Bagian 7 Pembagian Tugas

Setelah pengumuman mengenai proyek ulang tahun sekolah, waktu terasa berjalan sangat cepat. Setiap kelompok diberi waktu dua minggu untuk mempersiapkan proyek mereka. Bagi Aldo, Rizal, dan Bayu, ini berarti mereka harus bekerja keras untuk memastikan bahwa Green Sip Café siap pada waktunya.

Sejak hari pertama setelah pengumuman, mereka bertiga langsung bergerak cepat. Di ruang kelas yang sudah mereka ubah menjadi "markas besar" sementara, mereka mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya.

"Ayo, kita perlu rapatkan lagi pembagian tugas. Waktu kita cuma dua minggu, jadi harus efektif," kata Aldo sambil menatap laptopnya yang sudah penuh dengan catatan dan rencana.

Rizal mengangguk setuju. "Iya, kita perlu pecah tugas biar semuanya lebih cepat. Saya bisa urus bahan-bahan dan supplier lokal, sementara kalian bisa urus marketing sama dekorasi."

Bayu menambahkan, "Aku handle bagian dekorasi. Udah ada beberapa ide buat dekorasi yang pake barang daur ulang. Tapi kita perlu lebih banyak tangan buat bikin semua ini."

Aldo mengangguk. "Ok sepakat, saya bakal urus strategi pemasaran dan media sosial. Kita perlu bikin kampanye yang kuat biar semua orang tahu soal Green Sip Café. Nanti kalau sempat kita juga Bantu dekorasi."

Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai menyadari bahwa proyek ini lebih menantang dari yang mereka bayangkan. Dua minggu mungkin terdengar lama, tapi dengan semua detail yang harus dikerjakan, waktu terasa sangat sempit.

Rizal, yang bertanggung jawab untuk mengurus bahan-bahan organik dan supplier lokal, menemukan tantangan besar ketika salah satu supplier yang sudah dia hubungi tiba-tiba membatalkan pesanan mereka. "Saya tidak percaya ini," keluh Rizal saat menelepon Aldo. "Supplier yang saya andalkan bilang mereka tidak bisa kirim bahan-bahan kita karena ada masalah distribusi."

Aldo terdiam sejenak, lalu berkata, "Oke, jangan panik. Kita cari alternatif lain. Coba hubungi supplier lain, atau kita bisa datang pasar lokal langsung."

Rizal menghela napas berat. "Ide bagus, saya coba kontak supplier lain sambil pergi ke pasar. Tapi ini bakal makan waktu lebih lama."

Aldo berkata, "Tidak apa-apa, untuk ketauannya di awal, jadi Kita Masih Ada cukup waktu."

Sementara itu, Bayu menghadapi tantangan dengan dekorasi yang mereka rencanakan. Mereka ingin menggunakan barang-barang daur ulang, tapi mendapatkan barang-barang yang sesuai ternyata tidak mudah.

Bayu, dengan frustrasi, berbicara pada Aldo dan Rizal saat mereka berkumpul di kantin sekolah. "Aku udah minta sumbangan barang-barang daur ulang dari warga sekitar, tapi hasilnya gak seperti yang aku harapkan. Kebanyakan barang yang mereka kasih gak bisa dipake atau udah rusak banget."

Rizal mencoba menghibur, "Mungkin kita bisa cari alternatif lain. Gimana kalau kita beli beberapa bahan murah tapi tetap ramah lingkungan?"

Bayu mengangguk, meskipun dia terlihat sedikit kecewa. "Iya, mungkin itu jalan terbaik. Tapi budget Kita akan nambah."

"Apa boleh buat, nanti aku akan coba cari bahan yang lebih murah Di pasar buat nutup pengeluaran dekor." Kata Rizal menimpali

Aldo yang mengurus bagian promosi juga tidak lepas dari masalah. Dia mencoba membuat akun media sosial untuk Green Sip Café dan memulai kampanye, tapi ternyata untuk mendapatkan perhatian di media sosial lebih sulit dari yang dia perkirakan. Meski sudah mengunggah beberapa postingan menarik, respon yang mereka dapat sangat minim.

"Aku gak ngerti kenapa engagement-nya rendah banget," keluh Aldo kepada Bayu dan Rizal saat mereka bertemu di ruang kelas setelah jam pelajaran selesai. "Aku udah coba bikin konten menarik, tapi yang like dan komen sedikit banget."

Rizal berpikir sejenak, "Mungkin kita perlu lebih aktif. Coba ajak teman-teman buat bantu share. Terus, kita bisa bikin konten yang lebih interaktif, kayak polling atau giveaway kecil-kecilan."

Bayu menambahkan, "Aku setuju sama Rizal. Mungkin juga kita perlu lebih sering update, biar orang makin penasaran sama proyek kita."

Aldo mengangguk, merasa sedikit lebih lega dengan masukan teman-temannya. "Oke, Aku bakal coba ide-ide itu. Aku harus bikin Green Sip Café jadi topik yang dibicarain orang-orang."

Di tengah semua persiapan ini, mereka juga menghadapi situasi yang tidak terduga. Kelompok Romana, yang mengerjakan proyek aplikasi digital, mendekati mereka dengan tawaran kolaborasi.

Romana mendatangi mereka saat sedang beristirahat di taman sekolah. "Aldo, aku punya ide. Gimana kalau kita kolaborasi? Kalian bisa pake aplikasi kita buat promosiin Green Sip Café. Jadi, semua yang dateng ke bazar bisa download aplikasi kita dan lihat info tentang kafe kalian. Win-win, kan?"

Aldo, Rizal, dan Bayu saling bertukar pandang. Tawaran itu menarik, tapi mereka juga tahu bahwa kolaborasi ini bisa berarti menambah pekerjaan mereka.

Aldo berpikir sejenak sebelum menjawab, "Hmm, idenya menarik. Tapi kita perlu pastiin dulu kalo aplikasi kalian bisa bener-bener bantu kita, bukan malah bikin kita makin sibuk."

Romana tersenyum, mengerti kekhawatiran Aldo. "Tenang aja, kita bakal bantu setup semuanya. Kalian gak perlu khawatir soal teknisnya."

Setelah berdiskusi lebih lanjut, mereka memutuskan untuk menerima tawaran Romana. Mereka melihat potensi yang besar dari kolaborasi ini.

Dengan semua tantangan yang mereka hadapi, Aldo, Rizal, dan Bayu tahu bahwa mereka harus menyusun ulang strategi mereka. Mereka memutuskan untuk mengadakan rapat darurat di rumah Aldo pada akhir pekan.

Di sana, mereka menyusun kembali rencana mereka dengan lebih matang, membagi tugas lebih spesifik, dan menetapkan deadline yang lebih ketat. Mereka juga membuat daftar prioritas untuk memastikan bahwa setiap hal penting dikerjakan tepat waktu.

Aldo berbicara dengan semangat yang diperbarui, "Oke, guys. Kita punya satu minggu lagi. Kita udah ngadepin banyak masalah, tapi aku yakin kita bisa ngatasin ini semua kalau kita kerjasama dan fokus."

Rizal dan Bayu mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa tantangan adalah bagian dari setiap proyek, dan yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa menghadapinya bersama-sama.

Dengan semangat baru dan rencana yang lebih matang, mereka siap melanjutkan persiapan Green Sip Café. Satu minggu ke depan akan penuh kesibukan, tapi mereka yakin bahwa dengan kerja keras dan kerjasama, mereka bisa mencapai tujuan mereka dan membuat proyek ini sukses besar.