"Ada yang ingin kamu katakan?"
"Iya."
…Di sini?
Tiba-tiba?
Terkesima oleh kata-kata Siwoo yang tiba-tiba, aku menatap sekeliling dengan kosong.
Orang-orang bercakap-cakap dengan riuh dan mesin-mesin bersinar gemerlapan.
Bukankah ini seharusnya menjadi perayaan setelah ujian selesai?
Aku bermain-main dengan alat yang ada di tanganku, yang tadi kupakai bersama Amelia.
"Um, bisakah kita membicarakannya nanti saat kita…?"
…Sepertinya itu tidak akan berhasil.
Melihat ekspresi serius Siwoo, aku menelan keluhanku tentang membicarakannya nanti.
Ini lebih menyenangkan daripada yang kutebak.
Dengan sedikit penyesalan, aku melihat alat yang baru saja kupakai dan kemudian meletakkannya.
Tidak apa-apa menikmati hal-hal ini nanti lagi.
Ini memang barang yang luar biasa dan menarik, tapi itu saja.
Jika dibandingkan dengan Siwoo, ini hanya benda yang lebih buruk dari sampah di jalanan.
"…Ya, apa itu?"
Omong-omong, apa yang sebenarnya bisa dia katakan tiba-tiba?
Seberapa banyak aku berpikir, aku tak bisa menemukan alasan di balik itu.
Adakah alasan Siwoo memandangku dengan ekspresi serius seperti itu?
Ratusan khayalan muncul dalam pikiranku dalam sekejap.
…Apakah mungkin tempat ini sebenarnya adalah markas organisasi penjahat?
Sejujurnya, aku tahu ini terdengar seperti khayalan yang berlebihan.
Pikiran bahwa sebuah organisasi rahasia ada di bawah tanah, di tempat yang biasanya orang datang untuk hiburan.
Aku tahu pikiran semacam ini kekanak-kanakan, bahkan anak SMP pun tidak akan berpikir seperti ini.
Namun, karena adanya Penulis, aku tak bisa menahan diri untuk mencurigai hal-hal seperti ini.
Penulis memang selalu seperti itu.
Memasukkan settingan yang absurd dan tersenyum lebar, mengatakan itu akan menyenangkan.
"Yah, um…"
Siwoo, yang tampak serius, tiba-tiba mengalihkan pandangan dengan wajah sedikit bingung.
Apakah sulit untuk membicarakannya di sini?
"Jika sulit untuk membicarakannya di sini, bagaimana kalau kita keluar sebentar?"
"Tidak. Bukan itu... Ini, maukah kamu menerimanya?"
"Apa?"
Seolah sudah memutuskan, Siwoo mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku secara reflek menggenggam apa yang ada di tangan Siwoo.
…Sebuah gelang?
"Ini…"
Apa niat Siwoo memberiku sesuatu seperti ini?
Aku melihat sekeliling sekali lagi.
Orang-orang masih tertawa, bercakap-cakap, dan menikmati tempat ini.
Apa alasan memberiku barang seperti ini di tempat seperti ini?
Tentu saja, ini adalah barang yang tidak terasa aneh diberikan di tempat seperti ini.
Aksesoris cantik yang tampak sederhana, namun benang hitam yang kontras dengan benang putih memberikan sedikit sentuhan elegan.
Sebuah barang dengan kualitas tinggi, bahkan bagiku yang tidak terlalu tertarik dengan aksesoris.
Namun ada sedikit kekuatan magis yang terkandung dalam benang tersebut.
Apa ini?
Kenapa dia tiba-tiba memberikannya padaku?
"Ini adalah gelang."
"…Bagaimana menurutmu?"
"Maaf?"
Siwoo, yang tampak sangat tegang, bertanya tentang kesanku.
Apa pendapatku?
Apa maksudnya dengan itu?
Aku sama sekali tidak bisa memahami kata-kata Siwoo.
"Apakah kamu suka?"
"…Aku rasa ini cantik, tapi kenapa?"
Aku bahkan tidak bisa menebak apa yang Siwoo ingin lakukan.
Melihat kekuatan magis yang terkandung dalam gelang itu, sepertinya ini bukan barang biasa.
Apakah mungkin Penulis mulai mengembangkan plot tanpa sepengetahuanku, dan karena itu, Siwoo sedang melawan organisasi jahat baru?
Namun dia sudah bersamaku terus-menerus sejak Penulis berhenti berbicara denganku.
Aku tahu Siwoo sedang melakukan sesuatu di kamarnya akhir-akhir ini, tapi aku tidak berpikir dia bisa melakukan apa pun dalam waktu singkat seperti itu.
"…Maaf. Aku benar-benar tidak tahu."
Jadi aku memutuskan untuk jujur.
Barang ini apa sebenarnya? Kenapa dia memberikannya padaku?
Aku tidak bisa mengerti arti dari gelang ini sama sekali.
Lalu Siwoo, yang tadi memandangku dengan ekspresi tegang, menghela napas seolah kebingungan menjelaskan sesuatu padaku.
"…Sepertinya penjelasanku kurang jelas. Ini adalah hadiah."
"Hadiah?"
"Iya, hadiah. Aku membuatnya sendiri. Bagaimana menurutmu?"
Dia membuatnya sendiri?
Dengan kata-kata itu, aku tanpa sadar memandang gelang itu lagi.
Siwoo membuat gelang ini?
Apakah Siwoo lebih mahir dengan tangannya daripada yang kubayangkan?
Aku bermain-main dengan gelang yang ada di tanganku tanpa alasan.
Aku merasakan tekstur lembut di ujung jariku.
"Maukah kamu mencobanya?"
"Oh, iya…?"
"Kita coba begini."
Kata-kata yang tiba-tiba.
Mungkin Siwoo merasa frustrasi karena aku tidak menunjukkan banyak reaksi terhadap kata-katanya tentang hadiah buatan tangan ini.
Atau mungkin dia sudah merencanakan ini dari awal.
Siwoo mendekat padaku dan kemudian memasangkan gelang itu di pergelangan tanganku sendiri.
"Hmm, cantik. Cocok untukmu."
Aku menatap kosong wajah Siwoo yang tersenyum, mengatakan senang gelang itu cocok untukku.
Ini benar-benar cerita yang berbeda dari yang kupikirkan.
Bukan cerita rahasia tentang menghilangkan organisasi jahat.
Bukan pula gelang dengan latar belakang tragis, hanya sebuah hadiah biasa.
"Kenapa kamu memberikannya padaku…?"
Aku belum pernah melihat Siwoo memberikan hadiah pada siapa pun.
"Aku pikir kamu mungkin kesepian."
"…Maaf?"
"…Hm, yah. Aku kira kamu merasa kesulitan saat aku tidak ada di sini, kan?"
Dengan menggaruk kepalanya, Siwoo berbicara dengan hati-hati.
Seolah dia tidak ingin aku terluka.
Seolah dia memberitahuku agar tidak salah paham, suara Siwoo penuh pertimbangan.
"Kamu mungkin salah paham karena aku memberikannya setelah kamu menunjukkan sisi dirimu itu… Tapi sebenarnya, aku sudah membuatnya sejak lama."
"…Sejak lama?"
"Iya. Aku ingin memberikannya sebagai kejutan, jadi aku membuatnya secara diam-diam."
Ah.
Tiba-tiba, aku teringat Siwoo yang melakukan sesuatu sendirian di kamarnya.
Jadi dia sedang membuat ini.
"Amelia dan Dorothy juga banyak membantu."
Mendengar kata-kata Siwoo, aku merasa sangat malu pada diriku sendiri.
Aku pikir Siwoo sedang tergoda oleh seorang wanita dan mengabaikan latihannya untuk bersenang-senang.
Tapi itu tidak benar.
Dia menyisihkan waktu di sana-sini untuk membuat hadiah untukku.
Aku merasa malu pada diriku yang meminta Lee Ha-Yul untuk menyelidiki Siwoo.
"Terima kasih…"
"Arte, aku tidak bisa selalu berada di sisimu."
"…Iya. K-Kau benar."
Saat aku hendak mengungkapkan rasa terima kasih, suasana hatiku langsung turun mendengar suara Siwoo yang penuh penyesalan.
Ya.
Seperti yang dikatakan Siwoo, dia tidak bisa selalu berada di sisiku.
Saat mandi, mencuci, dan sebagainya.
Ini bukan hanya tentang kehidupan sehari-hari yang biasa.
Pada akhirnya, Siwoo akan berakhir dengan sang heroine.
Kemudian Siwoo tidak akan bisa bersamaku.
Siapa yang suka jika ada wanita lain yang tinggal di rumah dan selalu menempel pada Siwoo?
…Aku harus berpisah dari Siwoo.
Suatu hari, aku tidak akan bisa bersama Siwoo.
Bahkan dengan Siwoo tepat di depanku, pikiranku mulai terasa kosong.
Suatu hari nanti, aku akan meringkuk dalam kesepian dan menghabiskan malam sendirian.
Bahkan penglihatanku mulai memudar putih.
Aku tidak boleh memikirkannya. Aku tidak boleh memikirkannya.
Aku berpikir aku tidak boleh, tapi aku tak bisa berhenti memikirkannya.
Jauh dari Siwoo.
Seorang wanita, Amelia atau Dorothy, tersenyum bahagia di samping Siwoo.
Apa yang akan terjadi padaku saat saat itu datang?
Jika Siwoo tidak ada di sisiku, aku…
Jika Siwoo, satu-satunya manusia, tidak ada di dekatku.
Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan yang akan ku rasakan.
"Tapi aku akan selalu berada di sisimu."
"…Hah?"
Suara Siwoo menghancurkan imajinasiku dalam sekejap.
Dia berkata dia akan selalu berada di sisiku.
…Itu.
"Itu tidak mungkin."
"Itu tidak mustahil."
"…Tadi, kamu bilang kamu tidak bisa selalu bersamaku."
Itu adalah kontradiksi.
Kata-kata Siwoo penuh dengan kontradiksi.
Mengatakan bahwa dia tidak bisa selalu bersamaku, tapi dia akan selalu bersamaku.
Kata-kata kosong.
Saat aku hendak marah, berpikir dia hanya mencoba menenangkanku.
Siwoo berkata padaku.
"Iya. Aku tidak bisa selalu bersamamu secara fisik. Tapi aku akan selalu bersamamu."
"Apa maksudmu…"
"Maukah kamu mencoba memasukkan kekuatan magis ke dalamnya?"
"…Kekuatan magis?"
Dia mengatakan padaku untuk memasukkan kekuatan magis ke dalamnya.
Jika ini sesuatu yang tidak berguna, aku akan sangat marah.
Dengan pikiran itu, aku terkejut dengan sensasi yang kurasakan saat memasukkan kekuatan magis ke dalam gelang itu.
"Ini…"
"Bagaimana rasanya?"
Aku merasakannya.
Di mana Siwoo berada.
Selain berada tepat di depanku, aku yakin aku bisa merasakan di mana dia, meskipun dia jauh.
Aku merasa seperti Siwoo dan aku terhubung oleh benang tak tampak.
"Meskipun aku terpisah darimu, Arte. Aku akan selalu ada di dekatmu."
Aku menatap gelang itu kosong dan perlahan menjauh dari Siwoo.
Aku merasa seperti aku masih bisa mengetahui dengan jelas di mana Siwoo berada.
Tidak peduli seberapa jauh kami terpisah.
Tidak peduli di mana dia atau apa yang dia lakukan.
Aku tahu aku akan merasakan seolah-olah Siwoo dan aku terhubung oleh benang tak tampak.
"Kita akan selalu bersama."
Hanya ketika aku melihat Siwoo untuk bertanya bagaimana dia melakukan ini, aku baru menyadari,
Di pergelangan tangannya, ada gelang yang persis seperti yang aku kenakan.
"Jangan terlalu khawatir, Arte. Aku akan selalu berlari ke arahmu."
Aku mengelus gelang yang diberikan Siwoo.
Bersama dengan tekstur lembut itu, perasaan hangat menyebar di dadaku.
"Apa pendapatmu, Arte?… Apakah kamu suka hadiah ini?"
"…"
Saat aku mengelus gelang itu dengan kosong, aku melihat Siwoo gelisah, bertanya-tanya ke mana hilangnya penampilan keren yang tadi.
Penampilannya itu.
Aku tak bisa menahan tawa kecil.
"Bagaimana mungkin aku tidak suka?"
Perasaan hangat itu menyebar dan mencapai hatiku.
Deg, deg.
Apa sebenarnya emosi yang diungkapkan oleh detak jantungku yang berdegup kencang?
"Terima kasih atas hadiah yang indah ini."
(TN: Sudah nikah saja kelen)