Malam tiba dengan cepat, menyelimuti desa dalam gelap yang pekat. Eryan memutuskan untuk menetap di rumah tua yang nyaris runtuh itu. Meski temboknya retak dan angin dingin mudah menyusup melalui celah-celah, rumah itu tetap membawa kehangatan—bukan dari suasana, tetapi dari kenangan masa kecil yang tersimpan di setiap sudutnya.
Ia duduk di depan perapian yang kecil dan rapuh, menatap buku tua yang ia temukan pagi tadi. Halaman-halamannya sudah rapuh, tetapi tulisannya masih bisa terbaca. Buku itu tampaknya mencatat perjalanan seorang petualang, tetapi nama-nama dan tempat-tempat di dalamnya terasa begitu asing bagi Eryan.
Namun, di salah satu halaman terakhir, ia menemukan sesuatu yang membuat darahnya membeku:
"Kunci keseimbangan ada pada dua saudara. Yang satu harus jatuh, agar yang lain bisa naik. Takdir mereka saling terikat, tetapi hanya satu yang akan bertahan."
Eryan membaca ulang kalimat itu, mencoba memahami apa artinya. Ia merasa seperti sedang membaca naskah kuno yang berbicara langsung tentang dirinya dan Elyon. Namun, siapa yang menulis ini? Dan mengapa?
Ketika ia sedang merenung, suara langkah kaki terdengar dari luar rumah. Eryan dengan cepat meraih belatinya, berjaga-jaga. Langkah itu mendekat, semakin jelas di antara deru angin malam.
"Eryan," suara lembut gadis misterius itu kembali terdengar.
Eryan menurunkan belatinya, tetapi tetap berjaga. "Kamu lagi? Apa yang kamu inginkan dariku kali ini?"
Gadis itu masuk ke dalam rumah tanpa meminta izin, matanya yang tajam berkeliling seolah mengamati sesuatu yang hanya ia bisa lihat. "Aku tidak menginginkan apa-apa darimu, Eryan. Aku di sini untuk memastikan kamu tetap di jalur."
"Jalur? Jalur apa? Kamu selalu berbicara dengan teka-teki, tapi tidak pernah memberikan jawaban yang jelas!" Eryan mendekat dengan frustrasi.
Gadis itu tersenyum samar. "Kamu sudah menemukan jawabannya, Eryan. Hanya saja, kamu belum siap untuk menerimanya."
Eryan menunjukkan halaman dari buku tua itu. "Apa ini ada hubungannya denganmu? Dengan kami?"
Gadis itu memandang tulisan itu dengan ekspresi serius. "Ini lebih dari sekadar tulisan, Eryan. Ini adalah kebenaran yang tidak bisa dihindari. Kamu dan saudaramu adalah dua sisi dari keseimbangan. Tapi, keseimbangan tidak pernah datang tanpa pengorbanan."
Sebelum Eryan bisa bertanya lebih jauh, gadis itu berbalik dan mulai berjalan keluar.
"Tunggu!" seru Eryan, mencoba menghentikannya. "Siapa kamu sebenarnya?"
Gadis itu berhenti di ambang pintu, lalu menoleh dengan senyum kecil. "Aku hanya seorang pengamat, Eryan. Tapi ingat ini: ketika waktunya tiba, pilihlah dengan hati-hati. Takdir tidak memberi kesempatan kedua."
Kemudian, ia menghilang di balik kabut malam, meninggalkan Eryan sendirian dengan pikirannya yang kacau.
---
Di sisi lain, Elyon berdiri di aula besar istana, di hadapan ayahnya. Lord Kaelen sedang mempersiapkan sesuatu, tetapi Elyon tidak bisa memahami apa. Di sekeliling mereka, para penjaga dan pelayan beraktivitas dengan wajah serius, seolah ada sesuatu yang besar akan terjadi.
"Ayah, apa yang sebenarnya kita lakukan?" tanya Elyon akhirnya, suaranya dipenuhi kebingungan.
Lord Kaelen menatapnya dengan tajam. "Kita bersiap untuk memastikan takdir dunia ini tidak keluar jalur. Keseimbangan adalah segalanya, Elyon. Tanpanya, dunia akan runtuh."
"Tapi apa hubungannya dengan Eryan? Kenapa kita tidak bisa bekerja sama dengannya?"
Lord Kaelen menghela napas, wajahnya yang tegas menunjukkan sedikit keraguan. "Karena dia adalah ancaman, Elyon. Keseimbangan tidak pernah bisa bertahan jika ada dua kekuatan yang saling bersaing. Hanya satu yang bisa memimpin. Dan itu harus kamu."
Elyon terdiam, mencoba memahami apa yang ayahnya katakan. Tapi di hatinya, ada sesuatu yang tidak benar. Sesuatu yang membuatnya meragukan kebenaran dari kata-kata Lord Kaelen.
Ketika malam semakin larut, Elyon memutuskan untuk mencari jawaban sendiri. Ia menyelinap keluar dari kamarnya, menuju ruang rahasia yang selalu terkunci. Di sana, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan: peta besar yang menggambarkan seluruh dunia, dengan tanda-tanda misterius di beberapa tempat. Di tengah peta itu, ada dua nama yang tertulis besar—Eryan dan Elyon.
Dan di bawah nama-nama itu, sebuah catatan kecil tertulis:
"Ketika dua kekuatan bertemu, dunia akan kembali seimbang, atau runtuh selamanya."
Elyon terdiam, menyadari bahwa ia tidak hanya bagian dari rencana besar ayahnya, tetapi juga pemain utama dalam permainan yang ia sendiri belum pahami.