Wyvern adalah salah satu makhluk penguasa di dunia ini. Mereka menguasai medan udara dan darat secara hakikat. Meski sering disamakan dengan Dragon, walaupun mereka berada satu tingkat lebih rendah. Mereka sering kali diyakini sebagai leluhur para naga, tapi itupun tidak bisa disandingkan dengan legenda yang dikenal sebagai Supreme Dragon.
Namun, Wyvern hanyalah bagian dari ribuan makhluk lainnya yang memiliki potensi untuk menjadi Supreme Dragon. Mereka semua lahir dengan kemampuan pasif unik bernama [Fear]. Kemampuan ini akan membuat siapa pun yang ada di sekitarnya terintimidasi, tubuh mereka menjadi kaku, dan tidak mampu bergerak karena tekanan mental yang sangat kuat. Namun, efek [Fear] tidak akan berlaku jika targetnya berada pada level yang lebih tinggi daripada pengguna. Bahkan, dalam kondisi seperti itu, efeknya bisa berbalik dan justru menyerang Wyvern tersebut.
Anehnya, Tyrell dan Arthur tidak merasakan apa-apa dari kehadiran makhluk bertanduk itu. Mereka hanya menyadari bahwa semua orang di ruangan tampak tertunduk ketakutan, seolah-olah atmosfer di sekitar berubah drastis.
Tyrell membisikkan sesuatu ke dalam pikiran Arthur. "Sepertinya ini terjadi karena makhluk bertanduk itu."
Arthur, yang mulai berkeringat, menjawab dengan gugup, "Se-sepertinya begitu..."
Meski mereka tidak berasal dari dunia ini, itulah yang menyelamatkan mereka dari efek [Fear]. Kemampuan itu tidak bisa mengenali mereka sebagai *makhluk biasa* dalam sistem dunia ini, sehingga gagal menargetkan mereka. Namun, Arthur tetap merasa sedikit tekanan. Bukan dari [Fear] itu sendiri, tapi dari perubahan atmosfer yang mendadak dan mengintimidasi secara naluriah.
Di sisi lain, Tyrell tetap tak terpengaruh oleh tekanan [Fear]. Bisa jadi, sang Wyvern bahkan tidak menyadari kehadirannya.
Dengan nada menghina, Wyvern menurunkan intensitas [Fear]-nya dan berkata, "Jadi bagaimana, apa kalian masih keras kepala untuk tetap menjadi pelayan si dewa Quanta sialan itu, hah?"
"Ma-maafkan kami, tidak. Maafkan aku, karena aku yang membawa mereka seperti ini," ucap kepala desa dengan tubuh gemetar dan tunduk penuh penyesalan.
Namun seluruh warga yang menyaksikannya merasa ada yang keliru. Keyakinan bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Itu lahir dari pengalaman, dari peristiwa yang membuat manusia percaya pada sesuatu yang memberi harapan di tengah ketidakmungkinan.
Terkadang manusia pun mengubah manusia lain—bukan karena kehendak bebas mereka hilang, melainkan karena luka dan harapan yang datang dari luar. Itulah sebabnya warga desa yakin, kepala desa tidak salah. Ia hanya diam karena tidak punya kekuatan.
Beberapa warga memberanikan diri meminta Wyvern untuk melepaskan sang kepala desa. Tapi respons Wyvern justru mengerikan. Tanpa peringatan, ia langsung menghabisi salah satu dari mereka.
Arthur dan Tyrell yang awalnya hanya mengamati kini terpaku. Tragedi itu mengguncang semua orang—terutama Arthur. Sementara Tyrell hanya memperhatikan tenang. Ia punya rencana lain.
Kemarahan kepala desa pun meledak. "Kenapa kau membunuh orang tidak bersalah, dasar sialan!"
Tiba-tiba, lingkaran sihir muncul di sekeliling tubuh kepala desa. Sebuah simbol kuno dari [Trait Turunan]. Perlindungan dari Dewa turun seketika. [Blessing of One Life] aktif, memberikan kekebalan terhadap serangan makhluk jahat selama tiga hari penuh kepada semua warga desa.
Efeknya langsung terasa. Warga yang semula gemetar kini berdiri tegap. Mereka tahu, mereka tidak bisa disakiti.
Wyvern menggeram. "Makhluk rendahan berani membangkang padaku!" Ia mengayunkan cakarnya, menghancurkan sebagian besar bangunan di sekitarnya.
Dengan cepat, Tyrell menciptakan pelindung di hadapan Fenrir. Lapisan transparan yang membelokkan sinar cahaya matahari membentang, menahan gelombang kehancuran dari cakaran Wyvern. Penduduk lainnya tetap aman berkat efek aktif dari [Blessing of One Life].
Arthur yang sudah tidak bisa menahan emosinya pun teriak. "Hei, orang bertanduk! Apa yang kau lakukan dengan menghancurkan tempat tinggal orang? Kalau dari awal memang ingin menghancurkan, Hancurkan saja daripada membuat adegan dramatis seperti tadi. Dasar bodoh..."
"Siapa itu yang bicara?!" bentak Wyvern, suaranya menggema dengan tekanan sihir yang menusuk udara.
Tyrell menoleh cepat ke arah Arthur, ekspresi cemas tergambar jelas di wajahnya. "Kenapa kau malah memprovokasi dia... Astaga..."
Tanpa basa-basi, Wyvern langsung melesat ke arah Arthur. Tubuhnya seperti bayangan berpendar merah menyala, dengan niat menghancurkan.
Namun saat cakar Wyvern hendak mengenai wajah Arthur, sesuatu menghentikannya.
Diciptakan secara refleks oleh Tyrell, perisai itu memantulkan energi serangan dan menciptakan efek visual seperti kaca yang pecah tanpa retakan nyata.
Wyvern dan Arthur sama-sama terpental beberapa langkah ke belakang. Wyvern mengerutkan dahi. "Akan berbahaya kalau aku menyentuh itu tadi..." gumamnya dengan nada waspada.
Arthur melirik Tyrell. "Apa maksudmu...? Tyrell, kau melakukan sesuatu padaku?"
"E-ee... aku hanya refleks. Hahaha," jawab Tyrell sambil mengangkat bahu, berusaha terlihat tidak bersalah.
Sementara itu, dalam pikirannya, Wyvern mulai merasa terganggu. "(Sepertinya
Pikiran Wyvern kacau, mencoba mencari jawaban atas teknologi atau sihir aneh yang barusan menghentikannya. Ia sudah menghadapi banyak penyihir kuat, bahkan penyihir dari benua utara, tapi tak satu pun pernah membuatnya merasa gemetar untuk menyentuh seseorang secara langsung.
Namun sekarang, hanya menyentuh perisai tipis tak terlihat pun bisa mengancam keselamatannya. Ia tahu… ini bukan *sihir* biasa.
Dan Tyrell? Ia hanya tersenyum tenang, matanya memperhatikan setiap reaksi Wyvern layaknya seorang ilmuwan yang mengamati eksperimen langka.
.
Narator:
Vector Shield yang Tyrell ciptakan bekerja dengan prinsip manipulasi partikel di udara. Ia mengambil atom-atom bebas seperti oksigen dan hidrogen, lalu mempercepat gerakannya. Atom-atom itu tidak hanya bergerak cepat—mereka diputar dalam lintasan yang sangat presisi, menciptakan aliran energi yang stabil di sekitar tubuh Tyrell.
Namun ada satu masalah: kehadiran anti-proton. Jika partikel ini sampai menyatu dengan atom dalam tubuh manusia, hasilnya bisa fatal. Untuk mencegah itu, Tyrell menggunakan pendekatan lain: ia menciptakan positron, partikel lawan dari elektron, di permukaan luar tubuhnya. Dengan menambahkan beberapa struktur atomik ke lapisan elektron, ia memaksa terbentuknya zona pelindung bermuatan anti-elektron.
Lapisan ini lalu diperkuat dengan medan elektromagnetik yang terbentuk secara instan, karena jalurnya sudah disiapkan sebelumnya. Dalam waktu kurang dari satu detik, empat lapis perlindungan terbentuk sempurna, memungkinkan Vector Shield bekerja penuh tanpa membuat tubuhnya hancur oleh partikel-partikel ekstrem.
Dan pada akhirnya, semua perlindungan itu bekerja secepat cahaya—secara harfiah.
.
Arthur yang menyadari bahwa tubuhnya tidak bisa disentuh langsung oleh Wyvern, segera mengambil inisiatif. Dengan semangat penuh, ia berlari menuju lawannya, tinjunya terangkat siap meluncur.
Namun saat pukulannya hampir mengenai wajah Wyvern, seketika tubuhnya terpental ke belakang seperti menabrak tembok tak terlihat.
Suara hantaman pohon terdengar empat kali berturut-turut, menandakan tubuh Arthur memantul dan menghantam batang-batang keras di sekitarnya.
Arthur berdiri dengan susah payah, darah menetes dari bibirnya dan tubuhnya sedikit membungkuk menahan nyeri di bagian perut. "Apa yang terjadi barusan... Kalau aku bisa dipukul, mungkin saja... pukulannya lebih cepat dari kecepatan suara," gumamnya dengan napas berat.
Ia mencoba merapal [Heal], namun tidak terjadi apa-apa. Matanya menyipit, menyadari satu hal, yaitu dia belum pernah belajar bagaimana cara kerja mantra penyembuhan itu.
Dengan cepat, ia membentuk tombak sihir [Ice Spear] dan bersiap memperkuat tubuhnya menggunakan dua mantra buff yang pernah ia lihat: [Haste] dan [Zoomer]. Tapi ada satu masalah yang tak ia perhitungkan—perlindungan Vector Shield masih aktif di sekeliling tubuhnya.
Begitu [Ice Spear] selesai terbentuk di tangannya, tombak itu langsung retak dan hancur seketika, serpihannya menghilang dalam udara. Ice Spear tidak mampu bertahan dalam medan pelindung Tyrell.
Arthur menggertakkan giginya, lalu memusatkan lebih banyak mana ke mantra [Zoomer], meningkatkan kecepatan fokusnya agar bisa mengikuti gerakan Wyvern.
Di sisi lain, Wyvern mulai menyadari bahwa tangan kanannya, yang sempat menghantam Arthur, terluka. Kulit di sana terbakar dan bergetar, seolah sedang bereaksi terhadap efek tak kasat mata.
"Kau terlihat tidak terpengaruh oleh pukulanku barusan... Padahal bahkan Sang Pedang Terkuat di benua ini akan terluka parah kalau terkena seranganku."
Arthur tersenyum menantang, meskipun masih menahan sakit. "Berarti Sang Pedang Terkuat yang kau katakan itu... lemah. Hahaha."
Wajah Wyvern berubah muram. Dalam sekejap, tubuhnya kembali melesat ke arah Arthur dengan kecepatan tinggi, pukulannya mengarah tajam. Tapi kali ini, Arthur yang sudah diperkuat oleh [Haste] dan [Zoomer] berhasil menghindar dan membalas serangan.
Sayangnya, setiap pukulan Arthur hanya menyentuh angin. Wyvern menghindar dengan presisi yang mengerikan, membuat seolah tubuhnya tak tersentuh oleh dunia fisik.
Tyrell yang berdiri di kejauhan hanya menonton sambil menyilangkan tangan. "Apa kau perlu bantuan, Arthur? Hahaha."
Dengan tawa ringan, Arthur menjawab, "Tidak. Jangan ganggu aku dulu. Baru kali ini aku menemukan lawan yang pas untuk menguji hasil latihanku."
Wyvern yang merasa dirinya diremehkan, menarik energi dari ruang sekitarnya. Ia membuka [Spatial Dimension], sebuah celah spasial yang berputar lambat seperti pusaran air. Dari dalamnya, ia mengambil sebuah kristal Ruby yang berpendar merah menyala.
Dengan nada dingin, ia merapal mantra yang belum pernah didengar Arthur sebelumnya...
"|Above the Star and Heaven.. I Praise My Lord of Origin •Ataraxis•|"
Kristal itu meledak dalam cahaya, lalu berubah menjadi aura merah pekat yang melingkupi tubuh Wyvern. Temperatur sekitarnya meningkat drastis.
Api muncul di telapak tangannya, berputar pelan namun terasa menghancurkan. Wyvern menatap tajam ke arah mereka.
"Sudah 80 tahun aku menyimpan ini... Terpaksa kugunakan di sini... Karena wanita sialan itu tiba-tiba muncul entah dari mana."
Aura merah menyala terang. Dan untuk pertama kalinya, Arthur merasa... ini bisa jadi pertarungan hidup dan mati yang sebenarnya.
Pada dasarnya Wyvern adalah makhluk yang tak sempurna—tak seperti para Dragon yang menjadi simbol kekuatan murni. Mereka memang terlihat mirip, tapi satu perbedaan penting memisahkan mereka: Wyvern tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan Api murni yang menjadi ciri khas para Dragon. Sebaliknya, afinitas alami mereka tertanam pada elemen angin sejak awal.
Namun sekarang, karena bantuan kristal Ruby dan Ancient Magic, Wyvern itu berhasil memanipulasi elemen Api—meski hanya secara eksternal.
Dengan sorot mata membara, Wyvern itu merapal mantra [Magic Amplification]
Arthur memperhatikan dengan seksama. Kepalanya sedikit menunduk, tapi matanya bersinar tajam. "(Jadi itu cara dia memperkuat sihirnya... [Magic Amplification] untuk menguatkan aliran sirkuit mana...)", pikir Arthur.
Tanpa ragu, Arthur mulai merapal [Ice Spike]—sebuah sihir es berbentuk duri tajam. Namun kali ini, dia mencoba sesuatu yang belum pernah ia lakukan.
Ia menambahkan [Magic Amplification] sebanyak 10 tumpuk—dua kali lipat dari milik Wyvern. Perlahan, lingkaran sihir yang terbentuk di sekitar tangannya berpendar dengan cahaya kebiruan yang tajam, menunjukkan tekanan energi yang luar biasa.
Tidak berhenti di situ, Arthur merapal [Haste] ke [Ice Spike] itu, mempercepat laju dan momentumnya secara drastis sebelum dilemparkan.
Wyvern yang melihat itu tidak mencoba menghindar. Ia justru berdiri diam dan membentuk perisai api di depannya.
.
Narator: Terdengar bodoh? Memang. Keputusan Wyvern untuk menguji kekuatan serangan Arthur sangat tidak bijak—bahkan sejak ia memutuskan menggunakan kristal Ruby, semua sudah tampak jelas.
.
Arthur melempar [Ice Spike] sekuat tenaga.
DUUUUAAAAARRRR!!!
Suara ledakan mengguncang seluruh penjuru desa. Sihir itu meledak begitu keras hingga memicu gelombang kejut yang terasa sampai ke wilayah Kerajaan Elf.
Tanah bergetar, pohon-pohon di sekitar hancur berkeping-keping, dan separuh desa itu runtuh dalam sekejap.
Tyrell yang sebelum terjadi dengan cepat langsung membuat [Vector Shield] tingkat rendah untuk melindungi area sekitar 50 meter dari titik ledakan. Medan pelindung itu mencegah kehancuran total dan menyelamatkan banyak nyawa.
Namun kekuatan sihir itu terlalu besar. Arthur yang menjadi pusat dari pelepasan energi itu ambruk ke tanah, tubuhnya gemetar karena kelelahan. Napasnya memburu, dan matanya nyaris tertutup.
Namun...
Dari balik kepulan asap dan reruntuhan, terdengar suara berat Wyvern.
"Sungguh... mengecewakan."
Saat asap mulai memudar, sosok Wyvern berdiri tegap di balik pertahanan apinya yang nyaris tak tergores. Tatapannya dingin, penuh rasa puas dan sinis.
"Kupikir itu cukup kuat untuk menembus pertahananku. Kuakui, kau cukup hebat untuk bisa bertahan sampai titik ini. Tetapi... ternyata hanya sampai sini perjuanganmu. Sekarang... matilah."
Wyvern melesat dalam sekejap, tangannya diselimuti api membara yang masih bersumber dari Ruby.
Saat jaraknya tinggal satu langkah dari tubuh Arthur yang terbaring lemah—
Tiba-tiba...
.
Narator: Sebenarnya, Wyvern itu tidak mungkin bertahan dari Sihir Ice Spike Arthur. Jika: Wyvern itu benar benar hanya menggunakan esensi dari Ruby itu saja... Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, adanya Sebuah Entitas yang ikut campur dalam pertarungan ini. Tepat ketika Arthur dan Wyvern beradu kekuatan, sesuatu ada yang berubah.