*Olivia*
Aku menatap kosong dinding dapur, memutar pergelangan tanganku terus-menerus saat aku mengaduk wajan yang sudah kutaruh di atas kompor. Aku bahkan tidak ingat apa yang sudah kumasukkan di sana, apalagi apakah sudah matang atau belum.
Linglung, aku hampir terlepas dari kenyataan saat menunggu makanan matang. Separuh dari pikiranku tahu bahwa Maria selalu membuat sarapan, tapi separuh lainnya yakin bahwa aku harus melakukannya sendiri. Di tengah semua itu ada berbagai pikiran yang bahkan tidak bisa dirangkai oleh otakku yang lelah.
Cahaya matahari yang masuk melalui jendela mengejekku, memperingatkan betapa terlambatnya waktu berlalu hari ini. Elio lapar, aku yakin itu. Aku berkedip perlahan, seperti mencoba berenang melalui cairan kental. Segala sesuatu di sekitarku berjalan dengan kecepatan yang berbeda, lebih cepat dan lebih lambat dari yang aku inginkan.