Malam semakin larut ketika Darius dan teman-temannya berkemah di kaki gunung, tempat Gerbang Tartarus berada. Angin dingin berhembus, membawa aroma kematian dan kegelapan. Darius duduk di dekat api unggun, memandangi tombak Ares yang berkilauan di tangannya. Pikiran tentang pengorbanan terus menghantuinya.
Selene duduk di sampingnya, menatap api. "Kau tahu apa yang harus kita lakukan, bukan?" tanyanya, suaranya pelan namun tegas.
Darius mengangguk, tapi hatinya dipenuhi keraguan. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan salah satu dari kalian berkorban."
Selene tersenyum tipis. "Kami semua tahu risikonya sejak awal, Darius. Kegelapan ini bukan hanya masalahmu. Ini masalah kita semua."
Ignis, yang duduk di seberang mereka, menatap serius. "Aku tidak akan mundur dari pertarungan ini. Jika itu berarti mengorbankan jiwa, maka aku akan melakukannya. Lebih baik mati sebagai pahlawan daripada hidup dalam ketakutan."
Nyx berdiri di kejauhan, memperhatikan mereka dengan mata yang tajam namun penuh empati. Meskipun dia adalah pembimbing mereka, dia juga tahu bahwa keputusan ini harus datang dari dalam hati para pewaris. Mereka harus memilih siapa yang akan mengambil langkah terakhir itu