu, mengejar dan mengurungnya, menghukum dan membinasakannya di jalan buntu terakhirnya!

“AAAY!!!” Ratusan tabung logam dengan berbagai ketebalan menembus daging dan darahnya dalam sekejap mata.

Darah langsung menyembur liar, tubuh wanita berbaju merah itu seperti dihujani sejuta anak panah! Seluruh tubuhnya ditusuk tabung, dan darah mengalir deras dari lubang-lubang tersebut, membasahi gaun merah yang dikenakannya hingga tampak semakin menakutkan dan menyilaukan.

“Ah, ah!” Duan Cuizhen berteriak serak, rambutnya berantakan, ia jatuh berlutut di lantai dingin—“Ahh ahh ahh...!”

Tabung-tabung itu, yang muncul dari segala arah—depan, belakang, kanan, kiri—semuanya terhubung ke menara larutan induk dari obat-obatan ilegal yang telah Duan Cuizhen kembangkan selama puluhan tahun.

Dan tabung tertebal yang menusuk dadanya, yang sempat mundur sedikit mengikuti instruksi Anthony dan kini tertancap di antara daging dadanya dan tulang rusuk, terhubung ke menara larutan induk dari obat RN-13!

“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti mereka... Sekarang, setelah akhirnya aku terbangun,” bisik Anthony.

Dia memandangi wanita itu, mengangkat tangan, dan dengan mantap menekan katup utama dari transmisi larutan induk RN-13 tanpa berkedip—sementara mata Duan Cuizhen terbuka lebar karena panik dan terkejut.

Larutan dalam menara larutan induk—setebal lengan lima orang, setinggi tiga orang dewasa—mengalir deras ke dalam tubuh Duan Cuizhen yang ramping dalam sekejap!

Seluruh larutan induk dari obat-obatan ilegal yang ia ciptakan selama ini kembali ke tubuhnya sendiri!

Duan Cuizhen menjerit histeris, tubuhnya menggeliat dan kejang-kejang...

Bagaimana mungkin tubuh manusia mampu menahan rasa sakit dari injeksi RN-13?

Apalagi dalam dosis sebesar ini!!

“Siapa kau sebenarnya?!!! SIAPA KAU SEBENARNYA?! SIAPA YANG TELAH AKU BANGUNKAN?!! SIAPA KAUUU?!”

Suara teriakannya begitu tinggi, hingga hampir tak terdengar oleh telinga manusia biasa. Tapi Anthony hanya memandanginya dingin, tak menjawab sedikit pun.

Di bawah tatapan itu, tubuh Duan Cuizhen segera mengembang seperti balon berisi udara, meregang hingga batas maksimal—larutan masih terus mengalir masuk—dan akhirnya:

BANG!!

Ledakan keras menggema!

Darah muncrat liar ke segala arah...

Layaknya adegan film horor, kateter-kateter terpental keluar dari tubuh yang meledak, menyemprotkan cairan merah gelap ke udara, sementara pada saat yang sama, karena ketidakseimbangan hidraulik akibat kelebihan output operasional, menara-menara larutan di sekitar konsol utama ikut meledak satu per satu.

Menara larutan air kepatuhan, RN-13, dan banyak lagi obat terlarang—yang bahkan dreambreakers tidak tahu namanya—meledak bersamaan.

Cairan-cairan itu mengalir seperti air terjun, sementara pecahan bintang-bintang dari menara-menara reaksi menyebar ke udara seperti pesta kembang api, mengakhiri malam panjang ini dengan letusan yang satu demi satu semakin membara.

Cairan-cairan terlarang yang penuh dosa itu meledak dalam kilau menyilaukan, membasahi daging dan darah Duan Cuizhen yang jatuh perlahan dengan mulut terbuka...

Beberapa detik kemudian...

Sunyi.

Hanya suara cairan yang menetes dan gemuruh runtuhan logam. Mayat Duan Cuizhen tak lagi dapat dikenali, dan di tengah kekacauan itu, akhir dari monster yang tak kenal belas kasih pun datang—dengan gemilang dan mengerikan.

Hanya terdengar suara “plop”.

Duan Cuizhen jatuh ke tanah seperti balon berisi air yang tertusuk, seperti manusia biasa pada umumnya, tubuhnya dipenuhi selang perawatan, matanya terbuka lebar, dan ia pun meninggal...

Pada detik terakhir itu, menara air terbesar dan paling terang di belakangnya—menara air RN-13—juga mencapai batasnya. Tiba-tiba, menara itu meledak dengan suara yang mengguncang bumi, menyebarkan pecahan kristal dan logam ke segala arah! Sesaat kemudian, gelombang pecahan kristal dan serpihan logam meluncur dari atas, menghancurkan sebagian besar penutup konsol utama!

Ledakan mendadak di seluruh ruang bawah tanah pun terhenti. Hampir semua orang menyaksikan kejadian itu dengan tatapan tak percaya, dan pada saat itu, semua orang memikirkan hal yang sama: siapa sebenarnya Anthony itu?

Siapa dia sebenarnya...?

“Anthony” berdiri tenang di depan konsol yang setengah hancur. Sepanjang kejadian itu, ia tidak bergerak sedikit pun, kakinya tidak bisa bergerak.

Sebelumnya, ketika Anthony dikendalikan oleh Xie Qingcheng untuk melakukan operasi pemindahan Duan Cuizhen, ia telah dipasangi lembaran magnetik konversi elektroensefalogram di sisi tengkoraknya, serta dihubungkan dengan pipa utama yang dapat melewati chip apa pun. Piringan dan saluran itu akan langsung menyelaraskan respons pikirannya pada konsol utama, menghubungkannya dengan panel kendali gelombang otak. Hal ini dilakukan untuk mencegahnya melakukan niat jahat secara tiba-tiba selama operasi.

Setelah darah Gu Kaisar Pertama bereaksi, fluktuasi pikiran Anthony menurun menjadi nol, tetapi pada saat itu, kerumunan menyadari bahwa layar yang semula terguncang oleh cairan obat menunjukkan grafik bergelombang yang berkedip. Siapa dia?

“Duan Cuizhen telah mati. Sumber energi pulau ini akan segera padam, dan sistem penghancuran diri akan diaktifkan dalam sepuluh menit. Seluruh pulau akan meledak dan tenggelam ke dasar laut.”

“Anthony” mengucapkan fakta itu dengan tenang.

Ia berkata, “Pergilah. Sudah waktunya kalian pergi.”

Seolah menguatkan kata-katanya, begitu ia selesai berbicara, para mutan dan hiena yang sebelumnya terus menahan para prajurit mendadak menjadi seperti boneka yang kehilangan jiwanya. Satu per satu, cincin kendali di dahi mereka segera padam, bagaikan gugurnya bintang-bintang secara serempak. Cahayanya redup.

Otot-otot yang membelit lengan mereka pun meluruh.

Senjata-senjata pun terjatuh.

Pada saat sumber energi terputus, mereka yang telah berubah menjadi sosok tangguh dan pemberani kembali menjadi manusia biasa, penuh daging dan darah. Mereka tetap dalam tubuh mayat hidup, berdiri diam di tempat, tampak begitu menyeramkan, tetapi mereka tidak akan menyerang siapa pun lagi.

Pada saat yang sama, lampu-lampu di ruang bawah tanah mulai padam secara perlahan.

Pertama, mesin-mesin besar yang menopang menara air berhenti menderu, kemudian salah satu reaktor terdiam, dan dengan sangat cepat, lampu-lampu pada konsol utama pun mati.

He Yu memeluk Xie Qingcheng, menatap sosok berpakaian putih yang berdiri sendirian di antara para mayat, berdiri di tengah puing-puing.

Pada saat itu, muncul perasaan aneh di dalam hatinya, seolah ada benang halus yang sejak lama melilit lembut jiwanya, berasal dari kenangan samar sejak dalam kandungan.

“Anthony” memandangi pemancar gelombang otak pada konsol utama.

Alat itu menjalar seperti jaring laba-laba ke seluruh penjuru laboratorium, terus berkilau mengikuti gerakan pikirannya. Namun, ia tahu bahwa alat itu pun akan segera padam.

Dialah satu-satunya di dunia, dan Duan Cuizhen telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk menyempurnakan alat itu hingga mencapai titik seperti sekarang.

Alat itu akan segera berubah menjadi abu dalam ledakan, lalu tenggelam ke dasar laut, menjadi besi tua yang membusuk.

Dan begitu pula dengan dirinya.

Pada detik terakhir itu, “Anthony” tiba-tiba memalingkan wajahnya dari kerumunan, dari para mutan dingin tanpa emosi, dari alat-alat eksperimen yang hancur. Dua puluh tiga tahun terpisah.

Dipisahkan oleh kelahirannya dan kematian dirinya.

Hati He Yu bergetar hebat, pikirannya terguncang tak percaya, dan pada saat itu juga, ia berteriak tanpa berpikir panjang,

Tanpa berpikir sama sekali.

“Kau? Apakah itu kau?!!!”

Yang menjawab teriakan itu seolah hanyalah senyuman singkat di wajah “Anthony”, sebuah senyuman yang jelas terlihat di wajah Anthony, tetapi entah bagaimana tumpang tindih dengan wajah Vivian yang lembut dan tenang...

Pada detik berikutnya,

Sumber daya konsol utama tiba-tiba terputus.

Bersamaan dengan itu, seluruh lampu di ruang bawah tanah pun padam. Senyuman itu menghilang bersama cahaya.

He Yu memeluk Xie Qingcheng erat dalam pelukannya, menatap ke arah di mana ibunya telah menghilang, cahaya kebingungan berkilat di matanya, dadanya naik turun dengan keras...

Tanpa disadari, air mata mengalir di wajahnya.

Kubah ruang bawah tanah telah hancur, dan cahaya bulan saat itu perlahan menyinari sarang penuh dosa yang tersembunyi di kedalaman tanah ini—seperti embun beku dan salju—menyelimuti reruntuhan peradaban manusia yang akan segera tenggelam ke dasar laut dengan kerudung pemakaman berwarna putih salju. Dentuman senjata terdengar di angkasa, dan suara melengking pesawat yang menembus arus udara bergema bagaikan vonis kematian bagi puluhan tahun penelitian ilmiah yang telah lepas kendali.

Tujuh puluh tahun yang lalu, ketika Duan Cuizhen akhirnya lulus dengan predikat kehormatan dari Universitas Huzhou, wanita itu tampak kuat, mandiri, dan penuh cita-cita...

Tujuh puluh tahun kemudian, ia menjadi mayat seorang monster di dalam sarang, dibunuh oleh kerumunan.

Tak seorang pun pernah benar-benar tahu apa yang terjadi padanya—apa yang membuat wanita yang seharusnya bisa berbuat banyak untuk umat manusia itu justru mengambil jalan gelap yang sangat berbeda.

Mungkin itu karena ambisinya. Mungkin karena pengalaman pahitnya. Mungkin karena ia kehilangan harapan akan sesuatu. Mungkin karena ia tak mampu melepaskan hal-hal tertentu.

Atau mungkin, itu hanyalah sebuah gagasan yang tampak konyol dan radikal, yang muncul secara kebetulan pada suatu sore—didorong oleh hasrat dari dalam dirinya—seorang wanita muda yang merasa bahwa tidak ada yang mustahil di dunia ini jika ia memiliki kunci rahasia dari ilmu pengetahuan. Bahkan, penyesalan di masa lalu pun seolah dapat dihapus...

Lalu ia menuliskan kata-kata “Rencana Mandela” di buku catatan tugas kuliahnya.

Angin pun menerbangkan halaman-halaman itu.

Pada saat itu, tak seorang pun tahu bahwa angin sedang berembus—angin yang akan terus bertiup selama tujuh puluh tahun berikutnya, seiring dengan semakin gilanya kegilaan dan distorsi yang terjadi. Dan angin itu membawa mimpi tentang Pulau Mimpi—sebuah impian yang akan berlangsung lebih dari enam puluh tahun...

“Saudara-saudara yang berada di bawah... jika kalian mendengar ini, tolong lepaskan tembakan peringatan... Kami akan melakukan penyelamatan darurat! Jika kalian mendengarnya, tolong tembakkan satu tembakan!!”

Di bawah langit malam yang luas, helikopter-helikopter tak terhitung jumlahnya yang dikirim oleh para pemecah mimpi (Dreambreakers) terbang menuruni langit. Setelah menerima informasi dari sistem Fengbo, mereka melaju secepat mungkin menuju pulau yang sebentar lagi akan tenggelam.

Pemancar di daratan mengulang seruan itu berulang kali...

“Lepaskan tembakan peringatan!”

♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛

“Di sekitar sini!”

“Orang-orang ada di sekitar sini!!”

Tembakan-tembakan terdengar seperti penghormatan terakhir, dan kilatan api menyala di malam hari, secerah hujan meteor.

Di tengah teriakan dan kepanikan, Zheng Jingfeng menggertakkan giginya, menyeka noda darah dan air mata, berlari menuju He Yu yang masih terpaku tak bergerak.

He Yu tetap memeluk Xie Qingcheng.

Ia terus menatap ke arah tempat Anthony terjatuh dan tak sadarkan diri.

“...Mari kita pulang...” isak tangis Zheng Jingfeng nyaris hilang dalam suara malam. “Kita akan membawanya pulang... Xiao He... kita akan bawa kalian pulang... mungkin... mungkin masih ada secercah harapan... bukankah begitu? Di kapal ada tim dokter terbaik di negeri ini, mari kita bawa dia pulang... kita akan pulang bersama...”

Sambil berkata begitu, ia mengulurkan tangannya yang gemetar, seolah ingin berbagi sedikit rasa sakit He Yu, seolah ingin menggenggam tubuh Xie Qingcheng. Namun He Yu tak melepaskan pelukannya.

Seperti seorang anak kecil yang memeluk boneka beruang lusuhnya erat-erat. Kincir ria telah padam, taman hiburan telah ditutup, dan boneka itu seolah hendak mengucapkan selamat tinggal pada sang anak, tapi si anak tak mau melepaskan genggamannya.

Air matanya terus mengalir, menetes di bahu Xie Qingcheng.

“Xie Qingcheng...”

Ia berbisik lirih.

“Xie Qingcheng... jadilah anak baik... kau harus bertahan...

“Kau akan selamat... kau adalah sebuah keajaiban... mengerti? Kau adalah keajaiban yang hadir dalam hidupku... malam ini aku... aku telah melihat sebuah keajaiban... kau harus... biarkan aku melihat satu lagi... Kumohon...

“—Xie Qingcheng...”

Helikopter pun perlahan mendarat, orang-orang bersorak, dan mereka yang keluar dari helikopter berteriak, “Biarkan yang terluka naik lebih dulu!”

“Yang terluka duluan!” ujar Zheng Jingfeng dengan suara bergetar kepada He Yu. “Yang terluka duluan!”

Ia memalingkan wajah dan berteriak sekuat tenaga kepada tim penyelamat, “Di sini ada yang terluka! Ada korban yang butuh pertolongan pertama!!”

Namun He Yu terus memeluk tubuh penuh darah itu—putus asa, gila, tak berdaya—terus bergumam, “Xie Qingcheng, kau harus memelukku lagi, ya?... Kumohon...

Air mata dan darah jatuh bersama.

“Ge, peluk aku...”

“...”

“Aku melihat ibuku malam ini. Dia tersenyum pada kita.”

“Kau melihatnya juga, kan, ge... Kau harus melihatnya juga... Jangan tinggalkan aku... Kumohon...”

“—Xie Qingcheng... Aku tidak punya rumah... Jangan pergi... kasihanilah aku... Kumohon... beri aku rumah...”

“—Xie Qingcheng...”

Ia memeluk boneka beruang lusuhnya dan bergumam dengan isak tertahan di telinganya. “Bangunlah... beri aku rumah... Hm?”