Takdirnya Hanya Bersaudara

Bibir Ella melengkung membentuk senyum lembut saat ia dengan hati-hati dan penuh kasih menyimpan hairdryer itu. Kemudian, dengan tenang ia berbaring di samping Eric, memegang tangannya saat mereka berdua terlelap.

Napas mereka perlahan menyatu, menjadi lembut dan teratur.

Beberapa hari terakhir ini, Ella tidak bisa tidur dengan nyenyak—jika ia memang bisa tidur sama sekali. Kelelahan akhirnya menghampirinya, dan tak lama kemudian ia pun terlelap dalam tidur yang dalam di samping Eric.

Keduanya tertidur lelap, tidak bergeming hingga setelah pukul 8 malam ketika ketukan di pintu mengganggu istirahat mereka. Ella terbangun dengan enggan dari mimpinya, mengerang.

"Siapa itu? Tidak tahukah mereka kami sedang tidur?" gumamnya sambil menggosok kepala yang terasa sakit. Empat jam tidur itu jauh dari cukup untuk menebus kelelahannya yang baru-baru ini.

Ia menyesal tidak memasang tanda "Do Not Disturb" di pintu.