Bagian 2 Rizal Fahri Pratama

Rizal berjalan pulang dari sekolah dengan langkah santai, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus di antara pepohonan di sepanjang jalan. Setelah melewati pagi yang padat dengan pelajaran dan tugas, ia senang bisa pulang lebih awal hari ini. Di tengah perjalanan, dia dikejutkan oleh sebuah panggilan.

"Bang Rizal, tunggu!" teriak seorang anak SD yang berlari kecil mengejarnya.

Rizal tersenyum melihat adiknya. "Oi, Rif. Sudah pulang dari sekolah ka? Ayo lah, pulang bareng."

Mereka berjalan berdua menuju rumah sambil bercakap-cakap tentang kegiatan di sekolah masing-masing. Setibanya di rumah, Rizal membuka pintu dengan kunci yang selalu dia simpan di saku seragamnya.

Rumah keluarga Rizal adalah rumah sederhana dengan halaman kecil di depannya, mencerminkan kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai kejujuran dan kerja keras. Begitu masuk, Rizal dan Arif langsung menuju ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan kakinya. Mereka sudah dibiasakan semenjak kecil oleh kedua orang tuanya. Setelah melepas seragam dan meletakkan tasnya, Rizal bergegas menuju dapur untuk melihat apakah Ada sesuatu yang bisa dimakan. Ibunya, Ibu Wati, biasanya sudah menyiapkan makanan di meja makan sebelum berangkat kerja, dan hari ini tidak berbeda.

"Alhamdulillah, ado nasi goreng ayam," gumam Rizal sambil tersenyum. Ia menyiapkan 2 piring dan mengambil nasi serta sepotong ayam goreng untuk masing- masing piring. "Arif, ayo makan dulu, Ibu bikin nasi goreng ayam nih."

Sambil makan, Rizal menyalakan televisi yang ada di ruang keluarga, menonton acara berita siang. Arif duduk di sampingnya dan makan nasi gorengnya dengan lahap.

Setelah selesai makan, mereka mencuci piring dan gelasnya masing-masing, lalu Rizal bergegas menuju kamarnya diikuti oleh Arif di belakangnya.

Di kamarnya, Rizal mengeluarkan buku-buku pelajaran dan tugas-tugas dari sekolah. Ia duduk di meja belajar dan mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan gurunya hari itu. Arif duduk di lantai sambil bermain dengan mainannya, sesekali mengamati kakaknya dengan penasaran. Rizal pun sesekali akan menemani adiknya, ketika dia istirahat dari mengerjakan tugasnya.

Saat jarum jam dinding menunjukkan pukul tiga, Rizal mendengar suara motor di halaman depan. Itu pasti kakaknya, Anisa, yang baru pulang dari kampus. Anisa adalah mahasiswa jurusan akuntansi yang sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya.

"Rizal, ka di rumah?" panggil Anisa dari ruang tamu.

"Di sini, Kak!" balas Rizal sambil keluar dari kamar dan menuju ruang tamu.

Anisa tersenyum melihat adiknya. "Eh, gimana sekolah hari ini?"

"Lumayan, Kak. Banyak tugas, tapi nggak apa-apa. Kakak bagaimana, kuliah lancar?" tanya Rizal.

Anisa mengangguk sambil meletakkan tasnya di sofa. "Iya, capek lah. Banyak laporan yang harus diselesaikan."

Rizal mengangguk mengerti. "Pasti capek ya, Kak. Kalau butuh bantuan, bilang aja."

Anisa tersenyum, merasa terhibur oleh perhatian adiknya. "Makasih, Zal. Kamu sendiri kalau butuh apa-apa juga jangan ragu bilang, ya."

Rizal mengangguk. "Oke, Kak."

Sementara itu, Arif berlari ke arah Anisa dan memeluknya. "Kakak, kakak! Bagaimana kuliah? Seru ndak?"

Anisa tertawa melihat ekspresi ceria adiknya. "Kuliah biasa aja, Rif. Banyak tugas saja. Kamu sendiri, bagaimana sekolahnya?"

"Seru! Tadi aku belajar tentang binatang-binatang. Ada gambar ikan besar!" jawab Arif antusias.

Tak lama setelah itu, Rizal mendengar suara motor di halaman depan, diikuti dengan suara klakson. Ia bergegas ke depan dan melihat Ayahnya, Pak Rahmat, dan Ibunya berboncengan di motor.

"Assalamu'alaikum, Yah! Bu!" sapa Rizal sambil membuka pintu depan.

"Wa'alaikumsalam, Rizal. Terima kasih sudah bukakan pintu" kata Pak Rahmat sambil melepas helmnya.

Ibu Wati juga turun dari motor sambil membawa beberapa belanjaan. Rizal dan Anisa segera membantu membawakan tas dan barang belanjaan yang dibawa Ibu Wati.

"Terima kasih, anak-anak. Gimana tadi di kampus?" tanya Ibu Wati sambil tersenyum ke kak Anisa.

"Baik, Bu. Semua berjalan lancar," jawab Anisa sambil meletakkan barang belanjaan di dapur.

Ibu Wati menyapa Rizal dan Arif dengan lembut. "Bagaimana tugasnya, Rizal? Sudah selesai semua?"

"Alhamdulillah, sudah Bu. Jadi, sekarang saya sudah bisa bersantai sedikit," jawab Rizal sambil tersenyum.. " Seru bu, tadi Arif belajar mengenai binatang di sekolah." Jawab Arif tak mau kalah.

Pak Rahmat tersenyum puas. "Bagus, kalian harus terus semangat belajar ya"

Ibu Wati mulai menyiapkan makan malam sementara Rizal dan Anisa menata meja makan sambil bercanda. Arif duduk bersama Pak Rahmat menceritakan pengalamannya di sekolah.