Dengan Phobos terbaring tak berdaya di tanah, Darius menghela napas dalam-dalam. Pertarungan telah usai, tapi di dalam hatinya, ia merasakan kebangkitan yang jauh lebih besar. Rasa takut yang sebelumnya membelenggu pikirannya kini terasa seperti beban yang telah dilepaskan. Ia bukan lagi anak sekolah biasa yang terjebak dalam konflik dewa-dewa. Sekarang, dia benar-benar merasa menjadi pewaris Ares, dewa perang.
Nyx berjalan mendekat, wajahnya penuh kebanggaan. "Kau berhasil, Darius. Kau telah mengalahkan ketakutanmu, dan dengan itu, kau juga mengalahkan Phobos."
Darius menatap tubuh lemah Phobos yang perlahan memudar menjadi kabut, menghilang ke dalam kegelapan. Namun sebelum Phobos benar-benar lenyap, ia menatap Darius dengan tatapan yang berbeda. Tidak ada kebencian atau amarah seperti sebelumnya—hanya ada ketenangan, seolah Phobos menerima kekalahannya.
"Kau mungkin telah mengalahkan aku," kata Phobos pelan, suaranya terdengar jauh. "Tapi ingatlah, Darius, dunia ini penuh dengan ketakutan yang jauh lebih besar. Aku hanyalah cerminan kecil dari kegelapan yang akan kau hadapi."
Dengan kata-kata itu, Phobos menghilang, meninggalkan Darius dan Nyx di tengah malam yang sunyi.
"Ketakutan tidak akan pernah benar-benar hilang," kata Nyx dengan lembut, menatap Darius yang masih termenung. "Tapi yang penting adalah bagaimana kau menghadapinya. Kau telah membuktikan bahwa kau lebih kuat daripada bayangan di dalam dirimu."
Darius mengangguk pelan, merasa lega namun juga sadar bahwa ini hanyalah permulaan. Pertarungan dengan Phobos bukanlah akhir dari perjalanannya. Dia tahu akan ada tantangan yang lebih besar di masa depan, tetapi untuk pertama kalinya, dia merasa siap untuk menghadapi apapun yang datang.