Kebenaran tentang kelahirannya IV

Miriam

Pagi saat saya pergi; kuil itu sunyi. Semua orang masih tidur lelap di kamar-kamar mereka karena dinginnya udara pagi. Saya tidak mengambil apapun. Saya tidak ingin ada pengingat dari tempat ini.

Saya melangkah keluar ke udara fajar yang sejuk, dan berhenti sejenak, menoleh ke belakang ke kuil yang sudah lama menjadi rumah saya. Namun kini, saya pergi meninggalkannya.

Dengan menggelengkan kepala, untuk melawan rasa nostalgia, saya berpaling dan mulai berjalan menyusuri jalan yang menuju ke rumah bidan. Untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, saya merasa lega. Saya akan memulai hidup baru, hidup dimana saya bukan lagi seorang pendeta yang telah menyerahkan anaknya, tapi seorang ibu yang mencari cara untuk menyembuhkan hati yang hancur.

Sekitar satu jam kemudian saya tiba di Rumah Bidan.