Ekspresi mengejek di wajah Chu Heng membuat Kaisar Huian sangat terganggu, namun ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun untuk membantah.
Anak-anaknya telah tumbuh dewasa, dan ia sangat menyadari bahwa mereka hanya mempertahankan fasad harmoni kekeluargaan dan rasa hormat antar saudara. Ia sendiri telah naik dari seorang pangeran yang tidak signifikan menjadi Putra Mahkota, dan akhirnya mengeliminasi saudara-saudaranya yang mencoba mengambil alih takhta, sehingga dengan lancar naik ke kursi kekaisaran.
Dari pangeran menjadi Putra Mahkota dan kemudian menjadi kaisar, setiap langkah adalah tangga yang dipaving dengan darah, jalur yang sulit dilalui langkah demi langkah. Ini tampaknya menjadi nasib tak terhindarkan yang tidak bisa dihindari oleh setiap generasi kaisar.