Seorang pengantin wanita hanya ingin mempelai prianya dan tidak ada yang lain

"Kenapa Tuan Muda yang cantik tampak seperti ini?" Arta mencubit pipiku begitu melihatku untuk percobaan baju terakhir kami. "Mana senyum cantik yang biasa, mm?"

Tahukah kamu? Lebih mudah berpura-pura seolah-olah tidak ada yang terjadi dan semuanya baik-baik saja di depan orang asing. Namun, lebih sulit melakukannya di depan orang yang kita kenal baik. Mungkin aku hanya ingin dimanja, tetapi aku tidak bisa mengelola wajah murungku di depan Arta.

Kamu tahu apa yang lebih konyol lagi? Aku merasa cemburu.

Aku cemburu karena Arta bisa bertemu dengan Natha, tidak seperti aku.

Aku mengunyah bagian dalam pipiku dan memainkan ujung tunikku sambil menatap Arta dengan saksama. "Natha... sedang apa sekarang?"

Arta mengangkat alisnya dan memperlebar senyumnya. "Tuannya?" dia mencubit pipiku dengan ringan lagi dan memegang tangan yang ku mainkan. "Ingin aku ceritakan apa yang dia lakukan selama kamu berganti?"

"Mm..."