Itu dimulai dengan teriakan. Hanya sebuah suara; tidak ada wajah, tidak ada tubuh. Layar masih menunjukkan koridor yang redup, dan beberapa tamu bahkan berpikir suara itu datang dari luar lokasi. Tapi mereka segera menyadari bahwa suara itu datang dari pilar--atau lebih tepatnya, dari proyeksi.
Oh--aku terlambat menyadari mereka berhasil menangkap suara itu.
Di layar, adegan akhirnya berganti; kamera tiba di sebuah ruangan di ujung koridor batu. Di sana, api yang berkobar dari obor berfungsi sebagai penerangan, bukan lentera mana, menciptakan bayangan berayun di lantai dan dinding yang melengkapi teriakan yang menakutkan.
Secara naluriah, aku meraih mangkuk kecil popcorn yang dibawa Arta secara diam-diam.
Ketika para tamu bingung dan takut pada saat yang bersamaan, kamera beralih ke samping, dan dua deretan sel penjara terlihat. Fokus kamera, bagaimanapun, pada sel tunggal di sisi lain ruangan.