Aku Cinta Kamu

Aku menghela napas saat sensasinya membesar di dalam diriku. Terasa sangat pas, begitu sempurna. Meskipun banyak waktu yang telah berlalu, ini adalah segalanya yang aku ingat, segalanya yang mengingatkanku betapa jelasnya kita saling memiliki. Aku mempererat pelukanku padanya, mencengkeramnya dengan otot-otot dalamku. "Bai Ye ..." aku berbisik. "Lakukan dengan lambat ... Aku ingin merasakanmu ... selama mungkin."

Dia tertawa kecil. "Persis seperti yang aku pikirkan," katanya, dan bibir kita bertemu sekali lagi.

Alih-alih ciuman penuh gairah yang tadi, kali ini ciumannya lambat dan menggantung seperti gerakannya di bawah sana. Dia memelukku, membelai punggungku dengan kehangatan telapak tangannya sambil menekan dadanya ke tubuhku, menyegel jarak di antara kita. Panas kulitnya terasa membakar kulitku, dan aku berdesir oleh kehadirannya yang memenuhi diriku, dari dalam dan luar.