Semuanya terjadi terlalu cepat. Dengan tawa angkuh, murid itu naik pedang terbangnya dan hilang ke kejauhan sebelum salah satu dari kami sempat menghentikannya. "Aku akan menemukannya," gigiku gemeretak dan aku siapkan pedangku sendiri, yang berkobar dengan amarah dan rasa bersalah.
"Tunggu." Untuk kejutanku, Peng Yao menghentikanku. "Bukankah kamu ingin tahu apa itu artefak tersebut?"
Aku menatapnya dalam kebingungan. Ini bukan saatnya untuk informasi yang tidak relevan. "Apakah mengetahuinya akan membantuku mendapatkannya kembali?" tanyaku.