"Kalian harus lebih sering berkunjung, rumah ini terlalu sepi jika hanya Mama dan Papa," ujar Marie masih belum rela jika Agatha dan Edgar pergi, ia memeluk mereka secara bergantian.
Jarak Milan ke Venesia memanglah tidak terlalu jauh, meski begitu Edgar bahkan jarang pulang ke kediaman orang tuanya dengan alasan pekerjaan.
"Aggie, kau harus memberi tahu jika Edgar memperlakukanmu dengan buruk." ucap Marie menggenggam tangan Agatha.
---
"Kau kelihatan sangat dekat dengan Marie, kau bahkan memiliki nama panggilan khusus darinya," Edgar yang terlebih dahulu memecahkan keheningan di antara mereka.
Saat ini keduanya duduk di dalam limousine.
Agatha hanya diam melihat keluar jendela, dia tidak tahu harus bagaimana menanggapi ucapan Edgar.
Jika bisa jujur pikiran Agatha saat ini bahkan mungkin lebih buruk dari benang kusut, tadi malam dia mencoba menghubungi nomor ponsel daddynya namun meski sudah berulang kali tetap saja yang di dengar olehnya hanya suara operator.
Edgar mendekat ke arah Agatha lalu menyelipkan tangannya di pinggang wanita itu sembari mengelus,
"Aku tidak suka di abaikan, sayang. Apa yang kau pikirkan?" tanyanya serak, bibirnya nyaris menyentuh daun telinga Agatha.
"Berapa lama aku harus tinggal di negara ini?" tanya Agatha sembari menoleh, wajah Edgar begitu dekat dengannya.
"Selama yang aku mau—mungkin selamanya?" jawab Edgar tanpa beban.
Agatha menghela nafas,
"Aku harus pulang. Aku memiliki pekerjaan, Ed. Bahkan hingga saat ini aku—"
"Kau tidak perlu lagi bekerja di sana," sela Edgar sebelum Agatha menyelesaikan ucapannya.
"Mereka tidak akan mencarimu karena sudah mendapat penggantimu." jelas Edgar membuat Agatha mengernyit dalam.
"Kau yang melakukannya?" tanya Agatha berharap pria itu bercanda.
"Aku sudah mengatakan, kini kau kekasihku dan di bawah kendaliku." ujar Edgar mengelus pipinya.
Dengan jarak sedekat ini Edgar dapat menghirup dengan rakus aroma strawberry dari tubuh Agatha.
Sungguh memabukkan!
"Kau gila, kau pikir dirimu siapa sehingga bisa bertindak sesuka hati?!" desis Agatha, dia selalu tidak habis pikir dengan pria itu.
"Aku pikir kau tidak keberatan mengikuti aturanku demi Mario. Apa kau berubah pikiran?" Edgar menarik salah satu sudut bibirnya, ucapan Agatha beberapa jam yang lalu kini menjadi senjata untuknya.
Agatha terdiam.
Benar, hingga saat ini dia menuruti semua keinginan Edgar hanya semata-mata ingin menyelamatkan daddynya namun bukankah pria ini sungguh telah melewati batas?
"Ternyata caramu untuk menjebak musuh—bisa dikatakan sangat murahan," tanpa sedikitpun rasa gentar Agatha menatap tepat di manik berwarna coklat milik Edgar.
"Kau menjadikan orang lemah sebagai kelinci percobaan, bukan begitu tuan Mateo?" tanya Agatha dengan sedikit sindiran berharap pria itu tertampar dengan kata-katanya namun Edgar justru tersenyum sarkas,
"Tindakanku tidak di pengaruhi oleh ucapan orang lain. Apa lagi jika itu berasal dari wanita polos yang dunianya hanya seputar dunia penyiaran berita," sahut Edgar dengan nada mengejek.
"Kau terlalu sombong!" ucap Agatha mulai terpancing emosi.
"kau bukan orang pertama yang mengatakan hal itu," Edgar tampaknya menyukai perdebatan ini.
"Kau hanya berani kepada orang lemah." lanjut Agatha, kali ini ucapan wanita itu sepertinya berhasil menyulut emosi Edgar.
"Jika kau sudah tahu posisimu kini salah satu dari orang lemah itu seharusnya kau lebih menjaga sikap, sayang." terdengar suaranya yang penuh penekanan.
"dan akulah dari salah satu orang lemah itu yang akan melawan penindasanmu!" Agatha tidak ingin kalah.
Keduanya terlibat dalam perdebatan dan tatapan sengit selama beberapa detik.
"Kau bisa apa, sayang?" tanya Edgar menekan kedua tulang rahang Agatha dengan tangannya sehingga wajah wanita itu sedikit mendongak ke atas,
"tunjukkan padaku kau memiliki kemampuan selain wajah cantikmu ini." tubuh Edgar semakin mendekat nyaris menindih tubuh Agatha,
"cantik saja tidak akan cukup jika kau tidak memuaskan di atas ranjang," lanjut Edgar dengan mata memerah.
"berhentilah membantah, kau tidak akan bisa membuatku merubah keputusanku," ... "Aku bisa membuatmu menghadap neraka dengan cepat jika aku ingin, Agatha." desisnya tepat di atas bibir ranum milik Agatha.
Meski sedang dalam perasaan kesal tapi mata Edgar tidak dapat beralih dari wajah cantik bak dewi yunani itu.
Dia mengecup sekilas bibir Agatha bertepatan dengan berhentinya limousine di depan sebuah rumah.
Berbeda dengan rumah orang tua Edgar yang berada di Venesia, di mana rumah itu masih berada di antara beberapa rumah mewah lainnya—rumah di Venesia masih memiliki tetangga di kiri-kanan walau sedikit berjarak tapi menurut Agatha itu masih sangat wajar.
Sementara rumah Edgar yang berada di Milan mungkin lebih tepatnya hampir sama dengan rumah yang ada di Los Angeles.
Jika di lihat dari luar, rumah itu begitu mewah dengan gaya bangunan khas orang Italia, jauh dari keramaian dan memiliki pekarangan luas—sangat luas menurut Agatha.
Sebelumnya Agatha iseng mencari tahu tentang keluarga Edgar dari internet, dia tidak menemukan satupun artikel yang membahas tentang keluarganya hanya ada artikel bisnis dan hal lainnya yang mencantumkan banyaknya aset yang di miliki keluarga Mateo.
Sungguh keluarga yang sangat tertutup, pikir Agatha.
Tapi kini setidaknya dia tidak heran lagi jika Edgar memiliki bangunan-bangunan mewah seperti yang kini berada di hadapannya.
Edgar orang yang berada di posisi nomor dua sebagai pria terkaya dan tertampan.
"Mulai hari ini kita akan tinggal di sini," ucap Edgar meraih pinggang Agatha yang terlihat berdiri dalam diam.
Isi di dalam mansion itu sungguh melebihi dari yang di bayangkan Agatha, dia seperti melihat istana dalam dongeng.
Mansion itu sama dengan rumah sebelumnya—tidak ada pelayan.
"Apa hanya kita berdua yang tinggal di sini?" tanya Agatha melihat sekitar.
"Ya. Hanya kita berdua," ... "Kita bisa bercinta di sudut manapun tanpa merasa terganggu!" ucap Edgar seakan sengaja meninggikan suaranya untuk mengusir dua orang penjaga yang berada di pintu.
Agatha membelalak mendengar ucapan Edgar yang terlalu blak-blakan.
Dan apa katanya? Bercinta?
Seketika wajah Agatha memerah karena malu, siapa yang akan bercinta dengan pria itu?
"Mungkin maksud anda bercinta dengan kekasihmu yang lain," ucap Agatha ingin meralat ucapan Edgar sebelumnya.
"Aku tidak membawa kekasihku yang lain di sini," jawab Edgar tanpa pikir panjang.
Agatha memutar bola mata jenuh artinya Edgar memiliki kekasih lain? dan sepertinya dia jalang yang beruntung karena bisa datang ke kediaman pria itu dan bertemu dengan orang tuanya?
Edgar tersenyum iblis saat mendapati wajah Agatha yang seketika berubah-ubah.
Tadi wanita itu seperti menolak ingin tidur dengannya namun sekarang lihat, wanita itu menjadi kesal ketika Edgar menyebut kekasihnya yang lain.
...
Kemudian Agatha masuk ke dalam kamar yang di tunjuk Edgar sebagai kamarnya,
"bagaimana dengan berendam bersama?" Agatha terlonjak kaget dan berusaha menutup kembali tubuhnya yang setengah telanjang.
Dia dan Edgar memiliki kamar berbeda—tepatnya bersebelahan karena itu Agatha dengan percaya diri melepas pakaiannya dan ingin membersihkan diri.
Tapi kehadiran Edgar yang secara tiba-tiba dari pintu lain yang sepertinya itu pintu penghubung membuat Agatha hampir ingin melontarkan kalimat kotor pada pria itu.