"Bodoh, kakakmu tidak keberatan dengan kesulitan itu."
Lin Qingluo dengan lembut mengelus pipinya yang pucat, matanya penuh kasih, "Selama kamu aman dan sehat, kakakmu tidak keberatan merasa lelah."
"Kakakku memang yang terbaik."
Lin Yixuan memiringkan pipinya dan dengan penuh kasih menggosokkan pipinya pada tangan kakaknya.
"Kamu ini."
Mata Lin Qingluo menunjukkan kelembutan: "Jika kamu tidak ingin kakakmu merasa lelah, lebih berhati-hatilah di masa depan, dan jangan pertaruhkan nyawamu lagi."
"Baik, Yixuan akan mengingatnya."
Lin Yixuan memandang kakaknya dengan rasa keterikatan, matanya berkilauan seperti bintang obsidian.
"Cang Lan, pergilah beri tahu Tuanku Mulia bahwa Yixuan sudah sadar."
Mo Canglan menyaksikan interaksi hangat antara kedua saudara itu, tiba-tiba merasakan kepahitan dalam hatinya, seperti seorang luar yang ingin segera meninggalkan tempat itu.
Sebelum kata-katanya selesai, dia berbalik dan berlari keluar kamar, seolah melarikan diri.