Berita kematian Dewa Racun mengguncang Dunia Roh seperti gempa bumi.
Pada awalnya, sedikit yang mempercayainya. Bagaimanapun juga, bagaimana mungkin seorang manusia biasa bisa membinasakan makhluk yang melambangkan racun, seorang dewa yang dihormati selama berabad-abad? Namun saat bola kaca mulai menyiarkan gambar-gambar mengerikan—buram, tetapi tak bisa disangkal—dari saat-saat terakhir Dewa Racun di atas Gunung Meru, para skeptis terdiam.
Terhampar di berbagai alun-alun dan balai pasar, bola-bola ini memutar visual mengejutkan itu berulang-ulang: badai merah, pusaran hujan beracun, dan kemudian detak jantung terakhir dari keberadaan yang padam. Transformasi dari keraguan menjadi teror terjadi seketika.