*Olivia*
Ketakutan dan gelisah menggenggam kerongkonganku saat Jumat siang. Detak jam membuatku semakin gusar saat kami menunggu waktu untuk kembali ke Surrogazione Generazionale dan bertemu dengan calon ibu pengganti kami.
Kuku-kuku jari tanganku tergigit pendek karena anxiety yang memancar dari diriku. Kalau kegelisahanku bisa memancarkan radiasi, bisa jadi aku hanya selangkah lagi dari ledakan nuklir.
Aku mondar-mandir di tengah ruang duduk suite kami. Gerakan ini adalah cara yang baik untuk mengeluarkan energi berlebih, meskipun itu tidak begitu membantu. Pada titik ini, aku tidak akan terkejut kalau ada lubang di karpet karena aku sudah berputar-putar di atasnya berkali-kali.
"Bagaimana jika ada yang salah dan tidak ada satupun dari mereka yang tersedia lagi?" aku bertanya dengan keras.