Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

Tiba-tiba, aku mendapati diriku berbaring di tempat tidur dan menatap gugup ke langit-langit.


Aku gugup karena kenangan cinta pertamaku berputar dalam kenyataan, bukan hanya dalam pikiranku. Mataku tak bisa lepas dari pemandangan Natha yang memeriksa perangkat dengan hati-hati, memastikan jarum yang akan digunakan untuk menusukku steril dan aman.


"Aku tidak percaya kamu bahkan memaksanya mengenakan jas putih itu," Izzy bergumam pelan sambil meletakkan wadah mana di IV stand.


"Aku tidak percaya aku akan melihat IV stand lagi," aku menjawab santai, sambil mengangkat bahu.


Tidak ada--tidak ada yang akan membuatku merasa buruk malam ini. Aku tidak peduli meskipun transfusi ini akan terasa menyakitkan nanti, karena itu--itu! Karena Natha memenuhi permintaan bodohku dan mengenakan jas putih selama prosedur ini.


Siapa bilang perawatan tidak bisa seksi?