Bunga Layu

Dalam sekejap mata, dunia di sekeliling Xu Zeng berubah. Satu saat, ia berada dalam pelukan akrab rumah kaca, dikelilingi karya agung saudaranya, tempat di mana ia merasa paling damai; selanjutnya, ia secara tiba-tiba terlempar ke ruang yang hampir tak berfungsi, tempat yang mereka bagi bersama.

Arus sensasi yang membingungkan menyelimutinya—bau darah bercampur dengan aroma anggur yang memabukkan, serangan tiba-tiba yang menguasai inderanya. Kepanikan menyeruak dalam diri Xu Zeng ketika ia mencoba memahami transisi yang mendadak itu.

Matanya dengan putus asa mencari saudaranya dalam kebingungan, dan di sanalah dia—Xu Feng, saudara yang telah ia coba untuk hubungi kembali. Sosok yang hampir akrab itu hanya berjarak beberapa langkah darinya, tetapi sebelum Xu Zeng sempat berkata apa-apa, satu kesadaran yang menggigil merenggut hatinya.

Visual yang tak bisa dilupakan itu bercampur dengan aroma yang kuat.