Arwen hanya menggodanya. Dia tidak pernah berpikir bahwa dia akan menganggapnya begitu serius. Tapi ketika dia mengatakan bahwa dia tidak akan pernah menyesal memilihnya, kehangatan menyebar di seluruh tubuhnya.
Kemerahan serupa merayap di pipinya saat wajahnya terasa hangat.
"Bagus, jika kamu berpikir begitu," dia berbicara pelan, "karena bagaimanapun, kamu tidak bisa mengubah apa pun sekarang. Aku sudah menjadi istrimu yang sah secara hukum dan aku sama sekali tidak berniat meninggalkanmu."
"Kenapa?" Aiden bertanya dengan nada penuh makna, mengambil kesempatannya —berharap dia akan mengungkapkan emosinya yang sesungguhnya.
Namun, Arwen tetap waspada. Dia hanya akan mengalir dengan emosinya.
Bagi Arwen, pengakuan emosi bukanlah suatu masalah.
Dia selalu sangat setia pada hatinya.
Jadi, selama dia merasa demikian di hatinya, dia akan mengakuinya. Tetapi hal seperti ini seharusnya tidak hanya dikatakan begitu saja melalui telepon.