"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Eh, Arte? Um… Bukan apa-apa, kok. Jangan khawatir."
…Mencurigakan.
Aku merasa gelisah saat melihat Siwoo tergesa-gesa menghindari tatapanku seakan menyembunyikan sesuatu. Ayolah, aku bukan orang tua yang akan cerewet soal belajar atau apa pun. Akhir-akhir ini tampaknya Siwoo menyembunyikan sesuatu dariku. Dan karena itu, dia menjadi seperti ini. Dia menghabiskan lebih banyak waktu jauh dariku untuk memanfaatkan waktu luangnya.
Padahal biasanya dia hanya pergi sebentar ketika benar-benar diperlukan. Namun akhir-akhir ini, dia lebih sering meninggalkan tempat duduknya tanpa memberikan penjelasan yang benar.
"Apa yang sedang kamu lakukan akhir-akhir ini? Kamu biasanya jarang bermain ponsel."
"Umm, itu…"
"Dan kau jarang melihat ponselmu sebelumnya, tetapi sekarang kau terus-menerus memeriksanya."
Awalnya, aku merasa agak sakit hati dan sedikit cemas. Khawatir kalau dia terus bermalas-malasan seperti ini, dia tidak akan sanggup mengatasi cobaan dari Author. Jadi, aku secara jelas mengeluhkan perilaku malas Siwoo akhir-akhir ini.
Waktu latihannya berkurang, dan dia menghabiskan lebih banyak waktu untuk memeriksa ponsel dan internet. Siwoo bukan tipe orang yang malas seperti ini.
…Tetapi saat aku mengatakannya, ada sesuatu yang tampak mencurigakan. Tidak mungkin Siwoo akan berubah seperti ini secara tiba-tiba. Kita sedang berbicara tentang Siwoo, bukan orang lain. Tokoh utama dunia. Orang yang akan menyelamatkan dunia dari krisis. Orang seperti itu tidak akan tiba-tiba menjadi malas.
Aku percaya pada Siwoo. Tidak ada alasan untuk tidak percaya padanya. Tentu pasti ada alasannya.
…Dan melihat Siwoo berkeringat dingin mendengar pertanyaanku, aku jadi yakin. Ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku.
"…Jangan-jangan itu seorang gadis?"
Itukah alasannya Siwoo tiba-tiba menjadi malas?
Aku berpikir keras dan tiba-tiba menyuarakan ide yang terlintas di benakku. Siwoo pasti mendengarnya dengan jelas. Dia bilang dia bahkan bisa mendengarkan percakapanku dengan Author. Jika dia bisa mendengarnya saat kemampuannya lemah, hampir pada keadaan awal, tidak mungkin dia tidak bisa mendengarnya sekarang.
Siwoo sedikit menghindari tatapan mataku, seakan membenarkan pikiranku, ia tampak sedikit gelisah. Ya, seorang gadis. Itu pasti seorang gadis.
Apakah itu sebabnya dia tiba-tiba mencari di internet dan sering melihat ponselnya?
Apakah dia menghabiskan waktu mencari tempat kencan dan membisikkan kata-kata manis kepada kekasihnya?
"…Siapa itu?"
"Ah, hehe, itu…"
"Siapa itu?"
(TN: jangan bikin istrimu cemburu, Wo 🤣)
Apa?
Apakah mereka sudah mulai berpacaran?
Kok aku tidak tahu sama sekali?
Mungkin karena kami sudah bersama selama lebih dari sebulan, aku sudah cukup memahami hubungan di sekitar Siwoo. Dari penilaianku, aku tidak berpikir Amelia dan Dorothy memiliki hubungan seperti itu dengan Siwoo.
"I-Itu bukan cewek atau apa pun. Serius."
"Terus kenapa kamu panik seperti itu?"
"…"
"Mungkin bukan Amelia. Bukan juga Dorothy."
Keduanya tidak menunjukkan perasaan spesial apapun pada Siwoo. Kalau begitu, pasti gadis lain. Sejauh pengetahuanku, saat ini hanya ada dua karakter utama wanita. Hanya mereka berdua. Tapi kalau bukan mereka berdua, siapakah gadis yang membuat Siwoo begitu gelagapan seperti ini?
"Ahaha. Kenapa kamu begitu gugup? Aku tidak mencoba menginterogasimu."
Aku memutuskan untuk menyelesaikan pikiranku dan meyakinkan Siwoo. Tetapi meski aku tersenyum pada Siwoo, pikiranku melayang ke tempat lain.
…Itu bukanlah karakter utama wanita.
Setelah mempertimbangkan semua kemungkinan yang ada, aku tidak dapat menahan diri untuk berpikir seperti ini. Aku tahu kalau Siwoo dan mereka berdua sudah berbincang-bincang beberapa waktu lalu, tapi aku biarkan saja karena itu kehidupan pribadi mereka. Namun ada satu adegan yang aku ingat dengan jelas.
Siwoo, Amelia, dan Dorothy berbicara sambil melihat sesuatu di ponsel mereka. Kalau salah satu dari keduanya, kejadian seperti ini tidak akan terjadi.
…Mungkinkah itu boneka lain, bukan karakter wanita?
Sejak kapan? Sejak kapan dia mulai menggoda Siwoo?
Aku terus memperhatikannya di sekitar Siwoo. Aku tidak melakukan aktivitas Arachne. Tidak, aku tidak bisa. Bagaimana aku bisa melakukan aktivitas Arachne jika aku tidak bisa meninggalkan Siwoo?
Sebagian besar aktivitas Arachne saat ini merupakan hasil jerih payah Spira dan Lyra.
"Jika kamu tidak ingin membicarakannya, tidak apa-apa."
"Umm, baiklah. Sebenarnya, tidak banyak…"
Aku ingin tahu bagaimana kabar orang-orang itu akhir-akhir ini. Aku tidak pulang ke rumah selama lebih dari sebulan, jadi aku tidak dapat memahami bagaimana keadaan mereka. Aku harus bertanya pada penyelidik kita lain kali. Dia mengendalikan orang-orang itu seperti seorang pengasuh bayi.
Spira, yang menjadi sombong jika ditinggal sendirian sebentar, dan Lyra, yang berpura-pura tidak sombong tetapi dengan mudah terhanyut oleh Spira. Aku tahu sulit mengendalikan orang-orang itu, tapi…
Sepertinya ada satu hal lagi yang perlu aku tanyakan.
"…Aku akan mencuci pakaian sebentar. Aku akan segera kembali, jadi kamu tidak perlu mengikutiku."
"Arte? Tunggu, itu…"
Aku bergegas meninggalkan tempat itu sambil menenteng keranjang cucian penuh pakaian. Sejak Siwoo dan aku mulai tinggal di rumah yang sama, akulah yang mengurus sebagian besar pekerjaan rumah, tapi…
Mencuci baju merupakan pengecualian.
Karena hal-hal seperti pakaian dalam akan memalukan jika dilihat orang lain, kami memutuskan untuk menaruh cucian kami di keranjang kami sendiri dan melakukannya masing-masing.
Ini pertama kalinya aku tinggal bersama seseorang, jadi aku tidak yakin, tetapi mungkin tidak akan jauh berbeda meskipun kami berjenis kelamin sama. Itulah sebabnya mengatakan bahwa aku akan mencuci adalah alasan terbaik untuk meninggalkan tempatku. Lebih bagus lagi ketika aku melirik sekilas, hanya tumpukan cucian yang sesuai terlihat.
…Bagus. Jarak ini seharusnya cukup.
Sekalipun Siwoo, tidak mungkin dia bisa mendengar pembicaraan kami dari jauh ini. Kalau saja dia bisa mendengar dari jarak sejauh ini, aku akan percaya kemampuannya adalah telinga kucing, bukan intuisi. Yakin akan hal ini, aku bertepuk tangan untuk memanggil penyidik.
"…Apakah kamu memanggilku?"
"Maaf mengganggumu saat kamu sedang sibuk, tapi aku butuh kamu melakukan sesuatu."
"Silakan, lanjutkan."
Ha-Yul sungguh telah banyak berubah. Orang yang awalnya mencoba memasukkanku ke penjara kini telah menjadi bawahan yang melakukan pekerjaan yang sama denganku. Bersama dengan Lyra yang merupakan kandidat karakter utama wanita, dia mungkin adalah orang yang hidupnya dibuat jungkir balik karena Author.
Sesungguhnya dunia ini…
Tidak, tidak. Sekarang bukan saatnya untuk larut dalam pikiran suram seperti itu. Ada informasi yang ingin aku ketahui sesegera mungkin, jadi aku menghapus pikiran itu di kepalaku dan berbicara kepadanya.
"Bisakah kamu menyelidiki masa lalu Siwoo?"
"…Masa lalunya, katamu?"
"Ya. Secepat mungkin."
Kenapa aku menanyakan ini? Ekspresi keraguan itu sekilas muncul di wajah Ha-Yul. Namun dia segera menegangkan wajahnya seolah menyadari kesalahannya dan mengangguk.
"Tolong fokus pada hubungannya."
Tepat setelah bertemu Siwoo, aku menghabiskan sebagian besar waktuku di dunia ini untuk mengawasinya. Ya, dari pagi hingga malam. Bahkan sebelum aku bergantung padanya.
Itulah sebabnya aku bisa yakin. Tidak ada waktu bagi Siwoo untuk tiba-tiba punya pacar. Sama sekali tidak. Kalau saja ada, aku akan langsung menyadarinya.
Hanya ada satu jawaban.
…Ada kemungkinan sesuatu terjadi sebelum dia memasuki akademi.
"Siap."
"Silakan lakukan secepatnya."
Aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti, tetapi sejauh yang aku tahu, Siwoo tidak memiliki keluarga. Sebuah rumah cukup luas untuk ditinggali sendiri. Tetapi sebuah keluarga yang belum memperlihatkan wajahnya sekalipun selama lebih dari setengah tahun berasal di dunia ini.
Itulah sebabnya aku pikir dia tidak punya keluarga.
Apakah keluarganya mengalami semacam kecelakaan? Atau apakah Author menghapusnya sebelum dia tidak dapat memanipulasi pengaturan Siwoo?
Atau mungkin mereka sedang dalam perjalanan bisnis jangka panjang di sisi lain. Ya, aku tidak terlalu tertarik dengan keadaan keluarga Siwoo. Aku hanya tertarik pada satu hal.
"Jika sesuatu yang tidak perlu telah melekat…"
Aku tidak peduli boneka jenis apa itu. Aku harus menyingkirkannya.
"Ngomong-ngomong, apa itu?"
"Hah?"
"Apa yang kamu pegang di tanganmu."
"…Ah, ini."
Mendengar perkataan Ha-Yul, aku teringat alasan apa yang kupakai untuk kabur. Kataku, aku akan mencuci pakaianku sendiri.
"Tidak apa-apa. Hanya saja…"
"Hmm, aku tidak yakin apakah aku harus mengatakan ini, tapi… memegang pakaian bekas milik orang lain itu tidak baik."
"Apa?"
Apa yang dia katakan?
Mendengar perkataannya, aku segera memeriksa isi keranjang cucian yang kuambil dengan tergesa-gesa.
…Aneh. Kenapa pakaianku terlihat begitu besar?
"Yah, kalau seperti prediksi Siwoo terakhir kali, tidak ada salahnya untuk mengamankannya lebih awal…"
"Hah, hah?!"
Terkejut, aku melempar keranjang cucian itu, dan tumpukan cucian itu langsung berserakan di lantai. Ya ampun! Aku pikir itu milikku.
Aku menyesal telah membuang cucian begitu selesai melakukannya, kaget dengan situasi yang tiba-tiba itu. Debu di lantai menempel pada pakaian, membuatnya jauh lebih kotor. Untuk mengotori pakaian orang lain seperti ini.
Tepat saat aku hendak mengambilnya, sambil merasa bersalah karena telah menimbulkan masalah, sebuah suara datang di sampingku.
"Ya ampun. Biar aku bantu…"
"Tidak apa-apa, kamu bisa melanjutkannya."
"Tidak, tapi…"
"Tidak apa-apa."
"…Aku mengerti."
***
"…Itu keranjang cucianku."
Siwoo berpikir sambil melihat Arte bergegas pergi. Dia sempat mempertimbangkan apakah akan mengatakan hal ini atau tidak. Dan dia telah memutuskan untuk mengatakannya karena risiko tidak mengatakannya terlalu besar. Tetapi Arte tiba-tiba meninggalkan tempat duduknya, jadi dia tidak bisa memberitahunya pada akhirnya.
Alasannya yang tiba-tiba seperti ingin mencuci pakaian dan pergi, menunjukkan bahwa dia sangat ingin melakukan sesuatu, jadi dia tidak bisa menghentikannya. Dia bahkan tidak bisa mengatakan bahwa keranjang yang diambilnya adalah miliknya. Dia mungkin akan kembali ketika dia menyadari dia mengambil yang salah setelah melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Siwoo memutuskan untuk menunggunya dengan sabar.