P.O.V AMELIA
Kaden membimbingku menuju selimut dan membantuku duduk dengan perlahan. Dia membuka keranjang pertama dan aroma kue mengisi hidungku. Saya belum makan apa-apa sejak pagi dan saya bersyukur karenanya karena mulutku berair melihat isi keranjang tersebut. Saya bisa melihat pai, sandwich, dan irisan kue.
Keranjang lainnya memiliki berbagai jenis minuman. Ada smoothie buah serta beberapa teh dan permen. Saya tersenyum lebar saat memikirkan semua usaha yang pasti telah dia lakukan untuk ini.
"Apakah kamu yang membuat ini?" tanya saya dan dia mendengus.
"Saya pandai memasak tetapi buruk dalam membuat kue," dia berbisik seolah-olah itu adalah sebuah rahasia. "Saya harus minta bantuan dari seorang teman yang membuat kue terbaik di kawanan. Mungkin suatu hari saya bisa mengajakmu ke tokonya."
"Saya sangat ingin itu."