"Gadis bodoh, aku tidak memukul kepalaku. Peluru itu hanya menggaritku," kata Erik sambil tertawa lembut. Hati Ella mengerut mendengar kata-katanya, rasa sakit yang tak tergambarkan hampir menguasai dirinya. Dia tak bisa membayangkan apa yang telah dia alami selama empat hari dan tiga malam yang lalu.
Kalau Erik sedikit lebih lambat, mungkin dia tak akan pernah melihatnya lagi.
"Aku baik-baik saja, sungguh. Hanya luka ringan. Keberuntunganku selalu sebaik ini. Ingat kebakaran itu? Aku terluka parah, tapi aku masih tetap bertahan, bukan?" kata Erik sambil meremas tangan Ella erat-erat, senyum nakal namun percaya diri menghiasi wajahnya. Keteguhan diri yang tak tergoyahkan itu menyinari fitur wajahnya.
Ella menggigit bibirnya, air matanya kini disertai senyum lembut, lega. Lelaki itu selalu terlihat sungguh beruntung—walaupun sebenarnya bukan keberuntungan. Kekuatan dan ketahanannya yang terbentuk melalui berbagai kesulitanlah yang membawanya melewati semuanya.