Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

Ah, aku mengatakannya dengan bermain-main, tetapi ini sebenarnya adalah masalah serius.


Mungkin karena aku sekarang memegang 'Penghakiman', aku bisa merasakan pikiran-pikiran yang tertinggal di tanah ini lebih baik. Perasaan pahit, sedih itu meresap ke dalam intiku dan merayap ke telingaku untuk berteriak minta tolong. Itu menciptakan perasaan sesak yang berbeda dari mana tercemar. Aku bertanya-tanya apakah ini yang dirasakan orang saat berjalan ke rumah berhantu atau rumah sakit terbengkalai.


Ini bukan hantu atau apa pun. Yang tersisa adalah pikiran negatif; teriakan seorang anak yang memanggil ibunya saat ia sekarat, kutukan yang dilemparkan orang saat mereka ditikam dan diledakkan, tangisan seorang ayah yang memikirkan keluarganya...


Kesadaran lokasi juga merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki