Ciuman ini tidak seperti yang pernah saya minta darinya beberapa minggu yang lalu. Semua keraguan dan ketidakpastian telah hilang, dan dia memeluk saya dengan penuh tawaran kasih sayangnya, gairahnya. Bibirnya hangat dan lembut di bibir saya, begitu pula telapak tangannya saat ia mengelus pipi saya, menggantikan sensasi dingin dari jejak air mata saya dengan sentuhan lembutnya.
Saya membuka bibir saya, mengundangnya masuk. Kali ini, dia tidak lagi terasa seperti darah. Aroma segarnya menari di ujung lidah saya, dan saya hampir lupa betapa menariknya, betapa memabukkannya perasaan indah itu. Saya menghela napas, meluncurkan tangan saya ke belakang lehernya, menekannya lebih dekat ke dalam diri saya.