Perwujudan Serpihan Dosa

...Dia...

...Dia yang pertama tersadar...

...Dari kehampaan tanpa batas waktu...

...Tersadar akan beban... yang pernah ia tanggung seorang diri...

...Tapi itu bukan dia...

...Beban seluruh peran alam semesta...

...Yang ia ciptakan... dengan %&^@!()*# sendiri...

...Bukan semata... agar ia tak lagi sendiri...

...Melainkan ada Sesuatu yang timbul dari !@#$%^&*() nya lagi...

...Dalam kegelapan yang tak pernah mengenal fajar...

...Lalu lahirlah mereka...

...Supreme Being lain...

...Mereka tercipta... bukan dari tanah, bukan dari cahaya...

...Namun dari !&($!#&$(@#$ milik sesuatu...

...Agar mereka menopang semesta yang tak lagi sanggup ia pikul...

...Agar mereka menggantikan dirinya...

...Agar ia bisa... melihat...

...Sementara mereka percaya... bahwa mereka adalah yang pertama...

.

.

.

.

Saat Wyvern hampir menyentuh Arthur, Tyrell tiba-tiba menggerakkan tangannya ke udara dan membuka sebuah Worm Hole kecil di antara mereka. Dalam sekejap, tubuh Arthur menghilang ke dalam lubang tersebut dan muncul kembali di sisi Fenrir.

Fenrir yang merasakan kehadiran Arthur tiba-tiba di sisinya, langsung bersiap siaga. Ia tahu ada sesuatu yang akan terjadi di sekitar Tyrell. Tanpa membuang waktu, ia memilih mundur, menjauh dari tempat bahaya itu.

Di sisi lain, Wyvern tampak benar-benar terkejut. Sosok Arthur yang semula ada di hadapannya tiba-tiba lenyap. Matanya menyipit, merasa ada sesuatu yang salah.

Tyrell tersenyum menyeringai dalam diam. Dalam hati, ia berkata, "(Aku penasaran apakah dia sama dengan manusia pada umumnya.)"

Dengan gerakan ringan, Tyrell merapal sebuah kemampuan yang pernah digunakannya saat menyelesaikan misi: {Blood Reversal}. Tujuannya sederhana—menghentikan gerakan lawan melalui manipulasi aliran darah dari dalam.

Namun, sesuatu terasa salah.

Wyvern, yang seharusnya terhenti atau minimal melambat, hanya sedikit terhuyung. Ia menggertakkan giginya. "(Sesuatu terasa aneh... tubuhku terasa sedikit berat.)"

Dengan langkah perlahan, Tyrell mendekatinya, masih dengan senyum yang tak berubah. "Sepertinya darahmu sedikit berbeda dari manusia," ujarnya pelan, namun suara itu serasa bergetar dalam pikiran Wyvern.

Peringatan naluriah meledak di dalam tubuh Wyvern. Ia tahu—jika Tyrell sampai menyentuhnya secara langsung, maka semuanya akan berakhir.

Dengan setengah dari seluruh kekuatan sihir yang tersisa, Wyvern merapal sihir api dalam skala besar. Kobaran api menyebar dari tubuhnya, menyelimuti area sekitarnya dalam lautan merah dan oranye yang menyilaukan. Pandangan Tyrell tertutup sejenak.

"Api? Sepertinya ini upaya terakhirmu untuk kabur," gumam Tyrell, tak bergeming meski dikelilingi suhu ekstrem.

Menggunakan penguasaan mutlaknya terhadap elemen angin, Wyvern menghilang dari tempat itu, tubuhnya terangkat dan terbang menjauh, menembus langit yang dipenuhi asap tipis dari sisa kobaran.

Tyrell hanya memandangi arah kepergiannya. Ia tidak mengejar. Tak perlu.

Di udara, napas Wyvern tersentak. Ia memaksakan diri untuk tetap melayang, tubuhnya lemah karena pemakaian sihir yang berlebihan. Sembari terbang melewati Hutan Crimson, ia bergumam pada dirinya sendiri:

"Hampir saja aku kehilangan nyawaku...

Bocah tadi tidak berasal dari benua ini...

Aku sudah hampir mengetahui semua jenis kekuatan di dunia ini. Tetapi...

Baru kali ini aku melihat kemampuan seperti itu.

Itu sejenis dengan [Barrier C], tapi bisa menyerang seperti [Wind Force]...

"Sebaiknya aku harus melaporkan ini... kepadanya."

Bayangan pepohonan di bawahnya menari-nari mengikuti arah angin. Dan Wyvern pun menghilang melewati langit Hutan Crimson, menyisakan keheningan usai pertempuran yang belum selesai.

Sementara itu, Tyrell juga mulai mencari Arthur. Dengan tenang ia memusatkan konsentrasi dan menggunakan kemampuannya [Memorize]. Sebuah pola numerik dan abstrak muncul di dalam kepalanya, memantulkan lokasi samar dari tempat-tempat yang pernah bersinggungan dengan aura Arthur.

Namun, di tengah proses tersebut, tubuh Tyrell tiba-tiba ambruk ke tanah. Nafasnya terengah, seolah tubuhnya tidak kuat menahan beban pikiran yang sebelumnya ia gunakan dalam pertarungan. Sekujur tubuhnya tampak berkeringat, menunjukkan kelelahan akibat menggunakan beberapa teknik berat dalam waktu singkat.

.

Di sisi lain, Arthur yang sebelumnya pingsan kini mulai siuman. Matanya terbuka perlahan, memandang langit-langit kayu yang kusam dan berdebu. Ia berada di dalam sebuah gubuk kecil yang terbuat dari kayu dan dedaunan kering. Aroma rumput basah dan udara hutan yang lembab tercium kuat.

"Ugh... Apa yang terjadi?! Apa yang terjadi pada Wyvern sialan itu?!" teriaknya spontan, mencoba duduk meski tubuhnya masih terasa lemas.

Suara tenang menyambutnya. "Wyvern? Apa maksudmu makhluk yang kau lawan tadi? Aku tidak tahu karena kau tiba-tiba muncul dari sebuah lubang di hadapanku. Karena aku merasa bahaya di tempat tadi... temanmu seperti menyuruhku pergi meninggalkannya."

Fenrir duduk bersandar di sisi jendela gubuk, menatap Arthur dengan pandangan tenang namun waspada. Udara di luar tampak tenang, namun suasana tetap menyiratkan ketegangan yang belum mereda.

Arthur menatap ke arah jendela, wajahnya mulai murung. "Aduh... aku harap dia tidak kenapa-napa."

Lalu Arthur melihat sistem miliknya

muncul sebuah layar sistem yang memberitahu Pesan.

"Sudah lama tidak kulihat System ini."

System pun selesai update dan langsung memperlihatkan stats-nya. Tertulis dalam bentuk Hologram:

"Sekarang terlihat cukup simpel... Tapi sepertinya Agility-ku tidak segitu terakhir kulihat. Mungkin ini akumulasi dari Speed dan Reflect sepertinya."

Fenrir yang mendengar Arthur berbicara sendiri langsung bertanya, "Apa kau sedang melihat System Status?"

"Kau tahu tentang System ini?" Arthur terkejut.

"??.., Semua orang mempunyai itu, tetapi stats dan kemampuan tiap orang berbeda," ucap Fenrir.

"Aku tahu itu... Kupikir hanya Elf dan orang terpilih saja yang dapat menggunakan itu." tegas Arthur.

"Oh, berarti benar kalau kau dan temanmu itu bukan berasal dari benua ini ya?" tanya Fenrir

"Begitulah..." Arthur singkat.

.

Wyvern yang terbang di udara tiba-tiba menghentikan lajunya. Sebuah tekanan energi gelap yang tidak wajar menyapu udara sekitarnya. Matanya melihat sesuatu, memperhatikan getaran halus di atmosfer—gelombang Mana yang tidak berasal dari elemen angin, melainkan aura jahat yang mendalam, pekat, dan mencekam.

"Apa ini... Energi iblis? Tidak, ini lebih tua... lebih kuat..."

Dengan rasa waspada, dia menurunkan ketinggiannya, terbang rendah di atas hutan yang rimbun, mengikuti sumber energi itu. Lalu, dari balik kabut tebal dan celah pepohonan yang menghitam oleh aura korosif, dia melihatnya.

Seekor makhluk besar tengah berbaring dalam kondisi terluka parah, sisik merah keperakan di tubuhnya dipenuhi luka yang berkilau merah gelap. Nafasnya berat, tapi tubuhnya masih memancarkan kekuatan luar biasa yang menekan udara di sekitarnya. Meski tampak sekarat, energi yang terpancar darinya sangat mematikan.

"A... Apa itu Dragon?! Tidak mungkin..."

Wyvern membatu di udara, pupil matanya bergetar. Sosok itu bukan hanya seekor naga biasa. Aura dan bentuk tubuhnya menunjukkan bahwa dia berasal dari garis keturunan yang sangat tua. Kepalanya dihiasi tanduk ganda yang bercabang, dan sayapnya memancarkan kilatan arus energi primitif.

"Seharusnya seekor Dragon tidak muncul di benua ini tanpa alasan yang besar..."

Lebih buruknya lagi, Dragon itu tengah menyerap Mana sekitar secara otomatis, seolah-olah dunia sendiri sedang memulihkan kekuatannya.

"Dia terluka... Tapi siapa yang bisa melukainya sampai seperti ini? Tidak mungkin makhluk biasa... Jangan-jangan..." Wyvern mengingat sesuatu, sebuah legenda yang tak ingin dia percayai.

"Salah satu dari 6 Knight Genesis... Apakah... mereka telah muncul kembali?"

Tangan Wyvern gemetar. Dalam diam, dia turun perlahan, ingin memastikan apa yang dilihatnya. Namun, saat dia menyentuh tanah dan mendekati sang Dragon—insting alami dalam tubuhnya berteriak. Seluruh tubuhnya merinding, dan tanpa sadar dia langsung menunduk, lutut menyentuh tanah, tubuh bergetar.

"Astaga... Dragon ini bukan Dragon biasa... Ini... Ini salah satu leluhur dari ras Dragon itu sendiri..."

Tanpa kata-kata, tanpa tekanan sihir pun, makhluk itu memaksanya tunduk hanya dengan eksistensinya.

Dalam hatinya, Wyvern mulai panik.

".....Aku membuat kesalahan besar....Seharusnya aku tidak menghampiri Dragon ini...Apakah... disini aku akan ma—"

Tiba-tiba. suara terdengar.

"Siapapun... Keluarlah dari sana... Aku tidak akan membunuhmu..."

Suara Dragon itu berat dan menggema, menciptakan getaran halus di udara. Kata-katanya mengandung ancaman terselubung, seolah hanya setetes belas kasihan dari kekuatan yang mampu membumihanguskan lembah di sekitarnya.

Wyvern yang bersembunyi di balik reruntuhan bebatuan langsung meloncat keluar. Gerakannya spontan.

"Ma-Maafkan aku yang Mu-Mulia, Aku tidak sengaja lewat, Mohon ampuni diriku.." katanya dengan tubuh gemetar, mata tertunduk, dan sayap setengah terlipat dalam posisi menyerah.

"Siapa dirimu...?" Suara Dragon itu terdengar datar, namun tajam.

"A-aku Seorang Wyvern, Namaku Merlin Wyrvethorn"

Tatapan Dragon mengarah tajam ke sosok Wyvern muda itu. Ia menyipitkan matanya, lalu mendekat perlahan seperti seorang dewa yang menghakimi ciptaannya.

"Hmmm... Kau terlihat seperti Dragon tetapi aku tidak merasakan Elemen Api darimu, Sepertinya kau berasal dari ras yang gagal"

Perkataan itu bagaikan hantaman untuk harga diri Merlin. Ia menggertakkan gigi, namun tetap tunduk. Dalam hatinya, ia hanya berharap momen ini cepat berlalu. Ujung ekornya bergerak gelisah, menandakan ketegangan yang menyesakkan.

"Ma-Maaf.."

"Kenapa kau meminta maaf terus menerus, Apa kau takut padaku?, Coba perlihatkan sedikit kemampuanmu, Ingat untuk tidak setengah-setengah" Dragon itu tersenyum, dan senyumnya bukan senyum ramah—melainkan senyum yang menggoda ketakutan.

"A-Aku..."

Merlin mengambil langkah perlahan ke belakang, namun bukan untuk lari—melainkan untuk membentuk ruang bagi sihirnya. Dalam diam, ia mulai merapal mantra dengan suara nyaris tak terdengar. Aura hijau kebiruan mulai membalut tubuhnya.

[Folding X] dan [Haste V] diaktifkan bersamaan. Angin di sekitarnya mulai bergerak liar, lalu memusat dan memutar membentuk pusaran angin dahsyat. Sebuah Tornado terbentuk, meraung dengan kekuatan destruktif yang tak main-main.

"(Oh iya, Ketika dalam keadaan Enforcement aku juga bisa Multi Casting Tombak seperti gadis tadi)"

Pikiran Merlin melayang pada pertarungan sebelumnya, mengingat strategi yang bisa ia adaptasi. Ia merapal [Multi Casting V], dan dalam sekejap, empat Panah angin berbentuk tombak—[Wind Javelin]—muncul di udara. Keempatnya lalu diputar masuk ke dalam Tornado, mempercepat putaran dan menciptakan senjata pemusnah yang nyaris tak bisa dilihat dengan mata biasa.

Semuanya mengarah pada satu titik—tebing di ujung dataran.

"Jangan dulu dilemparkan kesana, Coba kau lemparkan pada diriku..."

Dragon itu berbicara tanpa gentar, apa yang di depan matanya hanyalah permainan kecil.

"A-Apa anda yakin yang mulia? (Bagaimana ya, seharusnya pemimpin para Wyvern juga tidak bisa menahan kekuatan penuhku)"

Dengan suara berat dan senyum tipis yang menyimpan bahaya, Dragon itu berkata, "Coba saja"

Merlin menunduk, kemudian mengangkat tangannya dengan gemetar. Ia menambah sedikit Wind Force pada kecepatan [Wind Javelin]-nya. Segera, pusaran angin yang telah dipersenjatai itu ditembakkan lurus ke arah Dragon.

Terdengar ledakan dahsyat saat serangan itu menghantam kepala sang Dragon. Angin meledak ke segala arah, menciptakan gelombang yang mengguncang dataran. Pohon-pohon di radius hampir seratus meter tercerabut dari tanah, terlempar oleh hembusan tornado yang dibuat Merlin.

Dragon itu sempat merespon dengan menciptakan sebuah pelindung, [Demon Barrier], namun bahkan pelindung yang ia banggakan itu mulai retak ketika menerima dampak penuh dari serangan Merlin. Retakan menyebar seperti jaring laba-laba di atas permukaan energi gelap tersebut.

Tapi kemenangan itu dibayar mahal. Tubuh Merlin yang berada dalam keadaan Enforcement tidak mampu menahan konsumsi energi secara terus-menerus. Sesaat setelah melepaskan serangan terakhirnya, tubuhnya limbung lalu jatuh ke tanah, tidak sadarkan diri. Napasnya tersendat, tubuhnya bergetar, dan matanya kosong—ia pingsan dalam keadaan kelelahan total.

Dragon itu menatap tubuh lemah Wyvern muda itu dengan ketertarikan baru. Retakan di pelindungnya masih samar terlihat, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, ia merasa tertekan oleh serangan makhluk dari ras rendah.

"Sangat menarik, Kemampuan nya bisa membuat Pelindung yang aku buat pertama kali dulu menjadi retak begini, Bodoh juga orang ini.. ketika kusuruh gunakan seluruh kekuatannya langsung dilakukannya hadeh..., Aku juga harus memulihkan kekuatanku, sebaiknya aku lahap saja dia"

Dragon itu membuka rahangnya dan melahap tubuh Merlin. Tidak ada perlawanan. Tidak ada suara. Hanya lenguhan kecil dari perut dewa naga itu saat tubuh Wyvern itu lenyap ke dalam lambungnya.

Namun di balik keangkuhannya, sesuatu terjadi. Energi gelap mulai berkecamuk di dalam tubuh Dragon itu. Ia merasakannya—bukan Demonic Energy seperti biasa, melainkan sesuatu yang lebih dalam, lebih murni, lebih mengakar.. itulah Dark Energy.

Dark Energy bukanlah sekadar kekuatan, ia merupakan bentuk dari serpihan jiwa penggunanya. Maka, saat tubuh Merlin dikonsumsi, jiwa dari Wyvern muda itu turut masuk dan bersatu dengan energi Dragon itu—tanpa sepengetahuannya. Tidak terasa apa-apa di awal. Hanya perasaan aneh tapi hangat yang menggeliat di dalam dirinya.

Yang tidak ia ketahui adalah bahwa saat Merlin mati, ia telah menyentuh tahap Meta-Physics, walau hanya kecil. Jiwa yang mencapai tahap itu tak bisa musnah begitu saja. Bahkan tubuh hancur, ledakan Mana Chain, atau kehancuran total pun tak bisa membubarkan eksistensinya.

Jiwa Merlin hanya pasif, terjebak dalam aliran Dark Energy yang kini menyatu dengan Dragon itu. Ia tidak sepenuhnya sadar, namun ia merasa kuat. Dalam keadaan Meta-Physical tersebut, kesadarannya mengapung dalam kegelapan, menanti.

Selama sumber Dark Energy belum sepenuhnya diserap oleh Dragon, jiwa itu akan tetap ada—mengintai dalam diam.

"Uuugghhh..."

Dragon itu menggeram, tubuhnya bergetar pelan. Energi berlimpah mulai memenuhi nadinya. Ia menutup matanya dan mulai bermeditasi. Dalam beberapa hari ke depan, ia akan menyerap semuanya. Tapi ia tidak tahu... Ia tidak sendiri lagi di dalam tubuhnya.

.

Di sisi lain, dalam kegelapan yang hening dan tanpa bentuk, kesadaran Tyrell mulai bangkit... Matanya terbuka perlahan, namun tempat yang ia lihat bukanlah tempat yang ia kenal. Ia mendapati dirinya terbaring di tanah lembut yang tidak mengandung jejak apapun, dikelilingi oleh cahaya remang yang menggantung di udara seperti kunang-kunang.

Tidak ada suara. Tidak ada binatang buas. Tidak ada hawa pembunuh dari monster yang biasanya langsung menyerbu saat seseorang lengah. Justru... yang paling aneh adalah kenyataan bahwa dirinya, yang seharusnya menjadi target empuk dalam kondisi tak sadar, dibiarkan begitu saja. Seolah-olah alam sekitar tidak mengetahui keberadaannya.

Tyrell pun segera duduk dan mulai merasakan udara di sekelilingnya, mencari pola dari gelombang energi. Tangannya mengusap partikel tak kasat mata, merasakan denyut lemah dari eksistensi mahluk hidup. Ia mulai sadar bahwa ia telah berpindah jauh dari tempat sebelumnya. Sangat jauh.

"(Kenapa aku berada disini??!)"

Pertanyaan itu bergema dalam benaknya ketika ia mendeteksi getaran asing di udara. Gelombang energi yang biasanya datar dan terurai kini berkumpul dari satu titik dekatnya. Tyrell segera berdiri, tubuhnya sudah stabil, tanpa rasa sakit ataupun luka. Ia terkejut—padahal ia ingat jelas tubuhnya sempat mengalami tekanan berat.

Dari kabut samar, sosok perlahan muncul. Seorang Elf dengan aura yang dikenalinya—salah satu dari dua Elf yang sempat mereka temui ketika masuk ke wilayah Kerajaan Elf, tepat di dekat mansion misterius.

"Kamu?, Kamu yang kemarin kami temui di Mansion ya?"

"Iya... Halo.." Suara Elf itu tenang, namun Ia melihat sorotan ungu terang di mata Tyrell dengan sedikit ketegangan.

"Apa yang kau lakukan disini? Dan mana perempuan yang bersamamu?"

Tyrell menunduk sesaat, mengingat kembali kekacauan yang terjadi sebelum ia pingsan.

"Aku pun tidak tau, Aku baru saja terbangun dari pingsan"

Elf itu mengangguk pelan, lalu mengamati langit yang mulai gelap. Angin berembus dingin, dan suara samar dari jauh—mungkin desir ranting atau suara makhluk kecil—mulai terdengar.

"Sebaiknya kita ke Tempat ku berada, Disini sudah gelap dan mungkin banyak monster berbahaya.."

Tyrell mengangguk dalam hati. Meskipun ia masih ragu, namun nalurinya berkata untuk menerima tawaran itu.

"(Sepertinya boleh juga, aku tidak ada tempat berteduh untuk sekarang ini, Dan aku takut jika aku menggunakan [Memorize] akan langsung pingsan lagi, Sebaiknya aku perlu mengikuti pria ini), Baiklah aku akan mengikuti mu, tapi aku tidak punya uang untuk sekarang jadi..-"

"Kau tidak perlu khawatir, Aku hanya merasa kalau kau orang yang baik..."

Dengan percakapan yang masih menggantung di antara mereka, keduanya mulai berjalan. Cahaya biru lembut menyala di bawah kaki sang Elf—jejak-jejak berbentuk setapak cahaya yang menuntun mereka ke tujuan.

.

  1. Merupakan sebuah sihir pelindung tingkat tinggi, dan 'C' adalah tingkatan sihirnya yang merupakan hasil dari tumpukan. Jika itu [Barrier C] maka sihir barrier ditumpuk 100x hingga menjadi sangat tebal namun terlihat sama.
  2. Sihir dengan afinitas Angin tingkat tinggi, bisa memaksa gerak suatu benda atau membuat tekanan seperti Gravitasi, namun ini hanya angin.
  3. SYSTEM UPDATING...
  4. NAME: Arthur,
    JOB: -,
    TITLE: Awakened,
    CLASS: B3,
    LEVEL: 47 | 31.0%,
    SP: 29,
    STR: 51.5,
    AGI: 422.3,
    DEF: 103,
    VIT: 206,
    INT: 824
  5. hanya bentuk lain dari teknik Afinitas Angin.
  6. Adalah sihir defensif tingkat tinggi milik para pengguna Demonic Energy.