Untuk menghindari godaan lebih lanjut, saya tidak memeluknya dengan ciuman terlalu lama. Konsekuensi dari tetap terjaga sepanjang malam mulai terasa setelah beberapa waktu, dan saya kembali tidur dengan kepala bersandar di bahunya. Kenyamanan berbaring di pelukannya terasa seperti di surga, dan saya tidak terbangun lagi sampai hampir tengah hari.
"Kamu bisa terus tidur," katanya saat saya mengusap mata yang masih berkunang-kunang dan meraih jubah harian saya. "Saya bisa bangun sendiri jika saya butuh sesuatu, dan—"
Suara perut saya yang memekakkan telinga menyela, dan dia berhenti. Kemudian kami berdua tertawa. "Sepertinya saya yang membutuhkan sesuatu," kata saya agak malu.