Di ruang operasi, anak kecil yang kotor itu menangis dan berusaha merangkak keluar dari rahim buatan. Dengan mata yang belum cukup matang untuk membedakan benda-benda, anak itu didorong oleh insting, berhasil membuat jalannya keluar.
Pemandangan itu, paling tidak, mengerikan.
Ketika anak itu sepenuhnya muncul, tidak hanya Yuri dan Tuss yang terdiam, tetapi para dokter dan perawat juga memperlihatkan ekspresi keterkejutan. Apakah ini anak manusia? Ataukah mungkin keturunan serangga?
Bayi itu menangis terus-menerus, tanpa mendapatkan respons yang terasa seperti selamanya. Ini membuat anak itu marah, yang mulai mengguncang-guncang kaki dan menatap tajam, menyebabkan meja operasi yang kokoh itu berdentum setiap kali terpukul.
Tuss menatap anak itu, lalu ke rahim buatan yang hancur, dan kemudian kembali ke perut Yuri. Dia menelan ludah, berkomentar, "Syukurlah itu bukan perutmu."
Yuri dengan sepenuh hati setuju, "Itu menakutkan."