Zein membuka matanya ketika dia merasakan langkah-langkah ringan mendekati kamar. Meski hanya tidur empat jam, dia langsung terjaga. Walaupun badannya terasa seperti baru saja berguling-guling di ruang bawah tanah berperingkat tinggi, pikirannya tetap segar seperti bisa saja.
Bisa jadi karena dia berada di dalam Temple, atau karena hati dan jiwanya terasa terisi dengan baik.
Dia tersenyum tak sadar dan mengelus kepala yang masih berbaring di lehernya. Berhati-hati, dia melepaskan diri dari pelukan Bassena, yang mengerang dan mengeluh dalam tidurnya karena kehilangan kehangatan Zein. Dia harus mencium pipi esper itu dengan lembut hingga Bassena kembali tertidur sambil memeluk bantal sebagai pengganti.
Dengan cepat, Zein mengambil jubah malam untuk menutupi dirinya dan membuka pintu sebelum tinju mungil dan cakar putih sempat mengetuknya. Dia menatap ke bawah dan tersenyum pada pasangan gadis kecil dan kelinci putih yang berhenti dengan tangan mereka terangkat.