"Bisa nggak lu untuk jangan sok akrab dengan gw?," tanya Nadine.
"Eh!?," ucapku.
Aku benar-benar terkejut setelah mendengar perkataan Nadine itu. Aku tidak menyangka kalau dia akan mengatakan sesuatu seperti itu kepadaku.
"Apa maksud lu, Nadine?," tanyaku.
Aku bertanya kepada Nadine untuk mengkonfirmasi apakah yang dia katakan barusan itu benar atau tidak.
"Apa lu kurang jelas mendengarnya? Gw nanya bisa nggak lu untuk jangan sok akrab dengan gw?," tanya Nadine.
Aku pun kembali terkejut. Ternyata Nadine benar-benar menanyakan itu kepadaku.
"Memangnya kenapa lu bertanya seperti itu kepada gw?," tanyaku.
"Jujur aja, lu membuat gw risih. Tiba-tiba lu jadi sok akrab dengan gw dengan mengajak gw ngobrol padahal sebelumnya lu nggak pernah berinteraksi sama gw sama sekali. Apa lu punya maksud tertentu dengan tiba-tiba sok akrab dengan gw?," tanya Nadine.
Aku kemudian langsung menjawab pertanyaannya.
"Nggak, gw nggak ada maksud tertentu. Gw cuma ingin hubungan kita kembali seperti dulu. Lu tau kan kalau kita berdua merupakan teman masa kecil dan kita pun dulu juga sangat akrab. Gw ingin kita akrab lagi seperti dulu," ucapku.
"Kita memang dulunya merupakan teman masa kecil dan kita pun dulunya akrab. Tetapi itu saat dulu, sekarang hubungan kita sudah tidak sama seperti dulu lagi," ucap Nadine.
"Kenapa, Nad-,"
Aku berniat bertanya tentang alasan dia berkata seperti itu tetapi perkataanku tiba-tiba dipotong oleh Nadine.
"Lagipula, jika memang lu ingin hubungan kita kembali seperti dulu, kenapa lu baru inginnya sekarang saat kita sudah berada di kelas 12? Kenapa tidak lu lakukan saat kita baru pertama kali masuk sekolah padahal saat itu merupakan saat kita bertemu kembali setelah kita lulus SD?," tanya Nadine.
Aku pun terdiam setelah mendengar pertanyaan Nadine. Aku tidak mungkin bilang kalau aku berasal dari masa depan dan di masa depan itu dia merupakan istriku. Namun dia di masa depan telah meninggal tidak lama setelah aku baru mulai mencintainya. Karena itu, di masa ini aku ingin segera berhubungan kembali dengan Nadine. Aku ingin segera menjalin hubungan romantis dan melakukan banyak hal romantis dengannya yang tidak bisa aku lakukan di masa depan karena Nadine sudah lebih dulu meninggal.
Aku tidak mungkin menjawab pertanyaannya dengan alasan seperti itu. Jadi aku memilih untuk berbohong dan membuat alasan lain untuk menjawab pertanyaan Nadine.
"Jujur, awalnya gw membenci lu karena kejadian yang terjadi saat kita masih SD. Gw membenci lu atas perbuatan lu kepada gw saat itu. Ketika kita bertemu kembali saat awal masuk SMA pun gw masih membenci lu. Tetapi belakangan ini entah kenapa gw mulai teringat tentang hubungan kita dulu,"
"Padahal dulunya hubungan kita sangat dekat tetapi gara-gara kejadian itu hubungan kita menjadi renggang seperti ini. Sangat disayangkan kalau hubungan kita menjadi renggang gara-gara kejadian itu, oleh karena itu gw memutuskan untuk mulai berhenti membenci lu. Gw ingin akrab dengan lu lagi, Nadine. Gw ingin hubungan kita kembali seperti dulu," ucapku.
Nadine pun terdiam setelah mendengar perkataanku. Saat Nadine terdiam, aku kembali melanjutkan perkataanku.
"Gw minta maaf apabila perkataan gw saat itu menyinggung lu sehingga lu melakukan hal itu terhadap gw. Gw benar-benar minta maaf, Nadine,"
"Gw melakukan ini bukan karena gw merasa tidak enak dengan hubungan keluarga kita yang dekat, tetapi gw melakukan ini atas keinginan gw sendiri. Gw benar-benar ingin hubungan kita kembali seperti dulu lagi, Nadine," ucapku.
Nadine tetap hanya diam saja setelah mendengar perkataanku. Namun tidak lama kemudian, dia mulai berbicara. Tetapi dia berbicara bukan kepadaku, melainkan kepada teman-temannya yang ada di dekatnya.
"Ayo kita pergi," ucap Nadine sambil membalikkan badannya.
Setelah membalikkan badannya, Nadine lalu mulai kembali melangkah untuk menuju ke kantin sekolah. Aku pun terkejut melihat tingkah Nadine itu. Tidak hanya tidak menanggapi perkataanku, dia juga langsung pergi meninggalkanku begitu saja.
"Tunggu, Nadine," ucapku yang mencoba untuk menghentikan Nadine yang sedang berjalan.
Ketika aku mencoba untuk menghentikan Nadine, tiba-tiba Nadine mengatakan sesuatu sambil membelakangiku.
"Lebih baik lu terus membenci gw karena kejadian itu," ucap Nadine.
Aku pun langsung terdiam dan terkejut setelah mendengar perkataan Nadine. Kenapa Nadine mengatakan itu kepadaku? Kenapa Nadine ingin aku terus membencinya? Perkataannya itu membuatku bingung sehingga membuatku terdiam dan tidak lagi mencoba untuk menghentikannya yang sedang berjalan.
Setelah mengatakan itu pun Nadine langsung berjalan menuju kantin sekolah bersama dengan teman-temannya. Nadine terus berjalan tanpa melihat ke arahku sama sekali setelah mengatakan itu. Sementara aku hanya bisa terus terdiam sambil melihat ke arah Nadine yang terus berjalan meninggalkanku.
Setelah Nadine menghilang dari jarak pandangku aku masih tetap terdiam. Aku masih memikirkan tentang perkataan Nadine sebelumnya. Tidak lama kemudian, ketika aku sedang memikirkan tentang perkataan Nadine, tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku dari belakang.
*Bruk
Orang yang menabrakku itu tidak menabrakku dengan kencang sehingga aku tidak terjatuh ataupun terdorong ke depan. Tepat ketika seseorang sedang menabrakku dari belakang itu, aku mendengar suara perempuan.
"Aduh,"
Suara itu sepertinya suara dari orang yang menabrakku. Karena aku tidak terjatuh ataupun terdorong setelah ditabrak oleh orang itu, aku pun langsung menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menabrakku. Ketika aku sudah menoleh ke belakang, aku melihat seorang murid perempuan yang sudah hampir terjatuh ke belakang. Akibat bertabrakan denganku lah yang sepertinya membuat murid perempuan itu terjatuh ke belakang.
Lalu, sebelum murid perempuan itu terjatuh ke belakang dan menyentuh lantai yang ada di bawah, aku dengan refleks langsung meraih tangan kanan murid perempuan itu yang berada dekat dengan jangkauanku. Setelah aku sudah meraih tangan kanan murid perempuan itu, aku lalu menggenggam tangan kanannya dan menahannya sehingga membuat murid perempuan itu tidak jadi jatuh ke belakang.
Setelah itu, aku menarik tangan kanan murid perempuan itu secara perlahan agar dia bisa berdiri dengan benar karena jika aku melepaskannya saat itu juga, dia akan tetap terjatuh. Meski aku menariknya secara perlahan, tetapi sepertinya aku menarik tangan kanan murid perempuan itu dengan cukup kuat sehingga setelah menarik tangan murid perempuan itu, tubuh murid perempuan itu ikut tertarik dan kini mengenai tubuhku. Tubuh kami berdua pun saling bersentuhan. Bahkan posisiku setelah menarik tangan murid perempuan itu hampir seperti sedang memeluknya. Aku pun langsung meminta maaf karena telah menyentuh tubuh murid perempuan itu dan hampir memeluknya.
"Maaf, gw tidak bermaksud seperti ini," ucapku.
Saat ini, murid perempuan itu masih menundukkan wajahnya meskipun dia tepat berada di hadapanku. Karena itu, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas dan tidak mengetahui siapa murid perempuan itu. Sebelumnya, ketika sedang memegang dan menarik tangannya pun aku tidak sempat melihat wajahnya karena aku hanya fokus untuk menolongnya terlebih dahulu. Meski aku tidak bisa melihat wajahnya, entah kenapa aku seperti mengenalnya dari penampilannya. Tetapi aku masih samar-samar dalam mengenali murid perempuan itu.
Setelah aku meminta maaf kepada murid perempuan itu, murid perempuan itu lalu menanggapi permintaan maafku.
"Tidak, tidak, kamu tidak perlu meminta maaf. Seharusnya saya yang meminta maaf karena telah menabrakmu. Selain itu...," ucap murid perempuan itu.
Setelah mendengar murid perempuan itu berbicara, aku pun langsung terkejut. Itu karena aku mengetahui siapa murid perempuan itu. Sebelumnya aku tidak sempat mengenalinya karena murid perempuan itu hanya berbicara dengan 1 kata saja. Tetapi setelah perempuan itu berbicara dengan beberapa kata, aku pun langsung mengenalinya. Aku langsung mengenalinya dari suara meskipun murid perempuan itu masih menunduk dan wajahnya belum terlihat dengan jelas. Aku langsung mengenalinya meskipun di masa lalu aku tidak pernah sekalipun berinteraksi dengannya tetapi aku benar-benar kenal dengan suaranya itu.
Setelah itu, murid perempuan mulai mengangkat kepalanya yang sebelumnya tertunduk sambil melanjutkan perkataannya sebelumnya.
".....Terima kasih karena telah menyelamatkan saya," ucap murid perempuan itu.
Setelah murid perempuan itu mengangkat kepalanya, wajahnya pun terlihat jelas. Aku pun kembali terkejut setelah melihat wajah murid perempuan itu. Sebelumnya ketika mendengar suaranya, aku sudah bisa menebak identitas dari murid perempuan itu. Aku pun juga sudah bisa menebak dari penampilan tubuhnya. Dan ketika melihat wajahnya, ternyata tebakanku itu benar.
Murid perempuan yang ada di depanku itu bernama Aneira Bianca Miyuki. Dia merupakan murid perempuan paling populer di sekolah ini. Selain itu, dia juga mendapatkan julukan dari murid-murid di sekolah ini khususnya dari murid laki-laki. Julukannya adalah 'Si Putri Es'
-Bersambung