Di sisi lain, setelah Arwen keluar dari Vila Quinn, dia mengambil napas dalam-dalam dan tersenyum—senyum yang tulus kali ini. Dia telah memperjuangkan pertarangannya, dan meskipun tampak mudah di permukaan, hanya dia yang tahu betapa sulitnya itu. Terutama ketika dia melihat ayahnya seperti itu.
"Nyonya, apakah kita akan kembali?" tanya Alfred saat membukakan pintu mobil untuknya.
Arwen menoleh ke arahnya, bibirnya membentuk senyum lembut. "Ayo," katanya sebelum masuk ke dalam mobil.
Alfred belum pernah melihatnya tersenyum begitu dekat sebelumnya, jadi butuh waktu sejenak untuk dia bereaksi. Telinganya menjadi sedikit merah, namun dia cepat pulih, menutup pintu sebelum menuju ke kursi pengemudi.
Ketika dia menghidupkan mesin, tiba-tiba saja Arwen teringat sesuatu. "Alfred," katanya, memutus keheningan. "Ada tempat lain yang ingin saya kunjungi. Antar saya ke sana dulu."