Penny menatap pria tampan yang terbaring begitu tenang di atas ranjang. Meskipun terdapat luka yang jelas pada tubuhnya dan kulitnya yang pucat—hampir mati—dia memang sejatinya sangat tampan. Dia melirik ke arah pintu sebelum mendekati ranjang dari samping.
"Wow," gumamnya penuh takjub, melambaikan tangan di depan wajahnya. "Apakah kamu mati?"
Penny berkedip dan menatapnya untuk waktu yang lama, memiringkan kepalanya ke samping.
Apakah ini saatnya untuk sang pangeran memberikan ciuman cinta sejati?
Bibirnya mencibir saat berpikir tentang itu, matanya menyipit sampai mereka terlihat seperti bulan sabit. Dia terlihat sedikit cabul. Mungkin inilah ekspresi yang dimiliki oleh para pangeran ketika menemukan keindahan yang terbaring di sana untuk mereka nikmati.