Murid di depanku menghilang. Paviliun tempatku duduk lenyap. Aku berdiri di puncak berselimut salju Gunung Hua, hembusan angin dingin musim dingin bersiul di wajahku.
Aku menggigil sedikit, dan aku mengangkat kakiku untuk melangkah maju. Salju di bawahku berkerut, membentuk jejak langkah di belakangku. Aku menatap sekeliling dengan heran. Ini bukan seperti penglihatan yang pernah kulihat sebelumnya. Bukan adegan yang hanya bisa kutonton, penglihatan ini membuatku menjadi bagian darinya, dan semuanya begitu nyata hingga aku bisa merasakan udara dingin dan mencium aroma tanah beku. Tak diragukan lagi, ini akan membuat apapun yang akan ditunjukkannya terasa nyata seperti kehidupan sebenarnya.
"Setan!" Teriakan tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Aku berputar, menangkap sekilas beberapa sosok di puncak gunung, suara pedang mereka beradu bergaung melintasi puncak gunung yang tandus. "Keji!" Teriakan lain menyusul. Tawa seorang gadis terdengar mengikuti suara-suara itu, jernih dan cerah.