Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

Aku belum pernah menghadiri pesta di luar Kastil. Baik itu jamuan musim gugur atau pernikahan, selalu berada di Aula Besar Kastil. 


 Jadi, konsep 'besar' ku terbatas pada Aula Besar. Tapi, sial...aku bodoh. Kota metropolit L'Anaak Eed memiliki banyak bangunan utilitas besar, termasuk yang digunakan untuk seminar, konvensi bisnis, dan pesta. 


 Yah...tentu saja, mereka tidak bisa melakukan semua itu di Kastil seperti kami. 


 Aula itu sendiri terletak di tengah taman luas dengan beberapa bungalo dan rotunda, yang menjadi daya tarik wisata itu sendiri di siang hari. Seluruh halaman sebesar stadion sepak bola didedikasikan sebagai tempat parkir, dan ada menara tinggi yang cantik di sudut tanah yang berfungsi sebagai menara pandang umum. 


 Namun, semua itu hanya aksesori dibandingkan dengan Aula utama. 


Tidak ada yang mengatakan kepada saya bahwa ini adalah penayangan perdana untuk sebuah film.