Minggu terakhir sebelum pembukaan Green Sip Café benar-benar menjadi ujian bagi Aldo, Rizal, dan Bayu. Mereka harus bekerja keras Dan fokus untuk persiapan kafe mereka yang bertemakan ramah lingkungan.
Sejak awal, mereka sudah sepakat bahwa konsep kafe mereka harus menonjolkan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Mereka ingin Green Sip Café tidak hanya menjadi tempat yang nyaman bagi para pengunjung, tetapi juga mengedukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Kafe mereka didesain dengan tampilan yang sederhana namun berkesan alami. Meja dan kursi yang digunakan terbuat dari kayu bekas yang diolah ulang, diberi lapisan cat alami agar terlihat segar dan mengkilap. Di sudut-sudut kafe, terdapat pot-pot tanaman kecil yang diletakkan di atas rak yang juga terbuat dari bahan daur ulang. Mereka bahkan menambahkan beberapa tanaman gantung di langit-langit stan untuk memberikan nuansa hijau yang lebih kental.
"Saya suka banget sama dekorasi kafe kita, Bay," ujar Rizal kepada Bayu yang sedang menggantung tanaman terakhir di pojok stan. "Kamu berhasil bikin tempat ini terlihat segar dan ramah lingkungan."
Aldo mengangguk puas, menatap sekeliling stan mereka yang hampir selesai. "Iya, konsep kita benar-benar terlihat di sini. Aku harap orang-orang suka sama apa yang kita tawarkan."
"Oh iya, Do. Gimana dengan poster-poster yang kamu pesan dari percetakan? Rencananya aku mau pasang hari ini." tanya Bayu kepada Aldo yang sedang mengecek ponselnya.
Aldo mengangkat kepalanya dengan wajah cemas. "Ini yang jadi masalah, Bay. Aku baru aja dapet kabar kalau percetakannya ngalamin masalah teknis. Jadi, poster-poster kita gak bakal selesai tepat waktu."
Rizal yang mendengar pembicaraan itu tampak berpikir sejenak. "Wah, gawat juga. Poster itu penting buat promosi kita. Kalau gitu, kita harus cari solusi cepat. Mungkin kita bisa bikin poster sendiri pakai printer sekolah?"
Bayu kemudian menyela, "Aku setuju. Aku bisa desain sedikit, aku bisa bikin poster sederhana di laptop, terus kita print di sekolah. Tapi, kita butuh izin buat pakai printer, sih."
Aldo tersenyum lega. "Makasih, Jal, Bay. Ayo, kita ke ruang guru buat minta izin ke Bu Mira."
Mereka bertiga segera berlari menuju ruang guru dan mencari Bu Mira, guru kewirausahaan mereka. Setelah menjelaskan situasi dan meminta izin, Bu Mira setuju dan memberikan akses ke printer sekolah.
Bayu mulai bekerja di laptopnya, mendesain poster-poster sederhana yang mencerminkan konsep ramah lingkungan kafe mereka. Sementara itu, Aldo dan Rizal menyiapkan printer sekolah dan kertas untuk mencetaknya.
'Bay, kamu bener-bener berbakat. Poster-poster ini kelihatan keren banget," puji Aldo saat melihat hasil desain Bayu.
"Thanks, Do. Aku cuma ngelakuin apa yang gue bisa buat tim kita," jawab Bayu sambil melanjutkan pekerjaannya.
Rizal mengangguk setuju. "kamu emang berbakat, Bay. Sekarang tinggal kita print aja. Mudah-mudahan gak ada kendala lagi."
Setelah beberapa jam, mereka berhasil mencetak semua poster yang diperlukan dan mulai menempelkannya di berbagai sudut sekolah, mempromosikan pembukaan Green Sip Café. Mereka merasa lega karena berhasil mengatasi masalah besar tanpa menunda persiapan lainnya.
Di hari-hari terakhir, mereka fokus memastikan bahwa kafe mereka siap untuk menyambut pengunjung. Aldo dan Rizal bekerja sama untuk membuat menu minuman ramah lingkungan, seperti smoothie buah organik, infused water dengan berbagai kombinasi rasa, dan kopi organik tanpa tambahan gula. Sementara itu, Bayu menyusun beberapa informasi tentang dampak positif dari daur ulang dan penggunaan bahan organik, yang nanti akan ditempel di dinding stan mereka.
Namun, di tengah-tengah persiapan, sebuah masalah besar muncul. Ketika mereka mencoba menjalankan blender untuk mempersiapkan bahan-bahan smoothie, mesin blender tersebut tiba-tiba berhenti berfungsi.
'Waduh, kenapa ini?" kata Rizal panik, mencoba menekan tombol beberapa kali. "Blender-nya gak nyala!"
Aldo dengan cepat datang dan mencoba memperbaikinya, tetapi tidak ada hasil. "Ini gawat, kita gak bisa bikin smoothie tanpa blender. Semua rencana kita bakal berantakan kalau kita gak bisa nyelesain ini."
Bayu berpikir cepat. "seingetku bengkel listrik di sekolah ini punya beberapa peralatan cadangan. Mungkin mereka punya blender juga. Coba ski cari tahu dulu, ya!"
Bayu bergegas menuju bengkel listrik, berharap mereka memiliki blender cadangan yang bisa mereka pinjam. Sementara itu, Aldo dan Rizal mencoba mencari solusi lain dengan memeriksa peralatan mereka yang lain.
Setelah beberapa waktu, Bayu kembali dengan wajah lega. "Syukurlah, mereka punya satu blender cadangan yang bisa kita pinjem. Gak secanggih punya kita, tapi harusnya cukup buat sementara."
Aldo menghela napas lega. "Bagus, Bay. Sekarang kita bisa lanjut. Kita gak boleh lagi ada kendala, besok adalah hari penting."
Untuk menambah daya tarik, mereka memberikan nama-nama kekinian pada menu minuman mereka yang mencerminkan konsep ramah lingkungan:
"Tropical Recycle Smoothie" - Smoothie dengan campuran buah-buahan tropis yang segar, dibuat dari bahan organik yang disajikan dalam gelas daur ulang.
"Eco Infused Water" - Infused water dengan kombinasi buah dan herbal segar, menggunakan botol kaca yang bisa dipakai ulang.
"Organic Coffee Brew" - Kopi dingin dari biji kopi organik yang disajikan tanpa gula tambahan, memberikan rasa murni dan segar.
"Leafy Green Detox" - Jus hijau dari sayuran dan buah-buahan organik, membantu membersihkan tubuh dengan cara yang alami.
"Zero Waste Lemonade" - Lemonade yang dibuat dengan lemon organik dan madu lokal, tanpa menggunakan sedotan plastik.
Malam sebelum pembukaan, mereka berkumpul di stan untuk memeriksa semua persiapan sekali lagi.
"Oke, jadi kita punya lima menu utama: Tropical Recycle Smoothie, Eco Infused Water, Organic Coffee Brew, Leafy Green Detox, dan Zero Waste Lemonade. Semua udah siap, tinggal nunggu besok," kata Aldo sambil menandai daftar di tangannya.
Rizal mengangguk. "Bahan-bahan udah lengkap dan saya sudah siapkan cadangan. Mesin-mesin juga sudah dicek. Harusnya sih, gak ada masalah lagi."
Bayu menambahkan, "Aku udah siapin semua flyer dan poster tentang kafe kita. Kita bakal bagi-bagiin ke pengunjung biar mereka tahu tentang konsep ramah lingkungan kita."
Aldo tersenyum puas. "Great job, guys. Besok kita bakal bikin ini jadi hari yang keren buat semuanya. Ayo kita pulang dan istirahat. Besok kita bakal kerja keras lagi."