"Hah!?!,"
Aku pun terkejut setelah mendengar pertanyaan Vyn. Tidak hanya aku saja, Noa, Hana dan yang lainnya pun juga terkejut.
"Mana mungkin 'Putri Es' menyukai gw, ada-ada aja lu," ucapku yang menyangkal pertanyaan Vyn.
"Ya siapa tau aja, bro. Soalnya cuma lu doang di sekolah ini yang bisa berbicara dan bahkan bisa memegang tangan 'Putri Es', apalagi dia juga hanya bereaksi biasa saja setelah tangannya dipegang sama lu," ucap Vyn.
"Gw memegang tangannya bukan karena iseng atau ingin menggodanya melainkan karena gw ingin menolongnya. Jadi wajar kan kalau dia hanya bereaksi biasa saja karena gw murni memegang tangannya untuk menolongnya bukan karena ada maksud lain," ucapku.
"Itu benar. Seperti yang gw bilang sebelumnya, Aneira itu merupakan murid yang sopan. Tentu saja dia hanya bereaksi biasa setelah tangannya dipegang oleh Aarav karena dia tahu Aarav memang ingin membantunya bukan karena ada maksud lain. Tidak mungkin dia akan bersikap dingin kepada orang yang telah menolongnya. Dengan sikapnya yang seperti itu, bukan berarti dia menyukai Aarav," ucap Hana yang ikut menyangkal pertanyaan Vyn.
Mendengar Hana berbicara seperti itu untuk menyangkal pertanyaan Vyn, entah kenapa aku merasa Hana sedang cemburu. Dia seakan tidak ingin ada orang lain yang menyukaiku. Yah wajar jika Hana cemburu karena saat ini dia pastinya sudah menyukaiku karena 2 bulan lagi di bulan September nanti dia akan menyatakan perasaannya kepadaku. Setidaknya itu yang terjadi di masa lalu yang pernah aku lalui.
"Selain itu, dibandingkan dengan 'Putri Es', gw itu berada di bawah levelnya. Gw tidak sepintar atau sepopuler 'Putri Es', jadi tidak mungkin dia menyukai orang seperti gw," ucapku.
"Yah, siapa yang tahu soal itu," ucap Vyn.
Setelah itu, kami terus melanjutkan langkah kami menuju ke kantin sekolah.
-
Beberapa menit kemudian, di kantin sekolah.
Saat ini, aku sedang duduk di salah satu meja kantin bersama Noa, Vyn, Gavin dan Kafi. Kami berlima sudah membeli dan mendapatkan makanan yang kami inginkan jadi kami duduk lebih dulu untuk mengamankan tempat. Sementara Hana, Rahza dan Kyna masih membeli makanan yang mereka inginkan. Noa, Vyn, Gavin dan Kafi sudah makan lebih dulu sementara aku masih belum memakan makanan yang aku beli. Aku belum memakan makanan itu karena aku masih diam sambil memikirkan sesuatu. Aku sedang memikirkan tentang situasi masa lalu tempat aku berada saat ini.
Dari percakapanku dengan Noa, Vyn, Hana dan yang lainnya barusan, setidaknya aku tahu kalau 'masa lalu ini' masih sama dengan masa lalu yang pernah aku lalui dulu. Itu karena penjelasan mereka yang bilang kalau Aneira yang selalu mendiami dan mengabaikan murid laki-laki yang mencoba mendekatinya itu masih sama dengan masa lalu yang pernah aku lalui dulu. Hanya saja ada sedikit perbedaan. Jika di masa lalu yang pernah aku lalui dulu Aneira sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki lain selain guru, namun di masa kini Aneira telah berinteraksi dengan seorang laki-laki selain guru, yaitu aku.
Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan tindakan yang aku lakukan di masa lalu yang pernah aku lalui dulu dengan di masa lalu ini. Di masa lalu yang pernah aku lalui dulu, aku sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan Nadine saat SMA, tetapi di masa lalu ini aku mencoba untuk berinteraksi dengan Nadine. Tindakanku yang mencoba untuk berinteraksi dengan Nadine memicu kejadian yang berbeda dengan yang terjadi di masa lalu yang pernah aku lalui. Contoh kejadian itu adalah interaksi antara aku dengan Aneira. Interaksi itu terjadi setelah aku mengejar Nadine yang mau pergi ke kantin, lalu mengajaknya bicara sampai akhirnya Nadine pergi meninggalkanku. Setelah itu, Aneira pun menabrakku dan kejadian itu pun muncul. Jika di masa lalu ini aku tidak mengejar Nadine yang ingin ke kantin atau bahkan tidak berinteraksi dengan Nadine sama sekali sama seperti di masa lalu yang pernah aku lalui dulu, maka aku pasti tidak akan berinteraksi dengan Aneira.
"Interaksiku dengan Aneira masih membuatku bingung sampai saat ini. Aku masih bingung kenapa Aneira yang dikenal selalu bersikap dingin kepada murid laki-laki malah bisa berbicara kepadaku. Apa karena aku telah menolongnya makanya pembicaraan antara aku dengannya bisa terjadi?. Apa jika aku tidak menolongnya maka pembicaraan itu tidak terjadi?. Apa jika aku mencoba untuk mendekatinya lebih dulu seperti murid laki-laki yang lain maka dia akan mendiamiku dan mengabaikanku juga?" pikirku.
Hal itu masih membuatku bingung. Meski hal itu masih membuatku bingung, setidaknya aku tahu kalau Aneira yang berada di masa lalu ini masih sama seperti Aneira yang berada di masa lalu yang pernah aku lalui dulu karena dia masih tetap dijuluki sebagai Putri Es.
Lalu setelah selesai memikirkan Aneira, aku beralih memikirkan Nadine. Aku masih tidak tahu kenapa Nadine di masa lalu ini bersikap seperti itu kepadaku. Dia cenderung seperti membenciku dan mengabaikanku apabila aku ingin mendekatinya.
Di masa lalu yang pernah aku lalui dulu, ketika aku membenci Nadine dan tidak berinteraksi dengannya satu kalipun saat SMA, aku saat itu menganggap kalau Nadine juga membenciku. Makanya Nadine tidak mau mencoba berbicara kepadaku lebih dulu. Nadine tidak mau mencoba meminta maaf kepadaku.
Saat itu, aku menganggap kejadian yang terjadi saat kami SD merupakan kesalahan Nadine sepenuhnya. Dia tidak hanya mengabaikan peringatanku, tetapi dia juga memarahiku dan menamparku. Padahal niatku saat itu baik tetapi dia malah melakukan hal seperti itu kepadaku. Itu yang membuatku membencinya. Aku tidak berpikiran untuk berbicara dengannya lebih dulu atau meminta maaf karena aku menganggap kalau aku tidak salah. Justru seharusnya Nadine yang meminta maaf kepadaku. Tetapi selama SMA, Nadine tidak pernah sekalipun berbicara kepadaku dan meminta maaf. Aku saat itu tidak peduli juga meskipun Nadine tidak berbicara dan meminta maaf padaku, yang jelas aku saat itu menganggap kalau aku tidak salah sama sekali jadi aku tidak perlu minta maaf kepadanya.
Saat itu, aku memang berpikiran kalau seharusnya Nadine lah yang meminta maaf kepadaku, tetapi jika saat SMA Nadine memilih untuk meminta maaf kepadaku, aku tidak yakin akan dapat menerima permintaan maafnya. Aku benar-benar sangat membencinya saat itu. Bahkan ketika kami berdua baru dinikahkan, aku tidak langsung bisa menerima Nadine begitu saja. Aku selalu mengabaikan Nadine, bahkan mengabaikan permintaan maaf darinya. Iya, Nadine baru bisa meminta maaf atas kejadian itu saat kami berdua telah dijodohkan dan dinikahkan. Tetapi aku saat itu tidak langsung menerima permintaan maaf Nadine itu karena aku masih membencinya. Aku baru bisa menerima baik itu permintaan Nadine maupun statusnya sebagai istriku beberapa bulan setelah kita berdua dinikahkan. Itu pun karena usaha Nadine yang berusaha keras untuk meluluhkan hatiku. Dan disaat aku sudah bisa menerima Nadine, ternyata Nadine telah lebih dulu meninggalkanku untuk selamanya.
Aku hampir menangis ketika mengingat kembali tentang hal itu, tetapi untungnya aku bisa menahannya. Aku sebenarnya tidak ingin mengingat tentang hal itu saat ini tetapi ingatan tentang hal itu diperlukan untuk pemikiranku tentang situasi di masa lalu ini.
Aku masih ingat di masa depan sebelum Nadine meninggal, dia bilang kalau alasan dia tidak ingin berbicara kepadaku adalah karena dia masih merasa sangat bersalah kepadaku gara-gara kejadian itu. Dia baru bisa berbicara dan meminta maaf kepadaku setelah kami berdua dinikahkan. Aku memang tidak pernah menanyakan apa alasannya tetapi aku menduga kalau rasa bersalahnya sudah berkurang ketika kami berdua dinikahkan. Berbeda dengan saat masih SMA dimana Nadine masih merasa sangat bersalah kepadaku. Lalu, Nadine juga bilang kalau dia sudah menyukaiku sejak dulu. Itu berarti kemungkinan dia juga sudah menyukaiku saat SMA.
Jika benar begitu, maka di masa lalu yang pernah aku lalui dulu, Nadine memang telah menyukaiku. Dia ingin berbicara denganku tetapi tidak bisa karena rasa bersalah yang masih menghantuinya. Namun di masa lalu tempatku berada ini, Nadine justru terlihat membenciku dan bersikap dingin ketika aku ingin mendekatinya. Makanya aku sempat berpikir kalau masa lalu tempatku berada ini berbeda dengan masa lalu yang pernah aku lalui dulu. Di masa lalu yang pernah aku lalui dulu, Nadine sepertinya menyukaiku tetapi di masa lalu tempatku berada ini, Nadine justru membenciku. Karena itu, aku sempat berpikir kalau masa lalu tempatku berada ini berbeda dengan masa lalu yang pernah aku lalui dulu karena berbedanya sikap Nadine kepadaku.
Tetapi ada kemungkinan juga kalau masa lalu tempatku berada ini masih sama dengan masa lalu yang pernah aku lalui dulu, itu karena aku tidak benar-benar tahu sikap Nadine saat itu karena aku tidak berinteraksi dengannya sama sekali. Ada kemungkinan dia akan bereaksi sama seperti di masa lalu ini apabila aku mencoba mendekatinya di masa lalu yang pernah aku lalu dulu.
Jika masa lalu tempatku berada ini masihlah sama dengan masa lalu yang pernah aku lalui dulu, itu berarti kemungkinan sikap dingin Nadine kepadaku hanyalah sebuah pura-pura dan kebohongan saja. Nadine berpura-pura mengabaikanku dan bersikap dingin kepadaku karena dia tidak ingin aku mendekatinya. Dia masih merasa sangat bersalah kepadaku atas kejadian itu. Apalagi sebelumnya ketika berbicara dengannya aku sempat mendengar Nadine bilang kepadaku agar lebih baik aku terus membencinya karena kejadian itu. Jika aku terus membencinya, aku sudah pasti tidak akan mendekatinya dan mencoba berbicara kepadanya lagi. Nadine yang masih merasa sangat bersalah pasti menginginkan agar aku tidak mendekatinya.
Tetapi ada kemungkinan kalau di masa lalu tempatku berada ini, Nadine benar-benar membenciku. Karena itu dia bersikap dingin kepadaku ketika aku mendekatinya. Jika masa lalu tempatku berada ini sama seperti masa lalu yang pernah aku lalui dulu, itu berarti Nadine di masa depan telah berbohong kepadaku. Tetapi aku tidak yakin kalau Nadine di masa depan yang benar-benar telah mencintaiku akan berbohong kepadaku. Ini semua membuatku bingung.
"Untuk menghilangkan kebingungan ini, aku sepertinya harus bertemu kembali dengan gadis yang membuatku kembali ke masa lalu ini. Aku harus bertanya kepadanya apakah aku kembali ke masa lalu yang sama dengan masa lalu yang pernah aku lalui atau aku kembali ke masa lalu yang berbeda," pikirku.
Ketika membahas tentang gadis itu, aku tiba-tiba teringat dengan perkataan gadis itu sebelum aku tidak sadarkan diri karena pengaruh kekuatannya. Gadis itu bilang saat aku sudah kembali ke masa lalu, mungkin ada beberapa kejadian yang ku ubah di masa lalu dan dampaknya juga akan berubah di masa depan. Tetapi ada beberapa kejadian yang tidak akan bisa aku ubah meskipun aku berusaha keras untuk mengubahnya.
"Aku ingat gadis itu sempat memberitahu salah satu kejadian yang tidak bisa diubah. Tetapi sebelum gadis itu menyelesaikan perkataannya, pandanganku tiba-tiba berubah menjadi gelap dan tidak lama kemudian aku terbangun di masa lalu ini. Sebelum pandanganku berubah menjadi gelap, gadis itu mengatakan "ke-" yang merujuk ke salah satu kejadian yang tidak bisa aku ubah di masa lalu ini. Aku tidak tahu "ke-" apa yang dimaksud oleh gadis itu. Aku harus menanyakannya tentang itu," pikirku.
Namun meski aku berpikiran untuk bertemu kembali dengan gadis itu, aku tidak tahu apa aku bisa bertemu dengannya di masa lalu ini. Memang dia bilang sendiri kalau dia juga bisa membuat dirinya sendiri kembali ke masa lalu. Tetapi ketika dia membuatku kembali ke masa lalu, bukan berarti dirinya akan ikut kembali ke masa lalu bersama dengan ingatannya juga. Tentu gadis itu pastinya memang ada di masa lalu ini. Tetapi jika gadis itu tidak kembali ke masa lalu ini dengan kekuatannya, itu berarti gadis itu tidak memiliki ingatan tentang masa depan. Dia tentunya tidak akan tahu siapa aku kalau tidak memiliki ingatan tentang masa depan.
Selain itu, wujud gadis itu di masa lalu ini tentunya berbeda dengan wujudnya ketika aku menemuinya di masa depan. Di masa depan, ketika bertemu denganku dia adalah seorang murid SMA karena dia mengenakan seragam SMA. Jika di masa depan dia adalah seorang murid SMA, maka di masa lalu yang merupakan 10 tahun yang lalu ini, kemungkinan dia merupakan seorang murid SD atau bahkan TK. Di masa lalu ini, gadis itu masihlah seorang anak kecil. Sulit bagiku untuk menemukannya yang masih berwujud anak kecil di masa lalu ini. Kalaupun aku berhasil menemukannya, justru nanti aku dicurigai sebagai orang yang mencurigakan karena berusaha mendekati seorang anak kecil. Situasi ini benar-benar membuatku bingung.
Ketika aku sedang terdiam sambil memikirkan hal itu, tiba-tiba aku merasakan ada yang menepuk bahuku dari samping. Aku pun sedikit terkejut karena bahuku ditepuk secara tiba-tiba. Selain itu, aku juga mendengar suara orang yang berbicara ketika bahuku ditepuk. Suara itu terdengar seperti suara Noa.
"Oi, bro," ucap Noa.
Aku lalu menoleh ke arah Noa yang duduk di sampingku. Ketika menoleh ke arah Noa, aku melihat Noa sedang mengarahkan tangannya ke bahuku. Ternyata yang menepuk bahuku barusan adalah Noa.
"Ada apa?," tanyaku.
"Kenapa lu nggak makan dan malah diam aja?," tanya Noa.
"Iya, lu kenapa malah diam aja, Rav?," tanya Gavin.
Kelihatannya aku yang sejak tadi hanya diam saja sambil memikirkan situasi di masa lalu ini telah membuat mereka penasaran. Aku ingin menjawab tentang alasan aku hanya diam saja tetapi tidak mungkin aku menjawab jujur soal situasiku yang telah kembali ke masa lalu ini.
"Tidak ada apa-apa, gw hanya sedang melamun saja," ucapku.
"Tumben lu melamun, bro? Emangnya lu sedang melamunkan apa?," tanya Noa.
"Apa mungkin lu sedang melamunkan 'Putri Es'? Apa lu melamun karena karena memikirkan tentang perkataan gw yang bilang kalau 'Putri Es' mungkin menyukai lu?," tanya Vyn.
"Nggak, gw sedang tidak memikirkan tentang 'Putri Es'," ucapku menyangkal perkataan Vyn.
"Sudahlah jujur aja, bro. Tidak mungkin lu tidak sedang memikirkan 'Putri Es'. Lu tadi baru saja berinteraksi dengan 'Putri Es', lu bahkan sampai memegang tangannya. Tidak mungkin lu tidak kepikiran tentang itu. Lu pasti memikirkan kenapa 'Putri Es' bisa berinteraksi dengan lu padahal dia sendiri tidak pernah berinteraksi dengan murid laki-laki lain. Lalu, perkataan gw yang bilang kalau 'Putri Es' mungkin menyukai lu pasti juga membuat lu semakin memikirkan 'Putri Es'," ucap Vyn.
Vyn masih bersikeras menduga kalau aku sedang memikirkan Aneira. Aku sebenarnya memang memikirkan tentang Aneira. Aku memikirkan kenapa Aneira bisa berinteraksi denganku. Aku memikirkan hal itu bukan karena aku memiliki perasaan kepada Aneira, tetapi untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu ini karena masa lalu tempatku berada ini mengalami kejadian yang berbeda dengan masa lalu yang pernah aku lalui. Aku hanya memikirkan Aneira tentang hal itu saja, aku sama sekali tidak memikirkan hal lain termasuk tentang Aneira yang kemungkinan menyukaiku.
Jika itu aku yang dulu sebelum menikah dengan Nadine, mungkin aku akan memikirkan tentang hal itu. Aku yang dulu pastinya akan malu dan terbawa perasaan ketika Aneira berinteraksi denganku. Itu wajar, karena aku telah menjadi satu-satunya murid laki-laki di sekolah ini yang berinteraksi dengan Aneira yang merupakan murid perempuan paling populer di sekolah ini. Tetapi aku yang sekarang tidak seperti itu. Aku tidak malu atau terbawa perasaan sedikitpun ketika Aneira berinteraksi denganku, aku hanya terkejut kenapa dia bisa berinteraksi denganku. Kalaupun nantinya dia berinteraksi denganku lagi pun aku juga tidak akan malu dan terbawa perasaan. Saat ini, aku tidak akan terbawa perasaan ke perempuan lain karena aku sudah memiliki perempuan yang aku cintai.
"Sudah gw bilang kalau gw sedang tidak memikirkan 'Putri Es'. Gw itu sedang memikirkan tentang Nadine," ucapku.
Vyn yang sebelumnya bersikeras menduga kalau aku sedang memikirkan Aneira langsung bertanya setelah aku bilang kalau aku sebenarnya memikirkan Nadine.
"Kenapa lu memikirkan tentang Nadine?," tanya Vyn.
Tidak hanya Vyn saja, Noa pun juga bertanya kepadaku.
"Apa itu soal lu yang ingin kembali dekat dengannya?," tanya Noa.
"Iya. Sejak tadi gw berusaha untuk mengajak Nadine berbicara tetapi kelihatannya dia nggak mau berbicara dengan gw. Dia selalu berusaha menghindari gw ketika gw mau mengajaknya berbicara. Jika dia selalu menghindari gw, itu berarti kayaknya dia masih membenci gw karena kejadian itu," ucapku.
Setelah aku mengatakan itu, mereka pun terdiam. Namun tidak lama kemudian, Noa kembali berbicara.
"Jika Nadine masih membenci lu karena kejadian itu, gw nggak tau apa alasannya sehingga dia masih membenci lu. Memang saat itu dia sempat kesal kepada lu ketika lu memperingati dia sampai membuat dia memarahi lu dan menampar lu, tetapi peringatan yang lu berikan itu pada akhirnya terbukti benar. Tidak mungkin dia masih kesal dan benci sama lu karena hal itu. Daripada benci, seharusnya dia merasa bersalah kepada lu karena telah memarahi dan menampar lu,"
"Tetapi mungkin saja Nadine masih membenci lu itu bukan karena kejadian itu melainkan karena kejadian lain. Coba lu inget, bro, apa ada kejadian lain yang membuat Nadine membenci lu?," tanya Noa.
Aku dengan cepat langsung menjawab pertanyaan Noa itu.
"Tidak ada. Kejadian yang membuat renggangnya hubungan pertemanan gw dengan Nadine ya hanya itu. Setelah kejadian itu, gw dan Nadine sudah tidak berinteraksi sama sekali. Karena kami sudah tidak berinteraksi lagi, tidak mungkin ada kejadian lain setelah itu yang membuat Nadine membenci gw. Sebelum kejadian itu pun tidak ada kejadian yang membuat Nadine membenci gw," ucapku.
Itu benar, satu-satunya kejadian yang membuat Nadine bisa membenciku hanyalah kejadian itu. Tidak ada kejadian lain setelah ataupun sebelum kejadian itu yang membuat Nadine bisa membenciku. Meskipun sudah lama berlalu tetapi aku masih bisa mengingatnya.
"Jika tidak ada kejadian lain yang membuat Nadine membenci lu, maka sepertinya memang hanya kejadian itu saja yang membuat Nadine membenci lu. Tetapi sesuai perkataan Noa tadi, Nadine seharusnya tidak membenci lu karena kejadian itu, justru dia seharusnya merasa bersalah,"
"Mungkin saja dia berusaha menghindari lu karena dia masih merasa bersalah karena kejadian itu. Dia tidak mau berbicara dengan lu dulu karena dia masih merasa bersalah. Dia menghindari lu itu bukan karena benci," ucap Vyn.
"Iya itu sepertinya masuk akal," ucap Noa.
Perkataan Vyn barusan sama dengan yang dikatakan Nadine di masa depan. Alasan dia tidak mau berbicara denganku di masa SMA ini karena dia masih merasa bersalah atas kejadian itu.
"Tetapi gw nggak tau itu benar apa nggak, gw cuma bilang 'mungkin' saja. Jika itu memang benar, kalau lu mau berbaikan lagi dengan Nadine, lebih baik lu terus berusaha mengajaknya berbicara saja, bro. Tetapi lu nggak perlu memaksa apabila dia menolak atau menghindari lu, lu tinggal mencoba lagi di kesempatan berikutnya," ucap Vyn.
"Itu benar. Kalau misalnya Nadine sendiri yang bilang kalau dia membenci lu, lu harus pastikan apa dia benar-benar membenci lu atau berbohong untuk menutupi rasa bersalahnya itu," ucap Noa.
Perkataan mereka berdua benar. Meski Nadine menolak atau menghindariku, aku hanya tinggal mencobanya lagi. Lalu jika Nadine bilang kepadaku kalau dia membenciku, aku hanya tinggal memastikan apa dia benar-benar membenciku. Aku tidak boleh menyerah begitu saja. Lagipula aku sudah berjanji di masa ini kalau aku akan kembali menjalin hubungan dengan Nadine. Itu karena aku sangat mencintai dia.
"Begitu ya. Terima kasih atas sarannya, kalian berdua," ucapku.
Aku pun berterima kasih karena telah diberikan saran oleh mereka berdua. Meski aku tahu kalau mereka belum sepenuhnya menerima Nadine terlebih karena perlakuan Nadine terhadapku saat kejadian itu, mereka tetap memberikan saran kepadaku yang ingin memperbaiki hubunganku dengan Nadine.
Aku memutuskan untuk terus berusaha mengajak Nadine berbicara terlebih dahulu. Aku tidak akan memaksanya berbicara apabila dia tidak mau. Aku tidak mau dianggap mengganggunya jadi aku akan sudahi apabila dia tidak mau. Aku akan mengajaknya berbicara di lain kesempatan.
Selain itu, aku juga masih ingin menemui gadis yang telah membuatku kembali ke masa lalu ini. Aku punya beberapa pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada gadis itu. Aku memang tidak tahu apakah aku bisa menemuinya di masa lalu ini atau tidak tetapi aku akan mencobanya.
Aku tahu sebuah tempat dimana aku memiliki kemungkinan untuk menemuinya. Tempat itu merupakan jembatan penyeberangan tempat aku bertemu dengan gadis itu di masa depan sebelum aku kembali ke masa lalu ini.
"Sepulang sekolah nanti, aku akan pergi ke jembatan penyeberangan itu. Aku memang tidak tahu apakah aku bisa menemuinya di jembatan penyeberangan itu atau tidak, tetapi tidak ada salahnya untuk mencobanya," pikirku.
-Bersambung