Tim Nathan akhirnya tiba di sebuah hutan yang sangat sunyi. Pohon-pohon di sekeliling mereka menjulang tinggi, ranting-rantingnya bergerak pelan dihembus angin lembut, namun keheningan di tempat itu terasa mencekam. Mereka melangkah hati-hati, menyadari bahwa hutan ini mungkin menyimpan sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan.
Tiba-tiba, kabut tebal menyelimuti mereka, dan dari dalam kabut itu muncul sesosok makhluk yang menyerupai iblis. Kulitnya hitam pekat, matanya memancarkan cahaya merah darah, dan tanduk besar menjulang dari kepalanya. Tubuhnya penuh dengan simbol-simbol aneh yang seakan menyerap cahaya di sekitarnya. Makhluk itu berdiri tanpa bergerak, hanya menatap mereka dengan pandangan tajam yang membuat bulu kuduk mereka merinding.
Iblis: "Akhirnya kalian datang. Kalian tidak bisa melarikan diri dari takdir kalian."
Nathan segera menyiapkan senjatanya, begitu juga dengan yang lain. Tapi sebelum mereka bisa menyerang, iblis itu berbicara lagi, suaranya dalam dan menggema seolah berasal dari kedalaman ketiadaan.
Iblis: "Aku bukan sekadar makhluk biasa. Aku melebihi ketiadaan. Aku tidak memiliki jiwa, tidak terikat pada konsep kematian, dan tidak ada pikiran yang mengendalikan tindakanku. Bahkan realitas tidak bisa membentukku karena aku tidak memiliki informasi yang menjadi fondasi dunia ini. Sejarah? Aku tidak pernah ada dalam sejarah, bahkan waktu pun tidak bisa mencatat keberadaanku."
Eve menatap makhluk itu dengan ketakutan dan kebingungan. Eve: "Bagaimana mungkin? Sesuatu yang tidak memiliki bentuk, pikiran, atau sejarah… tidak seharusnya ada."
Iblis itu menyeringai, tampak menikmati ketakutan mereka.
Iblis: "Aku telah kembali ke masa lalu. Aku mengambil kekuatan dari reptil yang kalian lawan, dan kini aku telah menambah kekuatanku. Setiap kemampuan yang dimilikinya kini adalah milikku. Aku kebal terhadap segala serangan, baik api, air, angin, kegelapan, cahaya, dan bahkan penghapus eksistensi. Tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang."
Nathan: "Kau mengambil kekuatan Drakonis Primordius? Tapi kami melihat dia dihancurkan sepenuhnya, bahkan tidak ada jejak keberadaannya lagi!"
Iblis: "Kalian terlalu naif. Bahkan dalam ketiadaan, ada kekuatan yang bisa diambil. Dan aku, dengan kekuatanku yang melebihi konsep-konsep dasar seperti waktu dan ruang, dapat mencapainya. Sekarang, dengan kekuatan reptil itu, aku lebih kuat dari sebelumnya."
Kane mencoba menganalisis situasi dengan cepat, menyadari bahwa mereka tidak hanya melawan makhluk dengan kekuatan tak terbatas, tetapi juga entitas yang tidak terikat oleh aturan alam semesta mereka.
Kane: "Kalau begitu... bagaimana kita melawannya? Jika dia bahkan tidak terikat oleh konsep kehidupan dan kematian, serangan apapun yang kita gunakan pasti tidak akan ada gunanya."
Nathan berpikir keras. Ini adalah ancaman yang jauh di luar jangkauan kekuatan mereka saat ini. Tapi di lubuk hatinya, ia tahu bahwa mereka harus menemukan cara untuk melawan, meskipun tampaknya mustahil.
Nathan: "Kita harus menemukan kelemahan. Tidak ada makhluk yang benar-benar tak terkalahkan, bahkan jika ia mengklaim melebihi segala hal. Kita hanya perlu tahu bagaimana cara menjatuhkannya."
Makhluk iblis itu tertawa, suaranya mengguncang seluruh hutan, membuat pepohonan bergetar.
Iblis: "Kelemahan? Kalian pikir aku punya kelemahan? Aku adalah akhir dari segala sesuatu. Tidak ada senjata atau kekuatan yang bisa menghentikanku. Kalian hanyalah kepingan kecil dalam cerita ini, dan akulah yang akan menulis akhir dari kisah kalian!"
Namun, sebelum Nathan dan timnya bisa bereaksi, iblis itu mengangkat tangannya, dan tiba-tiba kabut di sekitar mereka semakin tebal, menyelimuti mereka dalam kegelapan yang pekat.
Nathan: "Bersiaplah! Kita tidak boleh menyerah sekarang!"
Mereka tahu bahwa pertarungan ini akan menjadi yang terberat yang pernah mereka hadapi.
Ketika kegelapan semakin tebal dan iblis itu tampak bersiap untuk menyerang, tiba-tiba langit mulai berubah. Awan-awan yang sebelumnya kelabu perlahan memecah, dan sebuah cahaya yang terang muncul dari atas mereka. Cahaya itu begitu menyilaukan hingga seluruh hutan yang sebelumnya sunyi dan mencekam berubah menjadi terang benderang.
Dari cahaya itu, muncul sosok seekor singa yang bersinar, tubuhnya bercahaya seperti matahari yang meledak dengan kekuatan yang tak terukur. Singa itu mengaum dengan dahsyat, dan setiap kali ia mengaum, angin kencang bertiup, memecah realitas di sekitarnya. Tsunami besar terbentuk di kejauhan, tornado-tornado raksasa muncul dari langit, dan petir menghantam tanah dengan kekuatan luar biasa, menghancurkan apapun yang dilaluinya.
Iblis itu menatap singa tersebut dengan tajam. "Apa ini? Makhluk seperti apa yang berani melawan kekuatanku?"
Singa bercahaya itu melangkah maju, menggetarkan tanah di bawahnya, dan setiap langkahnya seolah mengguncang fondasi dunia itu sendiri. Cahaya dari tubuhnya begitu kuat sehingga bahkan kegelapan iblis itu tidak bisa menahan pancarannya.
Singa: "Aku adalah pelindung dari segala yang ada. Kehadiranku melampaui realitas ini. Aku tidak hanya mengatur apa yang kau sebut takdir, tapi aku juga dapat menghapus sejarah, mengubah jalan cerita, dan bahkan menghapus konsep-konsep yang mendasari realitas seperti ruang dan waktu."
Nathan dan timnya menatap dengan takjub, belum pernah mereka melihat makhluk yang begitu kuat dan penuh kuasa. Di hadapan singa ini, bahkan kekuatan iblis yang baru saja mereka hadapi tampak tak berarti.
Singa: "Aku bisa menembus benda padat, menjadi tak terlihat, dan bahkan menghapusmu dari keberadaan. Tak ada yang bisa melawanku, karena kekuatanku terus meningkat, tak terbatas, tanpa akhir. Dan ini selalu aktif. Kau, iblis, mungkin berpikir dirimu tidak terikat oleh konsep kehidupan dan kematian, tapi kau tidak bisa menandingi realitasku yang lebih mendasar."
Iblis itu terlihat terguncang, untuk pertama kalinya menunjukkan sedikit rasa takut.
Iblis: "Tidak mungkin! Tidak ada makhluk yang memiliki kekuatan seperti itu! Aku telah mengambil kekuatan dari masa lalu, aku telah melampaui realitas ini!"
Singa bercahaya itu mengaum lebih keras lagi, dan seluruh hutan terangkat dari tanah, seolah gravitasi tak lagi berlaku di sekitarnya.
Singa: "Kekuatanku melebihi apa yang bisa kau bayangkan. Aku bisa mengubah jalan cerita ini kapan saja, aku bisa menghapusmu dari sejarah tanpa jejak. Dan yang lebih penting, kekuatanku terus meningkat, tanpa batas, hingga melampaui apapun yang ada. Setiap kemampuan yang kumiliki berkembang dengan sendirinya, tak ada akhir, dan itu berlaku untuk setiap kekuatan yang kumiliki. Aku adalah wujud dari realitas yang paling mendasar."
Nathan: "Apa yang... apa yang sebenarnya terjadi di sini? Apakah makhluk ini benar-benar sekutu kita?"
Eve: "Dia bahkan bisa mewujudkan keinginan kita. Sepertinya... dia adalah harapan terakhir kita melawan iblis ini."
Singa itu menatap Nathan dengan tenang, dan seolah membaca pikirannya, berkata, "Aku bisa mewujudkan keinginan siapapun karena aku mengendalikan dasar dari realitas ini. Namun, kalian tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku ada di sini untuk mengakhiri ancaman yang iblis ini bawa."
Dengan sekejap, singa itu mengarahkan matanya yang bercahaya ke iblis, dan iblis itu mulai kehilangan wujudnya. Iblis tersebut berteriak, suaranya menggema namun semakin lemah, seiring tubuhnya mulai terhapus dari realitas. Bukan hanya tubuhnya yang lenyap, tapi juga keberadaannya di masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Iblis: "Tidak! Ini tidak mungkin! Aku tidak bisa dihapus seperti ini...!"
Dalam hitungan detik, iblis itu benar-benar hilang, seolah dia tak pernah ada. Tak ada jejaknya, tak ada memori tentangnya, dan realitas pun kembali stabil. Tornado, tsunami, dan petir perlahan menghilang seiring dengan lenyapnya ancaman tersebut.
Singa bercahaya itu menatap Nathan dan timnya sekali lagi. "Perjalanan kalian belum berakhir. Dunia ini masih memiliki banyak rahasia dan ancaman yang harus kalian hadapi. Aku akan selalu ada, memantau dari jauh, tetapi ingat, kekuatanku terus meningkat, dan suatu hari nanti kalian akan membutuhkan bantuanku lagi."
Setelah berkata demikian, singa itu perlahan menghilang, tubuhnya menyatu kembali dengan cahaya di langit, meninggalkan Nathan dan timnya di hutan yang kini kembali sunyi.
Nathan: "Ini... luar biasa. Kita diselamatkan oleh makhluk yang kekuatannya bahkan melebihi imajinasi kita."
Eve: "Apa yang akan terjadi selanjutnya? Jika ada makhluk sekuat ini di dunia kita, apakah ada ancaman yang lebih besar lagi yang harus kita hadapi?"
Nathan hanya bisa terdiam, menyadari bahwa petualangan mereka baru saja memasuki babak baru.