.
.
.
.
Puluhan Dekade sebelum kejadian Tyrell dan Arthur, di dunia yang sama, sebuah kekacauan besar pernah mengguncang tanah para Elf.
Di pusat kota Elf yang megah, bangunan-bangunan dari akar dan kristal bergemerlapan tertutup kabut tipis yang tak mampu menyembunyikan ketegangan yang terpancar di udara. Kudeta tengah berlangsung. Para bangsawan berselisih, pasukan terpecah, dan rakyat... justru memihak para pengacau.
Di dalam istana utama... duduk seorang Raja Muda yang masih tampak asing terhadap beban kekuasaan. Wajahnya pucat, matanya tampak lelah, dan jari-jarinya terus mengetuk lengan kursi tahtanya yang dihiasi ukiran leluhur Elf.
Ia tidak bisa berpikir jernih. Suara keributan dari luar ruang takhta menyusup ke telinganya, nyaring, penuh amarah. Para pengacau menyalakan api pemberontakan, dan lebih buruk lagi, rakyat biasa malah mendukung mereka.
Namun bukan itu yang membuat sang Raja ragu untuk bertindak.
Bayang-bayang masa lalu terus menghantui pikirannya. Luka lama dari masa kecilnya membuatnya paranoid, mencegahnya mengeksekusi para pemberontak dengan
Lalu dari balik kursi tahtanya, muncullah sosok misterius. Seorang penasihat setia, atau mungkin sekadar bayangan yang setia mengikuti kehendak sang Raja.
"Yang Mulia.. Orang yang anda panggil akan segera tiba."
Sang Raja menoleh, kaget. Di tangannya, ia menggenggam erat sebuah kristal berwarna merah menyala—sebuah Ruby yang memancarkan gelombang energi murni.
"Cepat juga dia, sepertinya dia memang membutuhkan Ruby ini.."
Waktu berjalan perlahan.
Setengah hari telah berlalu sejak sang Raja menunggu. Matahari tergelincir ke arah barat, dan kegelisahan mulai mencakar dada.
".......Sudah berjam-jam, Apa tidak ada kabar lagi darinya?"
"Tidak ada yang Mulia..."
"Hadeh... Sepertinya aku harus turun untuk menemuinya, Aku tau betul bagaimana sifatnya, Mengingat bagaimana Ayahku dulu juga pernah meminta bantuannya... Sekarang ambilkan Zirahku dan biarkan Aku pergi sendiri."
Penasihat itu menegang.
"Ta-Tapi yang Mulia apa tidak apa-apa anda pergi keluar sendiri tanpa penjagaan??.."
"Kau tidak usah khawatir, yang penting saat aku memerlukan bantuan kau harus langsung datang... Satu lagi... Jika aku tidak kembali dalam 2 hari dan tidak menekan Cincin ini, Berarti aku telah mati, Selagi Aku pergi, Komando Perintah tertinggi ada padamu."
Ia mengangkat tangan dan memperlihatkan sebuah cincin bercahaya. Artefak itu bukan sembarang perhiasan—di dalamnya tersimpan rangkaian sihir dasar yang dapat digunakan secara instan dengan memanfaatkan percepatan
Cincin itu juga terhubung langsung dengan jantung kerajaan—sebuah sinyal hidup sang Raja.
"B-Baiklah yang Mulia, Jaga diri anda yang Mulia!!, (Sebenarnya aku tidak mau menyembunyikan ini dari anda yang mulia, Tetapi demi supaya anda tidak disingkirkan oleh saudara yang lain, saya akan melindungi anda dengan tidak memberitahu anda yang sebenarnya)."
Sang Raja mengenakan zirahnya—zirah kerajaan dengan ukiran kuno yang melambangkan era kejayaan elf—lalu melangkah keluar dari istana. Cahaya matahari senja menyambut kepergiannya.
Ia berjalan untuk menemui seseorang—seseorang yang bahkan ayahnya dahulu pernah memanggil dalam keadaan genting.
.
Langkah kaki sang Raja muda menapaki tanah yang tak dikenal, namun setiap langkahnya seakan semakin dalam tenggelam dalam kenyataan yang tak stabil. Udara mulai berubah. Kabut gelap menyelimuti sekitarnya, menyelimuti lembut namun membawa tekanan yang membuat bulu kuduk berdiri. Tanah yang ia injak tak lagi bersuara, seolah menyerap gema dari dunia nyata. Ia telah memasuki wilayah yang tak terikat oleh logika dunia fana.
Sang Raja berhenti sejenak, mengamati sekeliling.
"Ini dia tempatnya, Aku merasakan aroma aneh."
Pancaran energi yang menyelimuti wilayah itu begitu pekat dan gelap. Namun di balik kegelapan itu ada kemurnian yang menyesakkan dada. Ini bukan Demonic Energy yang dikenal oleh para penyihir umum. Ini sesuatu yang lebih dalam, lebih tua... tapi sang Raja tidak mampu mengenalinya.
Lalu, dari balik kabut itu, terdengar suara berat yang merambat melalui udara seolah menyusup langsung ke dalam benaknya.
"Kau telah datang."
Siluet perlahan muncul dari balik kabut. Sosok tinggi dengan aura yang tak bisa ditentukan—antara manusia, naga, atau mungkin sesuatu yang jauh lebih tua.
"A-Anda adalah.."
"Benar aku Merlin, Kau mirip seperti Ayahmu dahulu yang sedikit gugup saat bertemu denganku," Nada suaranya membawa suasana yang menggetarkan. Nama itu... nama yang hidup dalam mitos dan bisikan kuno, kini berdiri di hadapan sang Raja muda.
"B-Bagaimana Tuan bisa mengenal Ayahku?"
"Tenang dulu nak, Tidak usah panik seperti itu, Dahulu bahkan aku menyaksikan kebangkitan kerajaan ini yang dulunya hanya sebuah desa yang dikelola oleh Keluarga Marquis dari Kerajaan Orion, Saat ini mereka sudah menjadi keluarga Duke yang Agung di Benua Verflucht, Dan ingat satu hal lagi, Aku sudah ada sejak Zaman Kekacauan dahulu."
Waktu seakan membeku. Zaman Kekacauan—era yang hanya diceritakan dalam gulungan sejarah kuno, saat para Dewa muncul dan dunia nyaris musnah oleh pertarungan yang tak bisa dimengerti oleh makhluk fana.
"Maksud Anda sudah pernah melihat Leluhurku?"
"Tentu saja, dasar bocah." Suara Merlin terdengar seperti cukup untuk menanamkan rasa takut yang memaksa hormat.
"K-Kesampingkan tentang itu semua, Saat ini Anda ada disini untuk Kristal apalah itu, Kan?" Ucap Raja itu mencoba berani.
"Hmmmm.. benar, Apa kau membawanya?" Tanya Merlin.
"T-Tentu saja..."
Merlin dengan tatapan yang ragu dengan Raja itu, "Tetapi aku tau kau tidak membawanya"
Hening sejenak menyergap antara dua entitas yang berbeda zaman.
"Aku mengerti anda meragukan saya, Tetapi saya menggunakan Spatial Dimension untuk menyimpannya"
Sang Raja menatap tangannya, lalu mengangkatnya pelan. Cahaya dari cincin di jarinya mulai berpendar. Dengan ragu, ia membuka celah dimensi kecil—[
Energi dari cincin itu berdenyut pelan, membantu membuka ruang di mana Kristal Ruby disimpan. Sinar merah muncul dari celah kecil tersebut, mengambang perlahan.
Kemampuan menggunakan Spatial Dimension, meskipun dibantu oleh suatu benda, tetap saja menjadi hal luar biasa bagi seseorang seusianya. Biasanya, hanya para penyihir tua dengan puluhan tahun pelatihan dan pengalaman yang mampu merapal sihir tingkat tinggi semacam itu.
Merlin yang terkejut pun antusias dengan Raja muda itu, karena Raja yang terbilang muda itu bisa menggunakan Spatial Dimension yang hanya bisa digunakan ketika mencapai Mana Chain tingkat ke 5,
Yang dimana rata-rata para pengguna Mana akan mencapai Tingkat 5 saat berusia sekitar 50 hingga 70 tahun.
"Wah wah wah, Aku tidak menyangka, Setelah puluhan tahun akhirnya aku melihat Bibit Unggul dari Kerajaan ini"
Namun, sang Raja dengan ekspresi malu sekaligus jujur menjawab, "Ti-Tidak Tuan, Anda salah paham Aku tidak menguasai Sihir ini, Aku hanya sedikit memahami dan bisa mempraktekkannya pun melalui sebuah benda, Yaitu yang ada di tanganku ini"
Ia mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan sebuah cincin perak berukir aneh yang memancarkan kilau lemah kebiruan. Aura sihir yang terpancar dari cincin itu tidak stabil, namun cukup kuat untuk menunjukkan bahwa benda tersebut menyimpan semacam pengaruh sihir tingkat menengah.
Merlin yang terheran, menatap cincin itu lebih lama, lalu bersuara:
"Hmmmmm... Aduh-aduh, Sepertinya kau ini belum melihat dunia luar ya, Wajar saja sih, Kau itu dulunya seorang pangeran yang di-didik dan dikurung hingga akhirnya menjadi seorang Raja... Tapi begini, Tidak ada yang namanya Sihir khusus yang dapat membantu seseorang ataupun mempercepat dalam merapal sihir, Mau itu untuk teknik Martial Arts, atau jenis Energi lainnya yang bisa diimprove. Itu tidak bisa dengan item apapun, Kecuali item itu Tingkat-Divine, Namun... Yang kulihat dari cincinmu itu hanyalah sihir komunikasi dua arah yang permanen dan dirapal oleh Mage Mana Chain ke 9..."
Sang Raja yang mendengar penjelasan itu langsung bereaksi:
"A-Apa? Apa maksud anda Mana Chain? Mungkinkah Anda berbohong untuk mencoba mengambil Cincin ini dariku kan?"
Namun Merlin menjawab dengan ketenangan penuh percaya diri, "Tidak... Tidak, Tidak ada gunanya aku mengambil cincin komunikasi milikmu, Aku bahkan bisa membuat yang lebih bagus dari itu"
Kata-kata itu menyentuh titik lemah dari sang Raja muda, "Lalu kenapa, Apa aku dibohongi oleh keluargaku sendiri selama ini??! Sudah pun aku harus mengatasi kekacauan kudeta ini, Sialan..."
Sang Raja mulai bertanya-tanya, kebingungan mulai menutupi wajahnya. Ketidakpastian akan masa lalunya dan kepercayaan yang perlahan runtuh, membuat mentalnya mulai terguncang. Suara detak jantungnya berdentum keras di telinganya sendiri. Sebagai Raja muda yang baru menduduki tahta, tekanan demi tekanan terus menumpuk tanpa henti.
Merlin melihat reaksi Raja Muda dengan tatapan tajam dengan tenang. Di balik sorot matanya yang tampak penuh empati, tersimpan hasrat dan strategi seorang predator tua yang telah hidup melewati generasi demi generasi. Dalam benaknya, terbuka peluang emas—sebuah celah yang tidak akan dia sia-siakan. Sosok muda yang rapuh di hadapannya... adalah wadah yang sempurna.
"(Aku bisa saja mengatakan kalau dia mungkin jenius, tetapi keluarganya tidak setuju dan harus memberikan hak seperti item itu kepadanya... Hmmmm)," gumam Merlin dalam hati, nada pikirannya licik dan penuh perhitungan.
Namun matanya menangkap detail kecil yang tidak bisa dipahami oleh sembarang penyihir. Sebuah cincin kecil yang berkilau kecil di jari Raja Muda—di tengahnya tertanam sebuah pecahan batu Sapphire. Tidak sembarang batu. Batu itu, meski kecil dan terlihat rapuh, adalah pecahan Sapphire yang berasal dari Masa Ke-emasan para Alkemis.
"Cincin itu juga bukan item yang biasa kulihat," lanjut pikirannya. "Di tengahnya terdapat Pecahan batu Sapphire yang langka di zaman ini..."
Merlin menyimpulkan sesuatu. Aura dari cincin itu tidak selaras dengan si pemakainya. Ia bisa merasakan jejak mana dari seorang Mage tingkat tinggi—mungkin Mana Chain tingkat-9—yang menyegel niat terselubung dalam item tersebut. Niat yang tidak hanya membatasi... namun meracuni perlahan.
"Sepertinya Mage Mana Chain tingkat 9 itu peduli dan seperti ingin menolongmu terbebas dari belenggu keluargamu... Yaitu dengan cara membunuhmu perlahan."
Raja Muda menoleh dengan ekspresi bingung dan gentar. "Apa maksudmu?"
"Maksudku, Mage yang memberikan cincin itu padamu juga suruhan keluargamu."
Kebingungan berubah menjadi keterkejutan, hampir seperti seluruh keyakinannya terhadap masa lalunya runtuh dalam satu detik.
"Tapi cincin ini diberikan oleh ibuku... Dan saat itu adalah hari ulang tahunku ke-11 tahun. Apakah selama ini hanya Zeke yang mendukungku..."
Perlahan, bayangan kebenaran mulai menjerat pikirannya. Merlin, dengan dingin dan tanpa ragu, merapal sihir—[Circulation].
Ritual itu tak terlihat oleh mata biasa. Udara bergetar halus. Lingkaran sihir transparan terbentuk dan mengelilingi Raja Muda. [Circulation] memutus seluruh regenerasi Mana dari alam, memaksa pengguna sihir bergantung sepenuhnya pada stok internal mereka—yang disitu Raja Muda, telah terkikis hingga habis karena tekanan emosional dan trauma masa lalu.
Dan seperti yang telah diprediksi Merlin—dalam sekejap, Raja Muda ambruk ke tanah. Nafasnya tersengal, tubuhnya limbung. Bukan karena luka fisik, melainkan karena jiwanya perlahan ditarik dari dalam tubuh oleh kekosongan spiritual. Sempurna dan Tak Berdaya.
Merlin bergerak dengan cepat. Tubuhnya berdiri diam, tetapi jiwanya menggeliat dan terbelah. Dengan mengaktifkan Trait langkanya—[Doppleganger]—ia mengoyak jiwanya sendiri, menciptakan serpihan kesadaran yang sempurna, bersih dari kerusakan, namun mengandung esensi utama dari dirinya. Serpihan itu seperti benih—kecil, tapi mematikan jika tumbuh di tempat yang tepat.
Serpihan itu masuk ke dalam tubuh Raja Muda—menyusup seperti bisikan ke dalam bagian terdalam. Jiwa muda itu tidak melawan. Ia telah hancur. Ia menyerah.
Dan seketika itu juga... perubahan pun dimulai.
Di dalam tubuh manusia muda itu, jiwa Merlin berkembang, berevolusi dengan cepat menyesuaikan fondasi eksistensi sang Raja Muda. Dalam hitungan detik, afinitas tubuh yang sebelumnya tak pernah bisa dimiliki Merlin—yaitu afinitas murni terhadap Cahaya—muncul, menyatu sempurna dengan jiwanya. Cahaya yang biasanya akan membakar kegelapan, kini justru menjadi kekuatan barunya.
Untuk pertama kalinya dalam hidup panjangnya... Merlin merasakan apa artinya memiliki jiwa dengan Afinitas Cahaya 100%.
Dan saat itu juga, sebuah guncangan tak kasatmata menjalar ke seluruh penjuru eksistensi Merlin. Karena serpihan jiwanya yang tertanam dalam tubuh Valerius Orion tersambung langsung ke jiwa utama, maka dalam sekejap, seluruh ingatan Valerius membanjiri kesadaran Merlin seperti air yang memenuhi tabung. Gambar-gambar, emosi, dan kenangan tentang kerajaan, peperangan, kehilangan, serta penderitaan Valerius menggulung kesadaran Merlin dalam pusaran tanpa henti.
Di antara ingatan itu, bersinar satu kebenaran yang lama tersembunyi—sebuah {Trait} purba yang tertanam di dasar eksistensi Valerius: [Light Devouring]. Trait ini bukan sekadar kekuatan, melainkan kutukan dan berkah sekaligus. Ia melahap setiap jejak kegelapan, mengubahnya menjadi sumber kekuatan murni yang menyatu dengan tubuh sang pemilik. Darkness dan Demonic Energy—dua bentuk kekuatan yang selalu mengancam keseimbangan—adalah mangsa alami bagi Light Devouring.
Ironisnya, Valerius tak pernah tahu kekuatan ini bersarang dalam dirinya. Tak seorang pun memberi tahu. Bahkan entitas yang memberinya Trait ini, sang Supreme Being itu sendiri, memilih diam. Seolah Trait ini adalah ujian kesadaran, bukan anugerah biasa. Dan di sinilah letak kejeniusan Merlin.
Dengan pemahaman cepat, Merlin tak membuang waktu. Ia mulai mengembangkan strategi yang nyaris seperti ritual, menciptakan jiwa-jiwa gelap dalam tubuhnya sendiri—konsep yang hampir mustahil dilakukan oleh siapapun di bawah tingkatan Supreme. Namun bagi Merlin, yang jiwanya tersusun dari elemen-elemen kompleks, itu hanyalah bagian dari eksperimen yang telah lama ia lakukan.
Ia menciptakan satu jiwa kegelapan, membiarkan itu dimakan oleh Trait milik Valerius. Lalu ia menciptakan satu lagi, dan lagi, dan lagi... Sebuah siklus tanpa henti, pengorbanan demi pengorbanan. Tubuh Valerius pun perlahan mulai berubah. Energi kegelapan yang begitu pekat kini menyelubungi tubuhnya seperti kabut neraka yang bangkit dari dasar kehancuran. Ironis, bahwa sang pemilik Trait Cahaya justru dikelilingi oleh aura yang paling pekat.
Namun efeknya jelas. Mana Chain dalam tubuh Valerius melonjak. Rantai-energi yang membelenggu tubuh manusia biasa mulai rontok satu demi satu. Dari rantai ke-9... ke-10... ke-11... hingga akhirnya menembus rantai ke-12. Tepat pada tingkatan di mana Merlin sendiri berada.
Ini bukan pertama kalinya. Bahkan bukan yang keseratus. Merlin telah mengulangi ritual ini berkali-kali. Ia adalah penjelajah eksistensi yang mampu hidup dalam tubuh siapa pun, meski harus membayar harga—kehilangan kekuatan fisik sebelumnya. Maka pengulangan adalah keniscayaan. Ia membangun ulang tubuh-tubuh itu, mengisi ulang dengan kekuatan, ilmu, dan pengetahuan dari awal. Namun setiap siklus membentuknya menjadi ensiklopedia hidup—perpustakaan yang berjalan, saksi sejarah dan pengetahuan sepanjang zaman.
Namun, saat tubuh Valerius hendak menembus ke rantai ke-13, tahap menengah dari °Eternal Mana Chain°, sesuatu mengintervensi.
Waktu... berhenti.
Bukan melambat. Bukan beku. Tapi seperti di—Pause.
Burung-burung yang tadi mengepak di udara kini membatu di tengah angin. Dedaunan yang sempat bergoyang kini membisu, terhenti dalam gerakan setengah jatuh. Bahkan getaran energi dari tubuh Valerius dan Merlin ikut membeku. Segalanya... kosong dari perubahan.
Dalam kekosongan itu, Realitas menggantung tanpa poros. Sebuah kekuatan entah dari mana, entah dari siapa, memutus aliran waktu dengan tangan tak terlihat.
Dan di tengah keheningan maha mutlak itu, hanya satu hal yang terus menyala: denyut eksistensi Valerius dan Merlin...
"...APAKAH KAU SUDAH SIAP DENGAN KONSEKUENSI NYA..."
"...SEBELUM ITU TERJADI AKU AKAN MEMBUAT ATURAN BARU DI DUNIA KU..."
"...AGAR TIDAK ADA YANG MENGACAUKAN RENCANA DAN KESEIMBANGAN YANG TELAH LAMA KUBUAT..."
Ternyata itu adalah Supreme Being yang menciptakan Dunia Ini—‹Overworld›, dan dengan apa yang ia katakan barusan, itu berarti sebuah Aturan baru akan ditetapkan saat ini juga.
Dentuman sunyi membelah dimensi, menciptakan celah antara kekekalan dan waktu. Sebuah gelombang tidak terlihat menyebar dari pusat eksistensi, menembus semua lapisan realitas yang pernah ada dan yang belum terbentuk. Di balik kata-katanya yang menggema, seluruh tatanan dunia—baik yang tertulis dalam hukum fisik maupun dalam abstraksi tak kasat mata—mengalami perubahan fundamental......
.
Aturan Alam telah tertulis, dan semua waktu pun kembali berjalan normal.
Merlin yang merasa bahwa barusan telah terjadi sesuatu pun mulai merasakan keganjilan. Ada sesuatu dalam dirinya yang hilang, seperti kehilangan sebagian napas dalam kehampaan yang asing.
Trait milik Merlin, [Doppleganger], telah hilang dan tidak bisa digunakan lagi.
Bagi seorang seperti Merlin—yang selama ini hidup di antara lapisan-lapisan waktu dan menyamar di berbagai bentuk dan identitas—kehilangan Trait bukan hanya kehilangan kekuatan, tapi juga kehilangan bagian dari eksistensi dirinya sendiri.
.
Narator: Trait adalah kekuatan bawaan yang sesuai dengan orang yang diberikan oleh Supreme Being dengan kasta tertinggi. Hanya Supreme Being tingkat tinggi yang dapat melakukannya. Jika Supreme Being biasa mencoba melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan banyak {Fate Boundary}.
Kekuatan seorang Pencipta tidak bisa secara langsung mempengaruhi Realm atau Dunia yang ia buat tanpa konsekuensi. {Fate Boundary} bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh atau diciptakan ulang; jumlahnya tetap, sebuah esensi dari fenomena dan abstraksi. Mereka ditentukan sejak kelahiran atau terciptanya Supreme Being itu sendiri, dan menjadi fondasi dari Derajat mereka. Namun bisa di peroleh juga dari keterikatan Takdir di Realm mereka sendiri, semakin banyak garis waktu atau takdir yang dialami oleh mahluk didalam Realm mereka, semakin banyak {Fate Boundary} yang bisa mereka peroleh.
.
Dan pada saat itu, di tengah pergolakan hukum realitas yang telah ditulis ulang,
Serpihan jiwa terakhir telah memasuki tubuh Valerius.
Ketika itu juga, kenaikan Valerius ke Mana Chain tingkat 13 memicu gemuruh di langit yang bergemuruh seperti ratapan alam semesta. Petir turun bertubi-tubi, menghantam dataran dengan kekuatan yang menyayat tanah. Hujan deras menimpa, namun tak mampu meredam api yang meledak di antara rerimbunan pohon. Alam menjadi saksi atas momen sejarah yang tak akan terulang.
Merlin menyaksikan tubuh Valerius yang mengalami kenaikan, namun tetap tak dapat dikendalikannya. Perasaan geram pun mulai menguasai batinnya, seperti nyala api yang terperangkap dalam wadah emas.
"(Sialan apa yang terjadi, Aku tidak bisa menggunakan Doppleganger lagi, Apa-apaan ini, Apa yang baru saja terjadi... Tunggu sebentar, jika Tubuh Valerius ini sudah dikuasai jiwaku sebelumnya, Berarti sekarang tubuh ini tidak mempunyai jiwa yang mengontrol tubuhnya, Baiklah akan kulakukan, walau tanpa kemampuan Jiwa ku lagi)"
Penuh tekad dan kebencian terhadap situasi, Merlin mulai menggunakan [Mind Absorption] pada dirinya sendiri—sebuah teknik brutal yang memaksa kesadaran untuk mengurai dan menyatu ulang.
Ia lalu menggunakan [Corruption], hingga setiap kenangan dalam tubuh Valerius menghilang sepenuhnya seperti tinta yang larut dalam air abadi. Tidak ada satu pun memori yang tersisa, hanya wadah kosong tanpa masa lalu.
Namun Merlin telah mengetahui seluruh ingatan dari tubuh Valerius.
Ia lalu menciptakan sebuah wadah memori yang baru, dan memberikannya pada tubuh Valerius yang kini rusak. Dalam keheningan yang nyaris seperti mati, tubuh Valerius pun mulai berubah—perlahan namun pasti.
Karakteristik tubuh itu bergeser, dari seorang manusia menjadi Ras sejati milik Merlin, yaitu Wyvern.
Karena efek dari °Eternal Mana° terus mensuplai energi secara tidak terbatas pada tubuh tersebut, perubahan itu bukan hanya adaptasi, melainkan evolusi yang dipercepat oleh waktu.
Tubuh itu pun mulai menyesuaikan diri dengan kondisi barunya. Sel otot, kulit, tulang, dan bahkan struktur magisnya mengalami mutasi yang sempurna dan harmonis. Siapa pun yang melihatnya akan merasa bahwa tubuh itu memang dilahirkan untuk eksistensi seperti ini.
Merlin lalu memindahkan ingatan, bahkan jiwanya sendiri, ke dalam tubuh Valerius yang telah ia ubah secara total.
Dengan menggunakan tubuh Valerius yang kini telah mencapai tahap Eternal Mana, Merlin hanya memerlukan beberapa tarikan napas saja agar seluruh Mana-nya kembali pulih ke keadaan normal, seolah tak pernah terkuras sedikit pun.
Dan dalam proses ini, Merlin mendapatkan sebuah Trait baru:
[Light Devouring]
Sebuah kekuatan yang tidak hanya menyerap cahaya secara fisik, namun juga memakan konsep cahaya itu sendiri—menghapus keberadaan, pengharapan, dan bahkan identitas dari segala yang bersinar.
Seperti itulah bagaimana Merlin bisa mencapai kehidupan Abadi dengan tubuh dan penampilan yang berbeda-beda. Sebuah ironi kelam dari sang makhluk yang terus berubah, namun tetap sama di dalam.
Dan hingga akhirnya, ia dimakan oleh sesosok entitas tidak masuk akal dalam bentuk Dragon.
Namun....
Keberadaannya belum sepenuhnya menghilang...
.
.
.
.