Titik balik tak terelakan

Malam di desa itu kian sunyi. Setelah kepergian gadis misterius, Eryan merasa pikirannya dipenuhi kabut—pertanyaan tanpa jawaban, teka-teki tanpa solusi. Ia duduk di sudut rumah tua itu, memandangi buku tua yang kini tampak seperti benda asing. Namun, di tengah keraguan, ia menyadari satu hal: jika ia ingin menemukan kebenaran, ia harus bergerak maju, bukan tenggelam dalam kebingungan.

Pagi berikutnya, Eryan meninggalkan desa dengan tujuan yang jelas. Ia menuju ke arah utara, ke tempat yang disebut-sebut dalam buku itu sebagai "Sumber Keseimbangan." Namun, perjalanan tidak akan mudah. Jalanan menuju utara penuh dengan bahaya, mulai dari medan yang sulit hingga makhluk-makhluk liar yang mengintai di setiap sudut.

Di Istana Kaelen

Sementara itu, Elyon memandangi peta besar yang ia temukan malam sebelumnya. Dalam pikirannya, ia tahu bahwa ia tidak bisa hanya menerima perintah ayahnya tanpa memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya, sesuatu yang tidak ingin ayahnya ia ketahui.

Elyon memutuskan untuk bertindak. Ia menyelinap keluar dari istana, menggunakan lorong rahasia yang hanya diketahui segelintir orang. Dengan jubah hitam yang menutupi wajahnya, ia berangkat menuju arah yang sama dengan Eryan—utara.

Namun, langkah Elyon tidak luput dari perhatian. Seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut abu-abu pendek, salah satu tangan kanan Lord Kaelen, mengikutinya dari kejauhan. Pria itu bernama Varion, seorang ahli strategi yang terkenal karena kecerdikannya. Ia tahu bahwa jika Elyon dibiarkan bertindak sendiri, rencana besar Lord Kaelen bisa berada dalam bahaya.

Pertemuan yang Tak Terduga

Di tengah perjalanan menuju utara, Eryan berhenti di sebuah hutan lebat untuk beristirahat. Hutan itu begitu sunyi, hanya suara burung malam yang terdengar di kejauhan. Namun, di antara kegelapan, ia merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul seseorang dengan jubah hitam. Orang itu berdiri tegap, menatap Eryan dengan mata yang tajam.

"Elyon?" Eryan bergumam, setengah tidak percaya.

Elyon membuka tudungnya, menampilkan wajah yang sangat familiar. Namun, ada ketegangan di matanya, seolah ia membawa beban yang tidak terlihat.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini," kata Elyon, suaranya terdengar datar, tetapi ada sedikit keraguan.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Eryan bertanya tajam, belati kecilnya sudah di tangan, berjaga-jaga.

"Aku mencari jawaban," Elyon menjawab singkat. "Sama seperti kamu."

Keduanya saling memandang, seakan mencoba membaca pikiran masing-masing. Namun sebelum salah satu dari mereka bisa berbicara lebih lanjut, suara gemerisik terdengar dari arah lain.

Eryan dan Elyon serentak berbalik, melihat sosok lain muncul dari bayang-bayang hutan. Varion berdiri di sana, dengan senyum dingin di wajahnya.

"Apa yang kita miliki di sini?" katanya dengan nada mengejek. "Dua saudara yang seharusnya saling berlawanan, tetapi malah bertemu di tempat ini? Menarik sekali."

Elyon menggertakkan giginya. "Varion, apa yang kamu lakukan di sini?"

"Memastikan kamu tidak keluar jalur," jawab Varion sambil mengeluarkan pedang panjangnya. "Lord Kaelen tidak akan senang mengetahui bahwa kamu mencoba mencampuri urusan yang bukan milikmu, Elyon."

Eryan menatap Elyon, lalu kembali ke Varion. "Siapa dia?"

"Salah satu anjing ayah kita," Elyon menjawab dingin.

Varion tertawa kecil. "Oh, Elyon, kau terlalu keras padaku. Aku hanya menjalankan tugas."

Tanpa peringatan, Varion menyerang, pedangnya melesat dengan kecepatan luar biasa. Eryan dan Elyon, meski tidak pernah bertarung bersama sebelumnya, dengan refleks yang hampir serempak menghindari serangan itu.

Pertarungan di tengah hutan pun dimulai. Varion, meski seorang ahli pedang, menyadari bahwa melawan dua saudara yang terlatih bukanlah tugas yang mudah. Namun, ia memiliki satu keunggulan—pengalaman dan kecerdikan.

Namun, ada sesuatu yang tidak ia perhitungkan: meski Eryan dan Elyon belum pernah bekerja sama, insting mereka seolah selaras. Dalam setiap serangan, mereka bergerak seperti dua sisi dari koin yang sama.

Setelah pertempuran sengit yang berlangsung beberapa menit, Varion akhirnya terdesak. Dengan luka di lengan dan bahu, ia terpaksa mundur ke dalam kegelapan hutan, meninggalkan dua saudara itu dengan banyak pertanyaan.

Awal Persatuan atau Perpecahan?

Eryan dan Elyon berdiri di tengah hutan, napas mereka terengah-engah.

"Kita harus bicara," kata Elyon akhirnya, menatap Eryan dengan serius.

"Ya, tapi bukan di sini," jawab Eryan. "Kita tidak tahu siapa lagi yang mungkin sedang mengawasi."

Keduanya setuju untuk bergerak lebih jauh ke utara, menuju tempat yang lebih aman. Di dalam hati mereka, masing-masing tahu bahwa perjalanan ini akan mengubah segalanya—baik untuk mereka, maupun untuk dunia yang mereka tinggali.

Namun, mereka juga tahu satu hal: bayangan ayah mereka masih menggantung di atas mereka, seperti badai yang menunggu untuk meledak.