185 Masa Lalunya

Berita itu tampaknya membuat Bryden sangat terluka.

Meski dia terus tersenyum dan menunjukkan rumahnya pada Emily, ekspresinya sangat berbeda dari sebelumnya. Dia tidak lagi pemalu tapi tampak agak sedih dan kecewa.

Emily memperhatikan perubahan suasana hatinya. "Terima kasih, Pak Norman. Saya pikir kita harus mengakhiri tur di sini. Anda pasti sangat sibuk hari ini, jadi saya tidak akan mengambil waktu Anda lebih banyak lagi."

Bryden terkejut, menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Lihat, ada taman. Itu milik kakak laki-laki saya. Sangat indah. Akan sangat disayangkan jika Anda melewatkannya. Izinkan saya menunjukkannya kepada Anda."

Bryden Norman membawanya ke taman mawar tempat dia telah bertemu Pak Setan sebelumnya.

Ini adalah pintu masuk lain, berbeda dari yang dia gunakan sebelumnya. Namun, dari perspektif ini, taman itu masih sangat indah.

Mawarnya tinggi dan mekar dengan cemerlang, seperti langit senja, bersinar dan megah.