The Birth Of New Stars

Di tengah pertempuran yang berada di sebuah kota dan disiarkan di seluruh planet itu, Efialtis muncul tanpa ada yang tahu siapa dan darimana dirinya berasal.

"Ba-Baiklah!" Balas lelaki muda itu.

Merasa canggung, Efialtis mengingat cara Nessie memperlakukan anak-anak. "Haha, tenanglah. Nak, aku bukan orang seperti itu. Dan kalian semua kenapa tidak duduk dulu dan ikut menjelaskan situsinya?"

Suasana di sana sontak menjadi lebih baik dan semua orang benar-benar duduk mematuhi perkataan Efialtis. Ada yang duduk melayang, ada yang duduk di atas sesuatu.

'Ahh, sepertinya aku terlalu berlebihan deh.' Gumam Efialtis dalam hati saat melihat kondisi nya sekarang.

"Baiklah, ayo lanjutkan. Nak!" Kata Efialtis pada lelaki muda dihadapannya.

"Umm, ini terjadi dua minggu yang lalu. Kami dari kubu yang berbeda dan memiliki pandangan yang berbeda. Oleh karenanya kami saling berseteru karena perbedaan pendapat dan pandangan." Kata si lelaki muda itu.

"Kubu?" Tanya Efialtis.

"Uh, ya! Semacam kelompok, aku dari kubu pahlawan 'Spear of Judgement' yang bertugas menjaga kedamaian bumi dan mereka dari kubu masih tak diketahui." Kata lelaki itu.

Efialtis yang penasaran dengan kubu yang satunya segera menggunakan GodSpeed nya untuk berpindah dan menanyakannya langsung pada anggota kubu itu.

"Apa nama kubu kalian dan apa tugas kalian? Jawab jujur, ya." Tanya Efialtis dengan senyuman di wajahnya.

"Ka-Kami anak buah dari 'Cult Of Zenith'." Kata salah satu orang yang Efialtis tanyai.

Jawaban dari orang itu sontak membuat Efialtis tercengang, dia kemudian memperhatikan wajahnya menembus penutup wajah yang orang itu kenakan.

'Ah! Gadis muda. Dia terlihat mirip seperti Shisyl.' Gumam Efialtis saat melihat warna rambut juga matanya.

Dia kembali bertanya padanya. "Cult Of Zenith? Maksudmu, Beyonder Zenith 'The Mythical Huntress'?"

"I-iya itu benar!!" Balas gadis dengan ekspresi yang terlihat terkejut.

"Ffft, ahahahahaha! Oh, pantas saja dia merekomendasikan planet ini, Dasar cerdik." Tak bisa menahan tawanya, Efialtis begitu tak percaya pertempuaran tak berguna itu terjadi karena Zenith.

Semua nya yang mendengar tawa Efialtis justru semakin menengang dan semakin gelisah karena tak bisa berbuat apa-apa.

"Umm, tuan boleh aku bertanya kenapa anda tertawa?" Tanya gadis itu.

"Ah, tidak kok. Hanya saja dia itu 'kakak' ku dan sosok yang merekomendasikan planet ini untuk aku tinggali." Kata Efialtis berusaha menghentikan tawanya.

Mereka yang mendengarnya ikut terkejut, karena dewa yang mereka sembah punya 'adik', saat gadis itu akan kembali bertanya.

Efialtis melangkah mundur sembari tersenyum lebar dan mengangkat kedua tangannya ke langit. "Dengar semuanya! Aku memang bukan siapa-siapa dan aku juga tak terlalu tahu masalah kalian. Yang kuingin kan dari kalian semua yang ada di planet ini hanya satu."

Efialtis dengan ekspresi yang tampak bahagia karena menemukan ketenangan, berkata pada mereka semua.

"Aku punya perang yang berbeda dari kalian, perang yang akan melibatkan seluruh alam semesta dan akan terjadi dua belas tahun kedepan. Oleh karenanya aku akan menetap di planet ini untuk sementara waktu."

Efialtis dengan tegas berkata apa yang menjadi tujuan nya datang ke sana. Dia kemudian melanjutkan perkataannya sembari perlahan menghilang layaknya terbakar oleh api.

"Aku, Efialtis Syr Vasilor. Akan melindugi setiap makhluk yang memiliki kehidupan." Dia akhirnya menghilang terbakar oleh api entah menuju kemana.

Semua orang yang awalnya terdiam kini saling memandang satu sama lain dan memutuskan untuk menunda pertempuran itu karena mengalami keadaan yang jauh lebih berbahaya.

Sementara lelaki muda dan salah satu anggota penyembah Zennith berbalik secara bersamaan dan untuk sesaat memandang satu sama lain sebelum akhirnya pergi.

Lelaki muda itu terbang, sedangkan si gadis menggunakan kekuatannya untuk berteleportasi. Di sisi lain Efialtis yang sudah pindah ke kota hanya bisa terbingung saat semua orang terus memandang ke arahnya dan bersorak padanya.

"Efialtis! Efialtis! Efialtis!" Mereka semua terus bersorak seperti menyambut orang penting.

Namun, Efialtis merasa terganggu dan berusaha menenangka semua orang. "Hei! Tunggu! Aku tak mengerti kenapa kalian bersorak padaku tapi aku mohon untuk tak berisik, ya?"

Kata Efialtis, suaranya begitu menggema meski hanya mengeluarkan suara kecil, itu karena dia sengaja menggunakan kekuatannya untuk membesarkan suaranya hingga ke titik suaranya itu nyaman di dengar.

Mereka seketika terdiam dan memberi jalan untuk Efialtis. Melirik ke sekitar, Efialtis menemukan pakaian yang dirasa tepat baginya.

Dia kemudian menciptakan sebuah mantel yang dirinya lihat dari etalase toko, menciptakan topi fedora yang dia lihat dari seorang pria tua, lalu menciptakan sebuah masker polos yang dirinya lihat saat pertempuran tadi untuk menutupi seluruh wajahnya.

Dia akhirnya kabur menggunakan GodSpeed saat semua orang terpana dengan proses pembuatannya yang menggunakan api sebagai medianya.

Beberapa saat kemudian, dia yang tengah berjalan dengan baju barunya secara tak sengaja melihat sebuah gedung pencakar yang sangat tinggi dengan simbol seperti tombak dan tameng dengan tulisan 'Spear Of Judgement'.

Memandanginya untuk beberapa saat, Efialtis pergi begitu saja setelah puas memperhatikan hal baru baginya.

Namun, dari belakang seseorang tiba-tiba memanggilnya lalu menanyakan sesuatu pada Efialtis.

"Ah, permisi tuan. Bolehkah saya tanya apa anda tahu jalan menuju gedung para pahlawan?" Seorang pria buta bertanya arah padanya, Efialtis yang melihatnya merasa iba dan memutuskan untuk membantunya menuju ke gedung itu karena mereka perlu beberapa kali untuk sampai ke tempat yang di maksud.

"Kita berada di depannya pak!" Efialtis memegang pundaknya lalu menggunakan GodSpeednya, melangkah di antara ruang dan waktu, mereka sudah sampai di depan pintu gedung itu.

Si pria tampak terkejut dan agak malu ketika mengetahui kalau dirinya sudah berada di depan tempat yang ditujunya. Dia meminta maaf dengan sepenuh hati dan menawarkan Efialtis untuk masuk.

"Maafkan, aku tuan. Karena buta aku tak bisa terlalu jelas mengetahui tempat dimana aku berada. Oh, maukah anda menemani ku untuk menjemput adik saya?" Kata pria itu dengan nada yang agak canggung.

"Oh, tidak apa-apa aku hanya kebetulan lewat. Anda langsung saja ke sana pak, disana ada kursi." Kata Efialtis sambil menunjuk ke arah kursi tunggu. Namun, sesaat setelahnya baru menyadari kalau orang yang dia ajak bicara buta.

"Ah! Maaf!" Dengan panik dia segera meminta maaf.

"Tidak apa, tidak apa. Itu sudah sering kok jangan khawatir." Si pria dengan santai menerima permintaan maaf Efialtis.

Beberapa saat kemudian, Efialtis dapat merasakan dari kejauhan yang sangat jauh bahwa seseorang mendekat. Dia lalu dengan cepat meraih kepala pria itu dan menyembuhkan kebutaannya sekaligus meningkatkan semua indranya.

Tanpa rasa sakit, pria itu mulai merasakan hal aneh terjadi pada tubuhnya. Matanya bisa kembali melihat, telinganya kini bisa mendengar pantulan suara layaknya kelelawar, hidungnya dapat mencium aroma dengan lebib jelas, dan kulitnya jauh lebih sensitif dengan getaran diudara.

"Apa?!" Dia terkejut bukan main, lalu menoleh ke arah Efialtis yang menutupi wajahnya dengan masker polos dengan ekspresi bahagia hingga hampir menangis.

Saking senangnya, dia bahkan memeluk Efialtis dengan erat lalu berkata padanya. "Terima kasih, tuan! Aku sangat berterima kasih!! Anda telah menyelamatkanku!!"

"Hei, hei, tenanglah. Aku menyembuhkanmu karena yakin kamu tak akan berbuat jahat itu saja." Kata Efialtis menenangkan pria itu.

Pria itu tersadar lalu segera merubah sikapnya. "Ah! Maafkan aku, aku terlalu senang karena bisa melihat. Sekali maafkan aku tuan... umm, boleh saya tanya nama anda?"

"Namaku? Aku Efialtis Syr Vasilor, bagaimana dengan anda?" Kata Efialtis mengatakan nama panjangnya.

"Namaku, Samuel Dirsen. Aku pensiunan pahlawan di sini, nama pahlawanku adalah 'Investigator of Death'." Kata Samuel mengatakan namanya serta nama pahlawannya.

"Oh, gitu ya? Lalu siapa adikmu itu?" Kata Efialtis bersiap menggunakan GodSpeednya.

"Hah, aku kira anda akan terkejut. Tapi tak apa, adik ku adalah pahlawan baru yang bernama 'Blue Moon'. Dia juga terlibat di pertempuran hari ini." Kata Samuel sambil tersenyum bangga dan menyilangkan tangannya.

"Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa lagi, Sam." Kata Efialtis sambil menghilang begitu saja bak ditelan bumi.

Merasa terkejut, seseorang terbang dan perlahan mendekatinya. Namun, kini dengan indranya yang sudah berada di atas manusia super. Samuel segera menebak siapa yang datang padanya sambil memanggil nama orang itu.

"Aku tahu itu kau, Marco!" Kata Samuel sambil menunjuk nya menggunakan jari telunjuk juga jari tengah yang disatukan.

"Oh, ayolah kak. Aku bahkan terbang jauh lebih sunyi dari sebelumnya." Kata Marco yang merupakan adiknya dan seorang pahlawan yang Efialtis tanyai sebelumnya.

"Coba tebak apa yang terjadi hari ini! Kalau benar aku kasih kau game terbaru yang kau inginkan sekarang juga!" Kata Samuel sembari melepaskan kacamata hitamnya tapi tetap menutup matanya.

Marco tampak mulai berpikir kalau kakaknya menjadi agak aneh setelah beberapa saat yang lalu. Dia dengan asal kemudian menjawab pertanyaan kakaknya itu.

"Sesuatu seperti matamu menjadi bisa melihat lagi?" Jawab Marco dengan sangat ragu dan lebih ke mengejek kakaknya itu.

"Benar! Aku sekarang bksa melihat lagi! Tak hanya itu sekarang aku juga punya kemapuan ekolokasi!" Kata Samuel sambil membuka matanya dengan penuh percaya diri.

Meski merasa kalau kakaknya hanya berkhayal, rasa kaget memenuhi wajahnya ketika dirinya melihat apa yang ada di mata Samuel. Sebuah cahaya berwarna emas yang berputar-putar tanpa henti di dalam kornea matanya.

"Apa-apan itu?" Dengan nada gemetar dia menanyakan cahaya itu.

"Iya, ada sesosok pria bertopeng yang baru saja membantuku untuk sembuh dari kebutaan dan bahkan meningkatkan semua indra di tubuhku!" Samuel dengan rasa bahagia di wajahnya terus memuji Efialtis.

"Siapa dia?!" Tanya Marco dengan nada penasaran juga bahagia karena idolanya telah disembuhkan oleh seseorang.

"Nama yang tak akan pernah kulupakan, Efialtis Syr Vasilor! Kurasa dia orang meksiko. Jika kami bertemu lagi aku akan berikan padanya hidangan ala meksiko terbaik!" Kata Samuel mengungkapkan nama yang dikenali Marco.

"Loh? Nama makhluk sama yang kutemui sebelumnya!"

"Hei! Jangan panggil dia begitu, itu tidak sopan. Kurasa dia adalah pahlawan seaungguhnya yang akan menyelamatkan semua orang."

"Tidak, dia tidak! Karena dia yang akan menyelamatkan alam semesta itu sendiri!"

Mereka berdua setuju dan saling salam panco lalu berpikir untu mencari Efialtis untuk sekedar berterima kasih.

"Jangan." Kata Efialtis tiba-tiba muncul di belakang mereka dan mengagetkan keduanya.

"Akhhh!!" Mereka berdua berteriak seperti perempuan juga Marco yang memeluk kakaknya.

Tapi mereka akhirnya melihat Efialtis berdiri tegak di hadapan mereka. "Tuan Efialtis!! Apa yang anda katakan barusan? Maaf saya kurang mendengar."

Mereka berdua segera bersikap hormat pada Efialtis, Marco juga dengan tenang bisa menyapa Efialtis tanpa ketakutan atau terintimidasi seperti sebelumnya.

"Tolong buat semua orang untuk tak mencariku. Aku hanya ingin tenang sebelum perang." Kata Efialtis sambil memegang pundak masing-masing kakak beradik itu.

"Tapi kenapa-." Sebelum Marco dapat menanyakan lebih lanjut, Samuel dengan tenang menghentikanya.

Lalu dengan senyuman di wajahnya berkata pada Efialtis. "Tentu saja! Aku akan membuatmu seperti mitos jika kamu mau."

"Tidak perlu sampai segitunya, cukup hentikan para manusia yang akan mengganggu ku. Jika kebetulan seseorang mendekati untuk meminta bantuan secara tulus sepertimu, aku akan membantu." Kata Efialtis perlahan kembali menghilang.

"Baiklah." Balas Samuel membungkukkan kepalanya.

Efialtis mengaitkan tangannya ke saku mantelnya sambil akhirnya kembali menghilang terbakar oleh api yang indah.