Tyrell membuka telapak tangannya ke depan, lalu memutarnya perlahan. Di udara kosong di hadapannya, muncul retakan dimensi yang kecil namun nyata, dan seketika terbentuk sebuah lubang hampa yang tampak menuju kekosongan absolut.
Wanita itu membatu, matanya melongo karena keterkejutan. Dalam hati ia membatin dengan kacau, "(Astaga... orang ini benar-benar gila. Dia bahkan menggunakan teknik setara Mana Chain tingkat-6, [Teleport], tanpa tanda-tanda kesulitan sedikit pun. Bahkan sejak tadi, aku tidak melihat dia menggunakan Mana sama sekali untuk semua fenomena aneh itu...)" Spontan, dia berteriak, "INI SULIT DIPERCAYA!!!"
Tanpa membuang waktu, mereka bertiga masuk ke dalam lubang hampa tersebut, memulai perjalanan ruang menuju Kota Elf. Dalam waktu kurang dari satu detik, ruang di sekitar mereka mengalami distorsi parah. Arthur dan sang wanita melihat dunia di sekitarnya tampak seakan meleleh, bergetar, dan berubah dalam pola glitch dimensi, hingga akhirnya mereka mendarat dengan keras di bawah sebuah pohon besar dekat gerbang pasar Kota Elf.
Arthur dan wanita itu langsung muntah-muntah karena efek dari perpindahan ruang yang ekstrem. Mereka berdua belum terbiasa dengan cara berpindah seperti itu. Di kejauhan, seorang anak kecil bertato dengan seekor kucing putih di bahunya menatap mereka dengan bingung.
"Ngapain kalian di sini?" tanya anak itu polos, tidak menyadari kalau mereka baru saja keluar dari retakan dimensi.
Tyrell, yang juga tampak terkejut, melihat sekeliling dan berkata, "Dimana ini? Seharusnya kita muncul di koordinat pasar Kota Elf..."
Bocah itu menjawab dengan nada heran, "Kalian yang tiba-tiba muncul di sini, kok malah tanya ini tempat apa? Ini Desa Tuan Fillian. Tapi beliau sudah lama menghilang."
"Hmmm... siapa orang yang kau sebut Fillian itu?" tanya Tyrell lebih.
Bocah itu berpikir sejenak, lalu mulai bercerita, "Baiklah... tapi aku ringkas saja ya. Dulu, ada seorang Ancient Mage hebat dari zaman kekacauan, namanya Fillian. Beliau Mage dengan Tingkat Mana Chain ke-12. Pada masa itu, banyak sekali iblis berkeliaran. Tapi iblis-iblis itu bukan seperti yang kalian bayangkan. Mereka punya bentuk manusia, bisa bicara seperti manusia, dan memahami semua bahasa... kecuali bahasa kuno. Karena itu, mereka bisa mengerti bahasa manusia dan bahasa elf.
Nah, Tuan Fillian itu ras campuran Elf dan Manusia. Elf lahir dengan mana alami yang melimpah, sedangkan manusia punya kemampuan belajar sihir dengan cepat tergantung bakat. Karena dia campuran, dia naik dari tingkatan Mana ke Eternal Mana hanya dalam waktu 120 tahun. Menurut sejarah, beliau pahlawan desa ini.
Karena jasanya, seorang ratu dari kerajaan Elf berhasil selamat dari malapetaka 3400 tahun lalu. Tapi setelah itu, tak ada kabar lagi tentang beliau. Beliau menghilang... begitu saja."
Tyrell merenung. "Hmmm, jadi di sini pun pernah ada seorang pahlawan ya..."
Arthur menimpali, "Berarti tempat ini... Desa Tuan Fillian."
Anak itu tampak kesal, wajahnya berubah sinis. "Jaga omonganmu. Dia pahlawan terkuat sampai sekarang. Bahkan Dewa Dunia Bawah pun nggak sanggup memaksanya keluarin 1:10 kekuatannya. Kami nggak tahu dia di mana sekarang, tapi beliau pasti masih hidup."
Mendengar itu, wanita yang bersama mereka akhirnya ikut berbicara. "Aku pernah dengar nama Fillian ini... Waktu itu, saat aku sedang di Danau Heiduan, ada empat anak kecil bermain-main dengan pedang kayu."
Bocah itu mendengar dan terkejut. "Apa?! Jadi kau bertemu mereka di sana? Sudah lama orang-orang desa mencari mereka karena mereka menghilang saat bencana ketiga, tiga bulan lalu."
Wanita itu menyambung, "Tetapi yang kulihat, mereka mengeluarkan semacam aura saat bermain dengan kayu."
Bocah itu bergetar, lalu dengan suara berat berkata, "Ikuti aku."
Sambil berjalan mengikuti bocah itu, Arthur berbisik, "Hei Tyrell, kenapa kita jadi mengikuti bocah ini?"
Tyrell menjawab dengan nada bingung, "Iya juga, ya. Kita ikuti saja dulu. Habis itu, kita harus menjual barang dari quest."
Arthur mengerutkan alis. "Tapi tetap aja... kenapa harus kita yang diajak?"
Tyrell mengangkat bahu sedikit. "Yah, kita juga nggak tahu mau ngapain setelah menyelesaikan misi ini, kan? Anggap aja sambil jalan cari hal menarik."
"Ya sudahlah," gumam Arthur, setengah pasrah.
Tak lama setelah mereka berjalan, wanita yang berada di samping Tyrell bertanya, "Hei bocah, bukannya tadi kau ingin pergi ke sungai?"
"Hmmm... sekarang ada yang lebih penting dari itu. Ikuti aku, kita harus melewati hutan ini," jawab bocah itu tanpa menoleh.
Saat mendekati semak-semak, bocah itu mengangkat tangan bertato miliknya. Cahaya mulai bersinar dari ukiran di kulitnya, membentuk lingkaran energi yang mengganggu visual sekitarnya. Ia berkata, "[Unsealed Trait]."
Seketika, sebuah gerbang desa tampak terbuka di antara pepohonan. Gerbang ini hanya bisa dilihat dan dimasuki oleh mereka yang diizinkan.
"Aku ditunjuk sebagai pelindung desa tiga tahun lalu, saat aku berusia sembilan tahun. Waktu itu, ada suara di kepalaku yang mengaku sebagai dewa. Ia memberiku kekuatan Stigma, ukiran di tubuhku ini, yang memungkinkanku menggunakan kekuatan yang diizinkan oleh sang dewa."
Tyrell bertanya, "Lalu... kenapa kau memberitahu kami semua ini? Bukankah kekuatan seperti ini seharusnya jadi rahasia? Bisa jadi itu kelemahanmu."
Bocah itu menyeringai. "Aku tahu..."
Arthur agak bingung. "Hah?"
"Aku tahu kalian bukan orang biasa. Karena saat aku bertanya pada sang dewa tentang kalian, beliau tidak berkata apapun. Dan jika beliau diam, itu tandanya aku harus mendekati orang itu."
Tyrell tersenyum kecil. "Kau ini terang-terangan sekali ya, bocah. Tapi mungkin kami tidak akan sesuai harapanmu."
"Itu tidak apa. Karena sekarang ini, desa kami sangat butuh kekuatan lebih," jawab bocah itu santai.
Mereka terus berjalan. Tanpa disadari oleh siapapun, Tyrell secara halus menciptakan pelindung yang menjaga mereka dari monster-monster liar di sekitar hutan. Bahkan bocah itu tidak menyadari bahwa mereka sempat melewati mahluk-makhluk berbahaya.
.
Di dalam istana utama Kerajaan Eldrich, saat itu terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena musim atau cuaca, tapi karena suasana yang menekan sejak munculnya kabar bahwa ancaman besar yang diprediksi sang penyihir kerajaan... tiba-tiba lenyap.
Raja Eldrich berdiri di hadapan altar kuno di dalam ruang suci kerajaan. Di depan altar itu, cahaya biru kehijauan bergetar perlahan, membentuk sosok setengah transparan—roh pelindung kerajaan, Farralis.
Raja tampak cemas. Tangannya mengepal di balik jubah kebesarannya yang panjang menyentuh lantai. Wajahnya tegas, tapi matanya penuh tanda tanya.
"Kenapa seseorang seperti dia datang kemari?!"
Farralis menundukkan wajahnya sedikit. Sorot matanya seperti lautan yang dalam—tenang, tapi menyimpan banyak hal yang tidak bisa ditebak.
"Mungkin ada seseorang yang mengutusnya... Biasanya orang seperti itu mempunyai tujuan lain. Tetapi, mengapa kerajaan kita.. Seolah ia sudah mengetahui kalau meteor itu akan menghantam kerajaan ini."
Raja terdiam sejenak. Jelas-jelas ada sesuatu yang tidak masuk akal di sini. Meteor itu bukan hal sepele—itu adalah bencana yang hanya bisa diprediksi oleh penyihir kerajaan tingkat tinggi. Namun orang asing itu... muncul seolah tahu semua sebelum itu terjadi.
"Aku pun tidak mengerti, Yang pasti kita tidak boleh terlalu mempercayainya dengan mudah. Maka dari, itu aku sudah mengirim utusan dari kerajaan ini,Dia adalah orang yang kompeten dan tidak tertarik dengan apapun kecuali loyalitasnya pada kerajaan. Kebetulan ia sedang menganggur dan tidak ada kerjaan, Sudah 2 Minggu dia hanya berlatih Sihir apinya," ucap sang Raja sambil menghela napas.
Farralis mengangguk pelan, lalu menatap altar di depannya.
"Boleh juga... aku akan membagi 1:5 kekuatanku untuk menemani dan melindunginya,Sisanya tergantung pada dirinya..."
Cahaya di tubuh Farralis berkedip sebentar, seolah menyetujui keputusan yang baru saja dibuat. Ruangan itu pun kembali sunyi, hanya terdengar suara sihir yang mengalir pelan di dinding-dindingnya.
Dan di luar istana—jauh dari pembicaraan itu—seorang wanita berambut pendek dengan jubah lusuh sedang berdiri di pinggiran hutan barat, menatap bulan purnama sambil memanaskan telapak tangannya dengan api kecil dari jarinya.
Ia bersin sekali, lalu mengeluh, “Ugh... siapa yang ngomongin aku sekarang?”
.
.
Kembali ke tempat Tyrell dan Arthur.
Mereka saat ini berdiri di depan sebuah pintu besar berukir lambang pohon tua bercabang tujuh—lambang resmi kepala desa wilayah ini. Bangunan kayu itu tampak sederhana dari luar, namun intensitas sihir di sekitarnya cukup kuat untuk membuat dahi Arthur sedikit berkerut. Di sisi mereka, bocah bertato yang membawa mereka ke sini tampak santai, seperti semua ini hanya bagian dari rutinitas.
Tanpa mengetuk atau memberi aba-aba, bocah itu langsung mendorong pintu dan masuk.
Di dalam, kepala desa—seorang pria tua berjubah hijau lumut—tengah berbicara dengan dua orang lain. Suaranya terdengar lantang namun penuh tekanan, "Jadi... Apa yang sedang dilakukan Elf itu di wilayah kit—"
"Siapa elf yang kalian bicarakan?!" ucap bocah itu dengan nada tinggi.
Suasana ruangan langsung berubah. Kepala desa seketika menghentikan ucapannya, lalu perlahan menunduk dengan tubuh gemetar. Suaranya bergetar saat berkata, "T-tuan muda... ada apa anda datang kemari...?"
Bocah itu menoleh santai ke arah Tyrell dan Arthur. "Perkenalkan, mereka temanku."
Wanita yang bersama mereka akhirnya membuka suara. Tatapannya tajam, penuh kewaspadaan. "Fenrir," ucapnya pelan.
Tiba-tiba!!
Suara langkah kaki bergema dari sudut ruangan. Seseorang berjalan perlahan ke tengah, dan dalam sekejap, suasana ruangan berubah drastis.
Seluruh orang di dalam ruangan—kecuali Tyrell dan Arthur—seperti kehilangan kekuatan dalam tubuh mereka. Nafas mereka tertahan, lutut gemetar, bahkan kepala desa yang tadi tampak penuh percaya diri kini terduduk lemas.
Sosok itu tampak seperti manusia biasa. Tingginya tak mencolok, wajahnya tenang, tapi di belakang punggungnya—melayang tanpa suara—terdapat lingkaran biru bercahaya membentuk pola seperti tombak spiral yang mengambang.
Aura yang terpancar darinya tidak sekadar kuat... tapi mengancam, seperti seekor predator kuno yang hanya menunggu alasan untuk memangsa.
Ternyata dia bukan manusia. Dia adalah bagian dari ras Wyvern—salah satu dari keturunan naga tertua yang memiliki bentuk humanoid dan kekuatan magis murni sejak lahir.
Saat ini... berdiri di depan mereka.