Pertarungan antara Penny dan Mark begitu sengit dan mematikan. Setiap pukulan dimaksudkan untuk menyakiti dan melumpuhkan, tapi setiap kali gagal, mereka justru menyakiti diri mereka sendiri. Setelah beberapa menit bertarung tanpa henti, Penny menendang perut Mark, sementara Mark melancarkan tendangan dari samping, membuat mereka berdua terlempar menyeberangi ruangan.
BRUK!
"Ugh!" Mark mengertakkan giginya, memegangi perutnya ketika ia merasakan ususnya terpuntir oleh kekuatan tendangan. "Sial..."
Itu sakit — sangat sakit.
Pandangannya yang tajam bergerak cepat menelusuri dapur yang kacau, mendarat pada Penny, yang sedang merangkak bangun bersandar pada lemari dapur. Ia juga mengertakkan giginya, napasnya terkontrol saat ia berjuang melawan sakit dari tendangan yang ia terima di samping tubuhnya.
"Sialan kamu..." desisnya, mengakui pada dirinya sendiri bahwa pukulan itu memang menyakitkan. Tapi ia tahu serangannya sendiri juga membuatnya sama sakitnya.