"Selamat siang, adik-adik sekalian! Selamat datang di SMA akademi Haśeal! Sebelumnya mari kita sama-sama berkenalan ya. Aku Amira, OSIS yang akan mendampingi kalian selama masa pengenalan lingkungan sekolah." ucap kakak kelas kami, bersurai merah ketuaan dengan netra ungu tua. Rambut yang di ikat satu, dan sebuah mantel warna abu dengan sedikit corak putih. Pakaian sekolah kami tetap sama seperti anak SMA lainnya, tidak ada yang berubah.
"Halo kak Amiraa.." jawab lesu semua murid. Coba kalian lihat, banyak sekali siswa-siswi yang sepertinya belum sarapan atau bahkan seperti orang ngantuk. Memang selalu terjadi disini. Aku hanya mengangguk saja mendengar semua osis berkenalan dengan yang lainnya. Sejujurnya, kami juga harus berkenalan ke depan untuk saling mengenal.
Ingat baik-baik, aku benci berkenalan atau bahkan sesuatu yang harus melibatkan sosial. Energi ku keburu habis, mengesalkan sekali di pikir-pikir. Aku menaruh kepala ku di tangan yang berada di meja. Aku mendadak tenggelam dalam pikiran, bahas teman sebangku si seatmate adalah Islette. Sedangkan, Marchel dan Marchelle berada di belakang barisan. Dan Ether bersama Easton ada di tengah barisan. Mengingat barisan kami hanya memiliki 5 meja dengan bangku yang harus berpasangan agar memiliki teman sebangku.
Ether melempar kertas ke arah meja kami. Islette mengambil, membaca sepucuk surat tersebut. Wajahnya mendadak menjadi kerutan, menoel lengan ku. Aku menoleh.
"Abaikan saja maukah kamu?" kata ku.
"Aku tidak yakin bisa di abaikan atau tidak, Naire. Tapi coba lihat ini" kata Islette, memberi ku surat yang dilempar Ether.
Aku menghela nafas kasar, ikut melihat sepucuk surat yang diberi si pirang.
"Kalian, biasanyakan saat MPLS kita harus buat nametag. Ayo buat bareng, di rumahku!" demikian surat tersebut. Aku mengerutkan alis, membuat Nametag ya. Itu bukan ide yang buruk jika ingin buat bersama.
"Bukan ide yang buruk. Aku akan ikut." bisikku kepada Islette. Islette mengangguk,
"Baiklah, aku juga." katanya.
***
Faktanya memang benar. Kak Amira selaku OSIS memberi kami arahan untuk membuat nametag di rumah. Setidaknya untuk sekarang. Kami menepati janji, mengerjakan nametag tersebut di rumah Ether.
Jalanan aspal yang tidak ada menariknya ditatap oleh Marchelle. Kami berada di alun-alun, bermain seraya mencari bahan-bahan. Ether yang menyarankan hal ini. Burung berkicau-an, angin mulai menari. Dan, manik-manik lampu warna warni yang terpajang di lampu jalanan. Tidak ada yang memulai topik. Hening terus berjalan bagaikan air laut.
"Ah, aku membawa kamera. Siapa yang ingin berfoto?" tanya Easton, menghancurkan keheningan yang tengah berjalan. Kami menoleh, menatap satu sama lain.
"Aku! aku akan berfoto!" ujar Marchelle dan Ether antusias. Mata mereka memunculkan manik-manik bagaikan bintang bersinar, antusias yang muncul dibenak memang tidak terkalahkan.
Easton mengangguk. "Tentu, silakan cari tempat."
Aku memiliki pertanyaan, untuk apa Easton membawa kamera fisik ke sekolah? bukankah itu meribetkan. Aku curiga ia ingin ikut ekskul fotografi saat sudah resmi menjadi murid. Tetapi membawa kamera saat MPLS bukankah sangat berlebihan secara tidak langsung?
"Eton" panggilku.
Easton menoleh, tersenyum tipis. "Iya, Naire?" tanya Easton.
"Untuk apa kau membawa kamera ke sekolah? bukankah sangat berlebihan ya." tanyaku. Islette dan Marchel ikut menoleh, tertarik dengan topik yang berlangsung.
"Oh, aku memang hobi membawa kamera. Mengambil foto yang menurutku menarik." jelas Easton, memposisikan kameranya.
Aku mengangguk paham. Begitu. Tetapi, apakah itu artinya Easton menemukan sekolah itu menarik? bukankah sangat membosankan. Lebih baik ku tanyakan nanti saja.
"Eton! foto kami, heh!" teriak Ether.
Kami menoleh, menatap datar. Coba lihat kawan, Ether sedang memeluk salah satu lampu yang hampir persis dengan lampu di jalan Malioboro. Marchelle tersenyum, membentukan cinta ditangannya. Ingatkan aku untuk menulis mereka sebagai orang gila satu, dan dua.
"Baiklah, siap." Easton mengangkat kamera ke depan mukanya. Siap memfotoi Marchelle dan Ether.
Marchel berlari, berhenti di depan posisi Ether dan Marchelle. Ikut berpose membentuk V di kedua tangannya.
Cekrek. Foto berhasil di ambil.
Ether, Marchel, dan Marchelle berjalan menghampiri Easton yang berada disamping ku dan Islette. Melihat hasil jepret kamera Easton. Foto yang tak kalah indah dari hasil nyata, kameranya Easton ini sangat elit. Jika mereka pikir. Aku jadi ingin membeli kamera seperti itu, suatu saat aku akan mencoba membujuk Mama.
"Keren! aku terlihat seperti orang paling keren sedunia!" kata Ether.
Marchel mendengus, "Di dalam mimpi mu." katanya. Memutar mata malas.
"Kau sirik mungkin, Chel." siul Islette.
Marchel melotot. "Mana mungkin!" tolaknnya.
***
Kami memiliki banyak alasan yang berupa-rupa. Daripada mencari bahan perlatan nametag, kami lebih fokus jalan-jalan. Membeli bakso, siomay, fast food, dan minuman yang enak-enak. Ini semua salah Marchelle yang tak kuasa membeli.
Matahari mulai terbenam, menampakan cahaya oranye yang indah. Kebetulan kami sedang berada di jembatan, membuat melihat keindahan matahari lebih mempesona. Matahari mulai mempesonakan dirinya kepada bumi, kami terdiam terpaku menatap keindahan pesonanya. Waktu seperti berhenti 1 detik, perlahan aku tersenyum simpul. Dengan kerutan didahi.
"Sepertinya kita lupa membeli perlatan." ujar ku.
"Astaga! Kau benar!" sahut semua berbarengan.